Lereng Semeru Menyelipkan Energi Hijau Tanpa Agresi dengan PLN

PLN terus berupaya memanfaatkan potensi sumber energi baru terbarukan dan mengajak masyarakat untuk turut terlibat

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Tony Hermawan
Sucipto menunjukkan tempat mikrohidro buatannya. 

Melihat persoalan itu seorang anak muda setempat tergerak. Ia memang baru satu tahun kuliah di Teknik Mesin IKIP Malang (sekarang berganti nama menjadi Universitas Malang). Meski demikian, ambisinya untuk mengatasi kebuntuan di desanya kuat.

Berbekal buku bacaan dari seorang kawannya di Universitas Brawijaya, ia berani mendesak dosennya untuk membimbingnya membuat mesin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) .

Anak muda itu bernama Sucipto. Serupa dengan namanya, sebuah mesin mikrohidro tercipta dari keterampilan tangannya.

Sucipto mengecek turbin dan generator untuk memastikan pasokan listrik dari mikrohidro stabil.
Sucipto mengecek turbin dan generator untuk memastikan pasokan listrik dari mikrohidro stabil. (SURYA.CO.ID/Tony Hermawan)

Mikrohidro ciptaan Sucipto bekerja dengan cara memanfaatkan air yang mengalir di sungai.

Air sungai Besuk Semut terlebih dahulu ditampung di bendungan. Di bendungan itu dipasang semacam besi berongga yang fungsinya menyaring sampah dan kerikil. Air yang sudah bersih dari sampah dan kerikil kemudian masuk ke pipa. Air yang masuk pipa menggerakkan roda turbin. Daya yang dihasilkan terhubung ke generator. Dari generator muncul daya listrik.

"Saat itu ada 100 lebih rumah akhirnya mendapat pasokan listrik dari mikrohidro buatan saya," ucapnya.

Nama Sucipto dibicarakan banyak orang, seiring keberhasilannya membuat mikrohidro di desanya. Sampai-sampai dia sering dipanggil ke desa-desa lain untuk membuat mikrohidro serupa.

Seiring dengan itu, keahliannya didengar oleh masyarakat di luar Kabupaten Lumajang. Dia kerap diminta mengatasi desa-desa yang belum teraliri listrik dengan analisanya di bidang yang mutakhir. Gara-gara itulah dia punya sebutan Dokter Listrik.

Sucipto ternyata diamati pemerintah. Tahun 2012, dia mendapat penghargaan pelopor energi terbarukan wilayah Jawa Timur dari Gubernur Soekarwo. Dia mendapatkan banyak dana hibah kurang lebih Rp 300 juta, satu di antaranya dari Pembangkit Listrik Negara (PLN) memberi sumbangan dana kepadanya senilai Rp 165juta.

Tepat pada tahun yang sama, dana tersebut kemudian digunakan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang lebih besar.

"PLTA kedua ini saya namai mikrohidro unit II. Daya listrik yang dihasilkan mencapai 30 ribu kilowatt. Daya sebesar itu, bisa digunakan untuk menerangi 400 lebih rumah berdaya listrik 450 Volt Ampere. Hingga sekarang setidaknya ada 116 rumah terpasok listrik dari hasil mikrohidro," terang Sucipto.

Kelola Listrik dari Alam Perlu Ditiru

Prigi Arisandi merupakan seorang aktivis lingkungan yang berpuluh-puluh tahun menyoroti masalah sungai. Dia sangat akrab dengan sungai. Pengakuannya, dulu waktu kecil sering dilempar ke sungai.

Setahunya dalam mengolah mikrohidro, sungai harus bebas dari sampah. Dia membayangkan andai saja banyak daerah yang membuat mikrohidro, pasti banyak ekosistem sungai yang terjaga.

"Dengan ada mikrohidro, bisa meminimalisir orang buang sampah atau limbah di sungai, karena sebagian besar masyarakat merasa sungai memiliki dampak kontinuitas yang bagus," ucapnya.

Sucipto membersihkan sampah yang terkumpul di saringan bendungan.
Sucipto membersihkan sampah yang terkumpul di saringan bendungan. (SURYA.CO.ID/Tony Hermawan)
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved