Wawancara Eksklusif

Wawancara Ekslusif Plt Dirut RSUD dr Soedono Madiun dr Tauhid Islamy, Siap Menuju Smart Hospital

RSUD dr Soedono Kota Madiun berkomitmen terus meningkatkan pelayanan kesehatan di tengah proses transformasi menuju Smart Hospital.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: irwan sy
Tim surya.co.id
WAWANCARA EKSKLUSIF - Plt Direktur RSUD dr Soedono Kota Madiun, dr Tauhid Islamy SpOG SubspKFm (kanan), menyampaikan layanan unggulan di RSUD dr Soedono, kepada Pimred Tribun Jatim Network Tri Mulyono (kiri), di Gedung Command Center Jumat (17/1/2025). RSUD dr Soedono menjadi rujukan dari 34 rumah sakit di Karesidenan Madiun. 

SURYA.co.id | MADIUN - RSUD dr Soedono Kota Madiun berkomitmen terus meningkatkan pelayanan kesehatan di tengah proses transformasi menuju Smart Hospital.

Kehadiran rumah sakit di bawah naungan Pemprov Jatim tersebut, sering menjadi rujukan bagi rumah sakit lain di wilayah barat seperti Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun, dan Ponorogo (PAWITANDIROGO).

Sejumlah pelayanan unggulan ditawarkan demi memberikan pertolongan pertama, terhadap berbagai penyakit. Sehingga, masyarakat diharapkan tidak perlu pergi berobat ke luar negeri, mulai dari intervensi penanganan penyakit tertentu, sampai dengan kemudahan aksesibilitas BPJS.

Plt Direktur RSUD dr Soedono Madiun, dr Tauhid Islamy SpOG SubspKFm, menyatakan SDM yang berkompeten hingga alat kesehatan berkualitas serta mutakhir, siap memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat.

“Jumlah SDM maupun tingkat ketersediaan tempat tidur kami yang tinggi, diharapkan dapat menjawab kebutuhan di PAWITANDIROGO,” ujar dr Tauhid Islamy.

Lantas bagaimana upaya RSUD dr Soedono dalam menghadirkan layanan medis kepada masyarakat Karesidenan Madiun?

Simak Wawancara Ekslusif Tim Liputan Roadshow Tribun Jatim Network, dipimpin oleh Pimred Tribun Jatim Network Tri Mulyono, di Gedung Command Center Jumat (17/1/2025).

SURYA: Bisa dijelaskan bagaimana pengaruh RSUD dr Soedono dalam memberikan pelayanan medis di wilayah Provinsi Jawa Timur bagian barat?

dr Tauhid Islamy: Keberadaan RSUD dr Soedono di wilayah barat dari Provinsi Jawa Timur ini bukan tanpa alasan. Karena kami milik Provinsi Jawa Timur tentu tidak lepas dari bagaimana Ibu Khofifah sebagai Gubernur yang kemudian terpilih lagi di periode kedua, dan peran dari Pak PJ Gubernur, menyusun sebuah strategis aksesibilitas.

Provinsi Jawa Timur ini luas sekali, oleh karena itu strategis aksesibilitas layanan kesehatan dibagi menjadi beberapa area. Area Jawa Timur di sisi timur sedang dibangun di Jember yang nantinya direncanakan kira-kira besarnya sama dengan RSUD dr Soedono.

Kemudian di pulau Madura sedang dibangun sebuah rumah sakit yang di Pamekasan, nantinya akan menangani pulau Madura juga kira kira tipenya sama seperti RSUD dr Soedono, kemudian pusatnya memang RSUD Dr Soetomo di Kota Surabaya, kemudian yang setara kelasnya RSUD Dr Saiful Anwar di Malang, untuk area timur selatan dan mungkin sedikit ke barat.

Kami ditempatkan di ujung barat dari Provinsi Jawa Timur dan tugasnya adalah PAWITANDIROGO, membentang mulai dari Madiun sampai dengan Pacitan.

Karena amanah seperti itu tidak lepas dari yang digariskan oleh Kementerian Kesehatan mengenai Kanker, Jantung, Stroke, Uronefrologi (KJSU), layanan-layanan prioritas termasuk Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Harapannya bukan mengemban amanah, tapi juga merespon dan menjawab tantangan yang ada di wilayah kami.

SURYA: Bisa dijelaskan layanan layanan unggulan apa saja yang dimiliki oleh RSUD dr Soedono ini seperti apa?

dr Tauhid Islamy: Sesuai dengan garis kebijakan Kemenkes, menghendaki kami fokus pada layanan-layanan prioritas, terutamanya KJSU dan KIA, itu tidak boleh lepas dan kami menaruh perhatian dari pelayanan tersebut.

Stratanya ada Madya, Utama, dan Paripurna, kami berada di level Rujukan Madya, yang memang nanti disiapkan untuk menampung kasus-kasus kompleks. Kami ditemani kurang lebih 34 rumah sakit di sekitar PAWITANDIROGO ini, sehingga harus menjawab semua rujukan kasus-kasus kompleks di bidang KJSU dan KIA itu sampai kompetensi Madya, sesuai perspektif linear dengan kebijakan Kemenkes.

Kemudian perspektif lain kebutuhan dari pelanggan atau pasien. Kami dapatkan dari komplain, masukan, Musrenbang dari masyarakat kira-kira layanan apa yang penting untuk dikembangkan di rumah sakit kami.

Pertama dengan bangga kami perkenalkan adalah layanan Nyeri Intervensi. Kita semua tahu persoalan Nyeri dialami semua orang. Apalagi masuk di usia 50, mulai pengapuran otot, bisa lutut, tulang belakang, pasti sesuatu keniscayaan bagi mereka yang masuk di usia 50. Apalagi yang aktif berolahraga kemungkinan cedera dan lain sebagainya di situlah hadir Layanan Nyeri Intervensi.

Kalau selama ini pakai obat-obatan dan bersifat jangka panjang, dengan layanan ini kami melakukan sebuah injeksi ke pusat titik nyeri, dipandu alat-alat canggih seperti USG dan lain sebagainya. Tingkat kepuasan dan kesembuhan pasien luar biasa. Sehingga menjadi layanan unggulan dari perspektif kebutuhan pelanggan.

Ada beberapa center, tapi ini layanan pertama yang bisa diakses oleh pasien-pasien BPJS untuk seluruh pasien Jawa Timur. Cakupan pasien-pasien layanan Nyeri Intervensi sudah sampai di luar provinsi, bukan hanya melayani Provinsi Jawa Timur tapi sampai keluar provinsi bahkan pasien luar pulau juga. Kami sudah lama punya layanan Nyeri Intervensi.

Layanan selanjutnya Digital Subtraction Angiography (DSA). Bagaimana kami memetakan pembuluh darah terutama yang vital di otak, atau di jantung dengan teknologi tersebut sehingga tahu buntunya berapa persen, sebelum ada melakukan tindakan intervensi.

Ini kebutuhan pelanggan karena awalnya hanya bisa diakses di kota-kota besar dulu yang memperkenalkan pertama kali di Jakarta, kemudian Surabaya, Semarang, Solo, sekarang hadir di Madiun. Tidak perlu jauh jauh untuk mereka yang memang ada indikasi dilakukan DSA.

Kemudian kami perkenalkan adalah pemasangan ring jantung. Kedengarannya biasa tapi sesungguhnya sebelumnya hanya bisa diakses di kota kota besar. Misal, kalau ada pasien serangan jantung di Magetan, dalam waktu sekian harus ada intervensi.

Kalau kemudian kalau misalkan harus ke Solo, ke Surabaya tentu tidak sampai. Itulah kemudian layanan ini kami pilih sebagai layanan unggulan prioritas. Alhamdulillah di akhir tahun 2024 sudah disetujui oleh BPJS, tadinya hanya untuk pasien umum sekarang bisa digunakan oleh pasien BPJS, termasuk pasien DSA juga bisa pakai BPJS.

Pelayanan berikutnya adalah Fetomaternal. Angka kematian ibu hamil, ibu bersalin, paska salin di wilayah-wilayah PAWITANDIROGO ini tinggi, dan menyumbang angka terbesar di Jawa Timur. Penyumbangnya adalah kabupaten kota di Madiun Raya.

Di situlah kemudian dianalisis bahwa membutuhkan sebuah pusat yang bisa menangani komplikasi ibu hamil, ibu bersalin, dan lain sebagainya, serta membutuhkan ahlinya yang disebut Konsultan Fetomaternal. Feto adalah janin di dalam kandungan, Maternal definisi operasional adalah ibu yang sedang mengandung, ibu yang sedang hamil.

Tentu saja yang dimaksud adalah yang rumit bukan hamil normal, tapi hamil penuh kerumitan. Pada saat itu dianalisis penyebab angka kematian tertinggi, itu yang pertama adalah pendarahan akibat bersalin, kedua darah tinggi dan segala turunannya dan ketiga jumlahnya banyak, tetapi karena keroyokan dengan beberapa macam penyakit menjadi problematik. Yakni ibu dengan penyakit.

Misalkan ibu itu sebetulnya penderita diabet kemudian hamil, beliau penderita penyakit jantung hamil, dengan autoimun hamil, bahkan kemarin Covid 19 hamil. Ini yang menjadi bidang dari Fetomaternal.

Lebih ke preventif sampai penanganannya, bagaimana kasus rumit yang tadinya sedikit-sedikit rujuk, memakan waktu berjam jam akan memperbesar resiko terjadi kematian dalam perjalanan rujukan.

Dengan hadirnya layanan Fetomaternal menjadi pusat rujukan kasus kasus kompleks tersebut, dan sebagian besar diselesaikan RSUD dr Soedono. Lagi lagi soal aksesibilitas itu tadi.

SURYA: Dalam berbagai kesempatan Gubernur Jawa Timur sebelumnya, Ibu Khofifah Indar Parawansa, ingin RSUD di bawah provinsi punya ciri khas layanan. Dari layanan utama yang ada di RSUD dr Soedono tadi, yang paling khas menjadi pembeda dengan rumah sakit daerah lain apa?

dr Tauhid Islamy: Kami ingin mengambil segmen yang Vaskuler. Ketika terjadi kondisi darurat dalam waktu sekian harus ditangani. Jadi masalah Vaskuler ini adalah esensial, kami melirik faktor ini.

Kemudian multi disiplin, kalau bicara pembuluh darah di otak maka banyak ahlinya yang menangani. Ada bedah saraf kemudian sekolah lagi konsultan Vaskuler Intervensi. Kemudian dokter bedah saraf sekolah lagi khusus pembuluh darah, dokter saraf sekolah lagi mempertajam keahlian lagi subspesialis.

Lalu Dokter Radiologi yang mengoperasikan alat canggih Itu juga sekolah lagi tentang Vaskuler, itu baru bicara daerah otak.

Bagaimana dengan Vaskuler daerah Kantung, kita punya dua ahli yang kemudian diakhiri dengan pemasangan ring. Ada Vaskuler di bagian bawah pada penderita Diabet, yang kemudian kalau ini bermasalah tidak ditangani dengan baik, bisa berakhir amputasi yang penyakit dasarnya kencing manis. Kami juga punya ahlinya bedah umum yang sekolah lagi, memperdalam untuk Vaskuler bagian-bagian itu.

Kami memiliki sebuah jargon bahwa kualitas hidup kita ditentukan oleh kualitas pembuluh darah mana saja. Pembuluh darah itu esensial itu yang menjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan rumah sakit ini ke depan.

SURYA: Semua pelayanan ini ternyata bisa diakses BPJS. Namun di sisi lain peralatannya mahal dan rumah sakit juga membutuhkan biaya operasional besar untuk mensukseskan layanan-layanan seperti itu. Bagaimana mensiasati antara kebutuhan memberikan layanan gratis pada pasien, tapi Rumah Sakit harus hidup biaya operasional?

dr Tauhid Islamy: Hal itu memang problematik dan harus didiskusikan terus dengan sahabat tercinta BPJS. BPJS itu ada dua perspektif. Pertama Universal Coverage dalam pengertian kepesertaan, cita cita undang undang adalah seluruh Penduduk Indonesia memiliki Jaminan Kesehatan ataupun Jaminan Ketenagakerjaan, itu disebut dengan Universal Coverage.

Universal Health Coverage berbeda lagi bahwa ketika kemudian penduduk Indonesia membutuhkan layanan kesehatan maka harus bisa mengakses secara universal. Sehingga apa yang terjadi dengan BPJS kita, kepesertaan universal layanan diberikan juga universal. Tidak ada satu-satunya di dunia cuma BPJS.

Kalau asuransi swasta terikat dengan perjanjian bahwa premi sekian dapat layanan yang kelas tertentu. Ada batasan dan tidak universal. Tapi kalau BPJS cita-cita luhur berdasarkan amanah undang-undang, semua masalah kesehatan tercover.

Kecuali kosmetik, kehendak sendiri, keinginan sendiri tidak ditanggung BPJS, tapi lebih dari itu semua akan ditanggung. Pertanyaannya preminya cukup apa tidak? preminya sama ada premi kelas 3 kelas 2, tidak ada kelas VIP preminya berhenti di kelas 1.

SURYA: Mungkin bisa cerita Success Story Bagaimana anda mengelola dan mengatur persoalan ini, ternyata tetap saja RSUD dr Soedono menjadi rujukan dan ramai sekali pasien BPJS?

dr Tauhid Islamy: Kami berterima kasih kepada pimpinan kami ibu Khofifah kemudian dilanjutkan dengan Pak PJ Gubernur, perhatian beliau begitu besar. Ada peran serta pemerintah ketika kami mengalami kekurangan. Kuncinya intervensi pemerintah terhadap Rumah Sakit Provinsi.

Ada juga Rumah Sakit vertikal yang langsung di bawah koordinasi Kemenkes, ketika kemudian mereka membutuhkan alat-alat dan sebagai macam maka langsung permintaannya ke Kemenkeu, Kemenkes. Kami kalau membutuhkan pengembangan alat dan lain sebagainya pengajuannya ke Ibu gubernur.

SURYA: Agar suatu layanan di wilayah itu berjalan baik, apa kata kunci suksesnya mengingat rumah sakit ini garda terdepan yang terkadang jadi Public Enemy, kalau tidak terlayani maka rumah sakitnya disalahkan. Faktor-faktor apa saja yang berperan di suatu daerah agar layanan kesehatan bisa maksimal?

dr Tauhid Islamy: Jadi di dalam pengetahuan saya yang terbatas, saya juga bukan mister tahu segalanya. Saya melihat sebetulnya kebutuhan pada dua, yakni Health Demand dan Health Need. Health Need adalah apa kebutuhan kesehatan pelanggan atau masyarakat yang dalam kacamata Saintifik.

Ada latar belakang ilmiahnya, penjelasan Saintifik tapi juga jangan lupa Health Demand, masyarakat ingin dilayani seperti apa. Itu yang dapat dari berbicara kepada masyarakat. Kami berkomunikasi pada mereka maunya ingin layanan seperti apa.

Katakanlah dengan bahasa yang sederhana mereka meminta layanan seperti luar negeri. Apa yang hebat di luar negeri sampai kemudian banyak masyarakat Indonesia lari ke luar negeri. Salah satunya karena murah tapi tidak murahan. Murah dalam arti untuk mengakses layanan berkualitas, maka target-target kinerja kami harus ke arah sana bagaimana pasien dimudahkan, dimanjakan, dibikin cepat, jangan mahal harganya tidak boleh mahal atau terjangkau.

Kemudian kami identifikasi bagaimana hal-hal yang bisa kami buat ikhtiar itu tapi ada hal-hal yang tidak bisa kami lakukan apa-apa. Contoh perbedaan yang mendasar adalah barang-barang investasi di bidang kedokteran di negara kita, dikenakan pajak, masih banyak yang impor.

Pajaknya juga berlapis, pajak barang impor pajak barang mewah. Jadi yang membuat mahal nilai investasinya sehingga secara sederhana aja masyarakat selalu membandingkan CT Scan di Malaysia angka ratusan ribu, di dalam negeri puluhan juta MRI juga begitu.

Nah ini kami terus menyampaikan kepada stakeholder kebijakan bahwa sebetulnya masyarakat ingin layanan mudah diakses, murah berkualitas, cepat dan sebagainya.

SURYA: Terlepas dari banyaknya masalah yang dihadapi ke depan. Apakah sudah sesuai dengan yang sudah ditentukan, dari sisi layanan keahlian, RSUD dr Soedono oke punya itu, mungkin ke depannya optimiskah layanan kesehatan di Jawa Timur khususnya akan semakin bagus?

dr Tauhid Islamy: Kami optimisme layanan kesehatan meningkat. Artinya tidak boleh kehilangan semangat di tengah-tengah rintangan itu. Seperti yang saya sampaikan artinya bisa kami atasi. Tantangan itu harus dilihat sebagai peluang jangan melihat tantangan membuat pesimis.

Tantangan itu harus dipelajari dan mana hal-hal yang bisa diperbaiki di situ. Tapi sekali lagi ada tantangan yang tidak bisa dilakukan sendirian bukan urusan RSUD dr Soedono, tapi urusan pemerintah pusat.

Misalkan pembiayaan BPJS, kami tidak bisa. Nah tapi bagaimana beradaptasi dengan itu semua, kami optimis masih ada celah-celah yang bisa kami perbaiki.

SURYA: Dari sisi Sumber Daya Manusia, keterampilan dokter dan tenaga kesehatan ini tidak kalah dengan Penang Malaysia, Singapura?

dr Tauhid Islamy: Tidak kalah. Dulu saya mengira bahwa kami kalah segalanya, pernah ada pasien dari Singapura membawa USG Miom. Saya hanya kemampuan mendiagnosis di rahim ibu ada 3 Miom pergi ke Singapura, pulang-pulang bawa USG kata dokter ada 7 Miom.

Tantangan ini harus dijawab. Oleh karena itu saya sekolah pengen tahu apa beda saya dengan Dokter Singapura, ternyata alatnya beda dia menggunakan USG yang canggih pada saat itu, saya menggunakan USG lama.

Teknologi berbicara di situ, jadi SDM kami tidak kalah, begitu teknologi tersebut hadir ternyata pengobatan di Malaysia Singapura ini sama dengan kami, mereka dibantu dengan teknologi canggih. Begitu tahu DSA ternyata gambar pembuluh darah kelihatan. Nah ini ada juga di RSUD dr Soedono. Teknologi sangat penting sekali.

SURYA: RSUD dr Soedono ini sudah Digital Live. Mulai dari ketersediaan kamar itu bisa tahu secara Real Time. Bagaimana penerapan digital dalam meningkatkan pelayanan rumah sakit?

dr Tauhid Islamy: Kalau bicara branding rumah sakit luar negeri. Rencana jangka panjang rumah sakit adalah Smart Hospital. Sebelum itu dicapai ada target tengah Modern Hospital. Gampang saja, Cina yang luar biasa tanya berapa punya tempat tidur. Katakanlah disana punya 700, di sini 350, Saiful Anwar 700 sampai 800, RSUD Dr Soetomo sekitar 1200-1300.

Di China ada sebuah rumah sakit kamar tidur 700 sama dengan Saiful Anwar, pertanyaannya adalah berapa punya SDM. Tempat kami untuk mengoperasikan 350 tempat tidur karyawan karyawati kami total 1200. Saiful Anwar dengan 700 barangkali angkanya di sekitar total 3000 dengan kompetensi apapun, RSUD Dr Soetomo 1200-1300 tempat tidur karyawan karyawati sekitar 5000.

Di China 700 tempat tidur hanya 400 SDM. Kuncinya menggunakan semua teknologi yang ada Smart Hospital menggunakan sensor. Tugas sebagai manusia digantikan robot dengan sub sensor. Tapi tentu saja investasinya luar biasa.

Di tengah-tengah itu ada Modern Hospital. Di Singapura saya lihat ada General Hospital dengan 1200 sama dengan RSUD Dr Soetomo, karyawan karyawati 5000 ternyata sama. Bedanya adalah penggunaan alat-alat tadi, dia tidak mau kalau tidak canggih, dan semuanya serba digital, jadi sudah tidak ada lagi kertas.

Saya masuk di klinik seorang profesor sana. Saya melihat beliau menunjukkan bagaimana menangani pasien. Sudah pakai monitor, mulai dari menampilkan pembuluh darah gambarnya bagus, tajam, sudah di layar monitor, tidak pakai foto.

Kemudian diperintahkan pemeriksa tambahan dan masuk terdeteksi secara otomatis, itu Modern Hospital serba digital, kami ke arah sana. Tujuannya untuk membuat proses yang disebut masa tunggu, itu menjadi lebih singkat.

Komplain terbanyak di rumah sakit manapun, adalah antre lama, antre menunggu layanan dokter, antre pendaftaran, antre pemeriksaan, bagaimana menyelesaikan ini, dengan digitalisasi di antaranya. Semua harus tanpa kertas. Kami sudah masuk dalam digital, seperti rekam elektronik medis harus serba elektronik di manapun, dan itu menjadi kebijakan Kemenkes lewat Permenkes, diwajibkan rumah sakit harus menggunakan rekam medik elektronika.

Kalau sudah semuanya serba elektronik maka ke belakangnya jadi mudah, pemeriksaan penunjangnya juga pesannya lewat elektronik, resep serba digital sehingga harapannya akan mempersingkat masa tunggu tadi.

Kedua sudah membeli teknologi Picture Archiving Communication System (PAC). Prinsipnya, gambar CT Scan, MRI, Foto Rontgen tidak pakai paper, tapi direkam secara elektronik disampaikan secara nirkabel ke PIC rawat jalan, PIC rawat inap, karena semua serba elektronik tinggal dikirim ke pasien langsung.

Beberapa pasien ya memang sudah ahli dalam gadget, khususnya pengantar masih muda kami berikan Barcode. Sehingga jika ingin melihat kembali foto tinggal Scan Barcode, lalu tampil foto CT Scan atau Foto MRI.

Tapi mohon dipahami ini masih proses teknologi ini mahal, kami tidak mungkin membeli sekaligus semua proses kami lakukan secara bertahap atau multi years.

SURYA: Para pembaca ingin tahu lebih detail sosok Dokter Tauhid. Bisa diceritakan dulu asli mana, perjalanan sekolah dan jenjang karirnya sampai sekarang jadi orang nomor satu di RSUD dr Soedono?

dr Tauhid Islamy: Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan diri saya, yang tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi pada diri saya, sehingga bisa duduk sampai saat ini. Tidak menyangka, saya cuma sederhana, pada saat SD di Probolinggo, saya di Kota Leces, tepatnya Pabrik Kertas Leces, ayah saya dinas di situ.

SD sampai SMA di Probolinggo, ayah saya mengarahkan untuk jadi dokter. Sederhana saja penglihatan ayah saya, beliau amal sholeh, menolong orang, sederhana saja, latar belakang beliau sederhana. Beliau ingin anak-anaknya ingin jadi dokter.

Zaman dahulu orang tuanya mau apa ya harus jadi dokter. Akhirnya mendaftar di FK Unair keterima sehingga pendidikan lanjutan di FK Unair, dokter umum di Unair, dinas di Pamekasan 3 tahun, kembali spesialisasi di Unair, konsultan Fetomaternal di Unair. Mungkin jadi satu-satunya konsultan di Madiun Raya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved