Sindikat Uang Palsu Kampus UIN Makassar

Beda Pengakuan Sindikat Uang Palsu di UIN Makassar dan Pihak Rektorat, Kuak Kebohongan Andi Ibrahim

Penyidikan kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin masih berjalan, namun ada pengakuan yang berbeda antara pihak rektorat dan pelaku. 

Editor: Musahadah
kolase youtube TV One
Wakil Rektor I UIN Alauddin Makassar Prof Kamaluddin mengungkap kebohongan Andi Ibrahim, bos sindikat uang palsu. 

SURYA.co.id - Penyidikan kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin masih berjalan, namun ada pengakuan yang berbeda antara pihak rektorat dan pelaku. 

Perbedaan pengakuan ini terkait waktu operasional pabrik uang palsu di perpustakaan UIN Alauddin, Makassar. 

Pelaku menyebut, pencetakan uang palsu itu terjadi di jam kerja aktif saat banyak mahasiswa di perpustakaan, namun pihak rektorat mengungkap kegiatan itu berlangsung saat malam hari. 

Wakil Rektor 1 UIN Alauddin Makassar, Prof Kamaluddin mengaku pihaknya sama sekali tidak mencium adanya pabrik uang palsu itu karena gelagat tersangka, Andi Ibrahim yang saat kejadian masih menjabat kepala perpustakaan, tidak mencurigakan. 

Meski demikian, diakuinya, mesin cetak uang yang ada di perpustakaan sebenarnya sudah diketahui kalangan perpustakaan dan para staf, 

Baca juga: Penyebab Sindikat Uang Palsu di UIN Makassar Baru Dibongkar Setelah 2 Tahun, Inisiatornya Orang Top

Hanya saja, saat ditanya mesin itu untuk apa, Andi Ibrahim menyebut untuk pencetakan buku. 

Mesin cetak seharga Rp 600 juta yang didatangkan dari China itu diletakkan Andi Ibrahim di ruang kamar mandi yang disekat pakai partisi diberi peredam suara. 

"1-2 hari saat mesin diterima, belum disekat. Jendelanya ditutupi. Siapapun yang lalu lalang pasti melihat," terang Prof Kamaluddin dikutip dari acara Telusur TV One pada Senin (30/12/2024).

Karena ada mesin cetak di depan kamar mandi itu lah, akhirnya kamar mandi laki-laki yang ada di sampingnya tidak difungsikan. 

Andi Ibrahim justru menggunakan kamar mandi itu untuk menyimpan material untuk pencetakan uang. 

Pihak staf yang mengetahui hal itu tidak curiga karena Andi Ibrahim selalu mengatakan bahwa itu untuk percetakan kepentingan UIN Alaudddin. 

Apakah rektorat tidak memantau? 

Prof Kamaluddin mengatakan, selama ini Andi tidak pernah meminta izin resmi. 

Saat ditanya mengenai hal itu, dia mengatakan sudah lapor dan menyampaikan ke rektorat.

"Ya udah, apa yang mau disampaikan. Dia atasan di sini, dia menguasai gedung ini kok," kata Kamaluddin. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved