Koperasi Merah Putih dan Asta Cita

Jurus Kopdes Merah Putih Sidoarjo, Andalkan Kearifan Lokal Kolaborasi Dengan Semua Pihak

Dengan penyesuaikan kondisi wilayah atau kearifan lokal, menjadi kunci kemajuan koperasi di Kota Delta

Penulis: M Taufik | Editor: Wiwit Purwanto
surya.co.id/ufi
SUDAH BERJALAN - KDKMP Kelurahan Magersari yang di pusat Kota Sidoarjo. 

Pihaknya juga mengajak masyarakat untuk bersedia menjadi anggota koperasi. Karena koperasi itu sumber dananya dari anggota. Ketika anggotanya semakin banyak, simpanan pokok dan wajibnya juga tentu lebih banyak. Sehingga modal usaha yang dimiliki koperasi pun semakin besar.

“Kan prinsip koperasi itu dari anggota untuk anggota. Sehingga menjadi anggota sangat menguntungkan. Bisa mendapat keuntungan dari usaha yang dijalankan koperasi,” ujarnya.(ufi)

Berjuang Agar Bermanfaat Bagi Masyarakat

Dari 346 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP) yang ada di Sidoarjo, 95 di antaranya sudah berjalan. Termasuk koperasi di Desa Kupang, Kecamatan Jabon, yang berada di wilayah paling pinggir Kabupaten Sidoarjo.

Serta KDKMP Kelurahan Magersari yang lokasinya di pusat Kota Sidoarjo. Cerita dari dua koperasi itu kondisinya tidak jauh beda. Sama-sama masih berjuang untuk bisa terus berkembang menjadi besar dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Koperasi di Desa Kupang menjadi mitra pertama Id Food dan Bulog. Di sana, sejak diresmikan oleh pemerintah beberapa waktu lalu, usaha koperasi ini masih berputar di sektor sembako.

“Sementara yang kita jalankan adalah sembako dan gas elpiji. Nanti jika memang ada produk unggulan dari desa yang memungkinkan kita tampung, tentu akan kita jalankan,” kata Kartawi, Ketua KDKMP Desa Kupang.

Diceritakan, dalam perjalanannya koperasi ini sempat dalam satu bulan menjual beras sampai sekira dua ton. Begitu pula sembako lainnya seperti gula dan minyak, disebut cepat laku karena harganya terbilang lebih murah.

Omzetnya belum banyak, di kisaran Rp 3 juta dalam sebulan. Namun, pihaknya sudah membuat bisnis plan dan proposalnya telah diajukan ke bank. Koperasi ini sudah lolos, namun masih menunggu proses pencairan dana talangan dari bank.

“Kami sudah kordinasi dengan pihak BRI, katanya masih harus menunggu. Semoga dalam waktu dekat bisa terealisasikan,” harapnya.

Desa Kupang terkenal dengan rumput laut. Itu juga masih dalam planning pengelola koperasi. Namun prosesnya, kata dia, harus bermitra atau kerjasama.

Apalagi usaha rumput laut di sana sudah berjalan cukup lama dan sudah sampai ekspor, sehingga tidak serta-merta bisa langsung menjadi bisnisnya koperasi.

Tentang kendala dalam perjalanan KDKMP Kupang, pertama disebutnya karena dana yang dimiliki belum banyak. Dana dari anggota baru sekira Rp 10 juta, itu yang diputar untuk bisa berjalan.

“Di sisi lain, ada produk yang banyak permintaannya. Sehingga para pengurus koperasi berusaha mencarikan dana agar bisa memenuhi pesanan. Cuma kendalanya, pengiriman memang tidak selalu sebanyak yang kita pesan,” urainya.

Pihaknya berharap, pengajuan dana ke Himbara bisa segera terealisasikan. Supaya program bisnis yang disiapkan bisa benar-benar berjalan.

Para pengurus koperasi di sana, sejak awal beridiri sampai sekarang, belum pernah mendapat gaji atau bayaran. Ketika ada dana, semua dipilih untuk diputar dulu supaya bisnis berjalan.

Namun mereka tetap bersemangat, karena mereka yakin jika koperasi bisa berkembang, akan berdapak pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Hal serupa terjadi di Koperasi yang berada di Kelurahan Magersari. Para pengurusnya juga berharap, pemerintah bisa benar-benar hadir dan mensupportnya. Supaya koperasi yang ada itu bisa menguatkan perekenomian di masyarakat.

Ketua KDKMP Kelurahan Magersari, Jaka Priwahono, menceritakan bahwa koperasi yang dikelolanya berusaha menyesuaikan dengan kondisi wilayah. Di sana masih banyak bidang sembako karena pola masyarakatnya konsumtif.

“Sebenarnya kita juga rencanakan buat makanan-makanan kecil, tapi itu belum menjadi prioritas. Saat ini yang bisa memungkinkan dijual baru sembako seperti beras, minyak, gula, dan sebagainya,” ungkap Jaka.

Dalam menjalankan bisnis, koperasi Magersari melakukan maping wilayah. Di kelurahan itu terhitung ada sekitar 40 hingga 50 agen toko klontong yang potensial. Ke depan, diharapkan toko-toko itu bisa bermitra dengan KDKMP Magersari.

“Sementara ini kami baru menggunakan sistem pesan lewat grup mitra. Dan masih terbatas, sehingga sekali PO langsung habis. Mitra kami sudah ada sekira 50-an, semoga bisa terus berkembang sampai ke semua toko yang ada,” harapnya.

Tentang kendala, disebut dia bahwa sebenarnya bukan hanya tentang biaya atau modal. Tapi keterbatasan stok dari Bulog atau Id Food.  

“Kita bisa saja menjual, tapi ketika stok yang kita order dibatasi ya gimana lagi,” ungkapnya.

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved