Wawancara Eksklusif
Wawancara Ekslusif Plt Dirut RSUD dr Soedono Madiun dr Tauhid Islamy, Siap Menuju Smart Hospital
RSUD dr Soedono Kota Madiun berkomitmen terus meningkatkan pelayanan kesehatan di tengah proses transformasi menuju Smart Hospital.
Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: irwan sy
dr Tauhid Islamy: Jadi di dalam pengetahuan saya yang terbatas, saya juga bukan mister tahu segalanya. Saya melihat sebetulnya kebutuhan pada dua, yakni Health Demand dan Health Need. Health Need adalah apa kebutuhan kesehatan pelanggan atau masyarakat yang dalam kacamata Saintifik.
Ada latar belakang ilmiahnya, penjelasan Saintifik tapi juga jangan lupa Health Demand, masyarakat ingin dilayani seperti apa. Itu yang dapat dari berbicara kepada masyarakat. Kami berkomunikasi pada mereka maunya ingin layanan seperti apa.
Katakanlah dengan bahasa yang sederhana mereka meminta layanan seperti luar negeri. Apa yang hebat di luar negeri sampai kemudian banyak masyarakat Indonesia lari ke luar negeri. Salah satunya karena murah tapi tidak murahan. Murah dalam arti untuk mengakses layanan berkualitas, maka target-target kinerja kami harus ke arah sana bagaimana pasien dimudahkan, dimanjakan, dibikin cepat, jangan mahal harganya tidak boleh mahal atau terjangkau.
Kemudian kami identifikasi bagaimana hal-hal yang bisa kami buat ikhtiar itu tapi ada hal-hal yang tidak bisa kami lakukan apa-apa. Contoh perbedaan yang mendasar adalah barang-barang investasi di bidang kedokteran di negara kita, dikenakan pajak, masih banyak yang impor.
Pajaknya juga berlapis, pajak barang impor pajak barang mewah. Jadi yang membuat mahal nilai investasinya sehingga secara sederhana aja masyarakat selalu membandingkan CT Scan di Malaysia angka ratusan ribu, di dalam negeri puluhan juta MRI juga begitu.
Nah ini kami terus menyampaikan kepada stakeholder kebijakan bahwa sebetulnya masyarakat ingin layanan mudah diakses, murah berkualitas, cepat dan sebagainya.
SURYA: Terlepas dari banyaknya masalah yang dihadapi ke depan. Apakah sudah sesuai dengan yang sudah ditentukan, dari sisi layanan keahlian, RSUD dr Soedono oke punya itu, mungkin ke depannya optimiskah layanan kesehatan di Jawa Timur khususnya akan semakin bagus?
dr Tauhid Islamy: Kami optimisme layanan kesehatan meningkat. Artinya tidak boleh kehilangan semangat di tengah-tengah rintangan itu. Seperti yang saya sampaikan artinya bisa kami atasi. Tantangan itu harus dilihat sebagai peluang jangan melihat tantangan membuat pesimis.
Tantangan itu harus dipelajari dan mana hal-hal yang bisa diperbaiki di situ. Tapi sekali lagi ada tantangan yang tidak bisa dilakukan sendirian bukan urusan RSUD dr Soedono, tapi urusan pemerintah pusat.
Misalkan pembiayaan BPJS, kami tidak bisa. Nah tapi bagaimana beradaptasi dengan itu semua, kami optimis masih ada celah-celah yang bisa kami perbaiki.
SURYA: Dari sisi Sumber Daya Manusia, keterampilan dokter dan tenaga kesehatan ini tidak kalah dengan Penang Malaysia, Singapura?
dr Tauhid Islamy: Tidak kalah. Dulu saya mengira bahwa kami kalah segalanya, pernah ada pasien dari Singapura membawa USG Miom. Saya hanya kemampuan mendiagnosis di rahim ibu ada 3 Miom pergi ke Singapura, pulang-pulang bawa USG kata dokter ada 7 Miom.
Tantangan ini harus dijawab. Oleh karena itu saya sekolah pengen tahu apa beda saya dengan Dokter Singapura, ternyata alatnya beda dia menggunakan USG yang canggih pada saat itu, saya menggunakan USG lama.
Teknologi berbicara di situ, jadi SDM kami tidak kalah, begitu teknologi tersebut hadir ternyata pengobatan di Malaysia Singapura ini sama dengan kami, mereka dibantu dengan teknologi canggih. Begitu tahu DSA ternyata gambar pembuluh darah kelihatan. Nah ini ada juga di RSUD dr Soedono. Teknologi sangat penting sekali.
SURYA: RSUD dr Soedono ini sudah Digital Live. Mulai dari ketersediaan kamar itu bisa tahu secara Real Time. Bagaimana penerapan digital dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit?
dr Tauhid Islamy: Kalau bicara branding rumah sakit luar negeri. Rencana jangka panjang rumah sakit adalah Smart Hospital. Sebelum itu dicapai ada target tengah Modern Hospital. Gampang saja, Cina yang luar biasa tanya berapa punya tempat tidur. Katakanlah disana punya 700, di sini 350, Saiful Anwar 700 sampai 800, RSUD Dr Soetomo sekitar 1200-1300.
Di China ada sebuah rumah sakit kamar tidur 700 sama dengan Saiful Anwar, pertanyaannya adalah berapa punya SDM. Tempat kami untuk mengoperasikan 350 tempat tidur karyawan karyawati kami total 1200. Saiful Anwar dengan 700 barangkali angkanya di sekitar total 3000 dengan kompetensi apapun, RSUD Dr Soetomo 1200-1300 tempat tidur karyawan karyawati sekitar 5000.
Di China 700 tempat tidur hanya 400 SDM. Kuncinya menggunakan semua teknologi yang ada Smart Hospital menggunakan sensor. Tugas sebagai manusia digantikan robot dengan sub sensor. Tapi tentu saja investasinya luar biasa.
Di tengah-tengah itu ada Modern Hospital. Di Singapura saya lihat ada General Hospital dengan 1200 sama dengan RSUD Dr Soetomo, karyawan karyawati 5000 ternyata sama. Bedanya adalah penggunaan alat-alat tadi, dia tidak mau kalau tidak canggih, dan semuanya serba digital, jadi sudah tidak ada lagi kertas.
Saya masuk di klinik seorang profesor sana. Saya melihat beliau menunjukkan bagaimana menangani pasien. Sudah pakai monitor, mulai dari menampilkan pembuluh darah gambarnya bagus, tajam, sudah di layar monitor, tidak pakai foto.
Kemudian diperintahkan pemeriksa tambahan dan masuk terdeteksi secara otomatis, itu Modern Hospital serba digital, kami ke arah sana. Tujuannya untuk membuat proses yang disebut masa tunggu, itu menjadi lebih singkat.
Komplain terbanyak di rumah sakit manapun, adalah antre lama, antre menunggu layanan dokter, antre pendaftaran, antre pemeriksaan, bagaimana menyelesaikan ini, dengan digitalisasi di antaranya. Semua harus tanpa kertas. Kami sudah masuk dalam digital, seperti rekam elektronik medis harus serba elektronik di manapun, dan itu menjadi kebijakan Kemenkes lewat Permenkes, diwajibkan rumah sakit harus menggunakan rekam medik elektronika.
Kalau sudah semuanya serba elektronik maka ke belakangnya jadi mudah, pemeriksaan penunjangnya juga pesannya lewat elektronik, resep serba digital sehingga harapannya akan mempersingkat masa tunggu tadi.
Kedua sudah membeli teknologi Picture Archiving Communication System (PAC). Prinsipnya, gambar CT Scan, MRI, Foto Rontgen tidak pakai paper, tapi direkam secara elektronik disampaikan secara nirkabel ke PIC rawat jalan, PIC rawat inap, karena semua serba elektronik tinggal dikirim ke pasien langsung.
Beberapa pasien ya memang sudah ahli dalam gadget, khususnya pengantar masih muda kami berikan Barcode. Sehingga jika ingin melihat kembali foto tinggal Scan Barcode, lalu tampil foto CT Scan atau Foto MRI.
Tapi mohon dipahami ini masih proses teknologi ini mahal, kami tidak mungkin membeli sekaligus semua proses kami lakukan secara bertahap atau multi years.
SURYA: Para pembaca ingin tahu lebih detail sosok Dokter Tauhid. Bisa diceritakan dulu asli mana, perjalanan sekolah dan jenjang karirnya sampai sekarang jadi orang nomor satu di RSUD dr Soedono?
dr Tauhid Islamy: Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya, yang tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi pada diri saya, sehingga bisa duduk sampai saat ini. Tidak menyangka, saya cuma sederhana, pada saat SD di Probolinggo, saya di Kota Leces, tepatnya Pabrik Kertas Leces, ayah saya dinas di situ.
SD sampai SMA di Probolinggo, ayah saya mengarahkan untuk jadi dokter. Sederhana saja penglihatan ayah saya, beliau amal sholeh, menolong orang, sederhana saja, latar belakang beliau sederhana. Beliau ingin anak-anaknya ingin jadi dokter.
Zaman dahulu orang tuanya mau apa ya harus jadi dokter. Akhirnya mendaftar di FK Unair keterima sehingga pendidikan lanjutan di FK Unair, dokter umum di Unair, dinas di Pamekasan 3 tahun, kembali spesialisasi di Unair, konsultan Fetomaternal di Unair. Mungkin jadi satu-satunya konsultan di Madiun Raya.
wawancara eksklusif
Kota Madiun
dr Tauhid Islamy
Tribun Jatimnetwork
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Wawancara Eksklusif Ketua DPRD Jombang Hadi Atmaji, Optimisme Tinggi dari Kursi Legislatif |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Sang Bunga Desa yang Majukan Wisata |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif - Gebrakan Bupati Gus Fawait, Warga Jember Gratis Berobat di Faskes se-Indonesia |
![]() |
---|
WAWANCARA EKSKLUSIF Bupati Marhaen Djumadi, Kerja Sat-Set Songsong Nganjuk Melesat di Segala Sektor |
![]() |
---|
Wawancara Eksklusif - Bupati Sidoarjo Terpilih Subandi: Kepala Daerah Bukan Juragan, Tapi Pelayan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.