Berita Viral

Profil Fahmi Muhammad Bupati Purbalingga yang Tawari Mengajar Vokalis Band Sukatani Usai Dipecat

Inilah sosok Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif yang Tawari Mengajar Vokalis Band Sukatani Usai Dipecat dari guru.

kolase instagram
VOKALIS SUKATANI DIPECAT - (kiri) Potret Fahmi Muhammad Hanif, Bupati Purbalingga periode 2025-2030. (kanan) Novi vokalis band Sukatani yang dipecat dari guru. 

"Dinas Pendidikan setempat perlu hadir untuk menjernihkan permasalahan. Jika terbukti ada hak-hak yang dilanggar, harus diupayakan pemulihan, pemenuhan, dan perlindungan hak dimaksud," pungkasnya.

Profil Band Sukatani

Mengutip Instagram Dugtrax Records, Band Sukatani merupakan duo musik yang berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah.

Hal ini terpapar secara lugas dan tajam dengan dialek Banyumasan dalam lirik lagu mereka di album Gelap Gempita. 

Sukatani memainkan musik post-punk dengan sensibilitas new wave.

Band ini juga banyak bergerak di bidang sosial dan lingkungan hidup.

Lirik-lirik yang bernuansa kritik tajam juga banyak disuguhkan oleh band indie tersebut.

Salah satunya lewat lagu mereka yang berjudul 'Gelap Gempita'.

Dalam lirik lagu tertulis sebuah kritik soal sekelompok orang yang haus akan kekuasaan.

"Di dalam otak mereka Hanyalah kekuasaan, Di dalam hati mereka Tak ada kepuasan, Di dalam cara mereka Terpampang kedzaliman," potongan lirik lagu tersebut.

Diketahui, Band Sukatani memiliki album berjudul Gelap Gempita yang dirilis pada 24 Juli 2023.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ikut menyoroti kasus penghapusan Lagu Sukatani berjudul 'Bayar Bayar Bayar' dari berbagai platform digital.

Wakil Ketua Pengurus Harian DPP PKB Muhammad Aji Pratama, menegaskan bahwa kebebasan berekspresi dalam seni harus tetap dijaga. 

Pasalnya penarikan Lagu Sukatani menimbulkan tanda tanya besar di tengah publik, karena diduga ada tekanan di balik keputusan tersebut, mengingat lirik lagu mereka mengangkat kritik sosial yang relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.

Aji mengingatkan bahwa musisi dan seniman memiliki peran penting dalam menyuarakan kegelisahan publik, dan tidak seharusnya menghadapi intimidasi atau tekanan dalam bentuk apa pun.

“Kami tidak ingin berspekulasi tentang apa yang terjadi di balik penghapusan lagu ini, tapi yang jelas, peristiwa ini menunjukkan bahwa masih ada ketakutan dalam menyuarakan kritik melalui seni. Padahal, demokrasi yang sehat justru harus memberi ruang bagi ekspresi masyarakat,” kata Aji kepada wartawan di Jakarta, Kamis (20/2/2025).

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved