Anggaran Fogging Malah Dipangkas Setelah DBD Renggut 4 Jiwa, Warga Tulungagung Didorong Giatkan PSN

Dinkes menilai, persentase angka kematian yang mencapai 4 orang selama dua bulan itu sudah termasuk mengkhawatirkan

Penulis: David Yohanes | Editor: Deddy Humana
surya/danendra kusumawardhana (danendra)
DANA FOGGING DIPANGKAS - Petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung melakukan pengasapan (fogging) di toilet SDN 2 Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, Jumat (21/2/2025). Dua bulan pertama 2025 ini ada 198 kasus DBD di Tulungagung, 4 di antaranya meninggal dunia. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG - Anggaran di Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung juga terdampak kebijakan efisiensi anggaran, terutama untuk pembiayaan fogging (pengasapan) sarang nyamuk.

Padahal dari catatan Dinkes, pada awal tahun 2025 ini sudah ada empat orang meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD) dari sebanyak 198 kasus yang terjadi.

Dinkes menilai, persentase angka kematian yang mencapai 4 orang selama dua bulan itu sudah termasuk mengkhawatirkan. 

Salah satu penyebab meledaknya kasus DBD karena tidak ada gerakan pembasmian sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan di masyarakat. 

Menurut Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Tulungagung, Desi  Lusiana Wardani, pihaknya juga sangat selektif untuk melakukan pengasapan (fogging). 

Hal ini berkaitan alokasi anggaran untuk fogging yang sangat berkurang, salah satunya imbas dari efisiensi alias penghematan anggaran saat ini.

“Selain karena dampak efisiensi, memang sejak beberapa tahun anggaran untuk fogging terus turun. Tetapi tahun ini benar-benar sangat terbatas,” ujar Desi, Jumat (21/2/2025). 

Pada tahun 2025 ini Dinkes Tulungagung mendapatkan alokasi fogging untuk 20 lokasi, turun drastis dibanding 2024 yang mendapat alokasi untuk fogging di 80 lokasi.

Sampai saat ini setengah alokasi, atau 10 di antaranya sudah digunakan. Sementara jumlah kasus dalam sebulan ada di sekitar 54 lokasi. 

Desi memaparkan, dalam satu lokasi sasaran fogging, sasarannya pada radius 100 meter dari titik temuan kasus. Sering kali lokasi yang dilakukan pengasapan rumahnya jarang-jarang, sehingga ada sisa obat maupun bahan bakar.

Namun dengan sisa 10 alokasi, Desi menilai tidak akan cukup jika semua bertumpu para upaya fogging. “Tidak akan selesai kalau hanya dengan fogging. Upaya maksimalnya memang di PSN,” tegas Desi.

Masalahnya, saat ini gerakan PSN yang pernah digencarkan pada 2024 seperti berhenti. Pihak desa baru melakukan PSN jika di wilayahnya terjadi kasus DBD, terutama yang sampai jatuh korban.

Padahal PSN yang bertujuan membasmi jentik dan telur nyamuk sangat efektif untuk menurunkan angka DBD hingga 75 persen.

Saat ini sejumlah desa mengadakan alat fogging secara mandiri. Mereka tetap mendapat pendampingan dari Puskesmas terdekat untuk pemilihan obat fogging, dosisnya serta teknis pelaksanaannya. 

Sementara hanya ada 4 Puskesmas yang punya 1 mesin fogging, yaitu Puskesmas Ngantru, Ngunut, Pakel dan Kauman. 

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved