Cek Kesehatan Kemenkes 2025 : Kisah Dewi Perawat Lulusan Unair Menjaga Nyawa di Ujung Maluku

Dewi Rahmawati telah menyandang gelar Magister Keperawatan dari Universitas Airlangga Surabaya Jawa Timur. 

Penulis: Farid Mukarrom | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa Wa Ode Dewi Hidayati
SOSIALISASI - Wa Ode Dewi Hidayati Perawat Lulusan Magister Unair Surabaya sedang memberikan sosialisasi kepada masyarakat di Waesama Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku. 

Pernah suatu ketika speedboat yang ia tumpangi kehabisan bahan bakar di tengah laut. Tidak ada sinyal, tidak ada kapal lain yang lewat.

“Waktu itu saya pikir, mungkin itu akhir saya. Tapi saya ingat, saya belum selesai di sini,” ujar Dewi sambil tersenyum tipis mengingat momen itu.

Begitu tiba di daratan Waesama, perjuangannya tidak berhenti. Jalan rusak, licin, dan penuh batu membuat perjalanan darat menjadi mimpi buruk.

Nyaris tidak ada transportasi umum, sehingga untuk menjangkau desa terpencil, Dewi sering harus meminjam motor warga, naik rakit bambu menyusuri sungai, atau menumpang perahu kecil melewati arus deras.

“Di sini, perjalanan adalah bagian dari pekerjaan. Kita tidak bisa mengeluh,” kata Dewi.

3 Tahun Membangun Kepercayaan dengan Soa

Di daerah ini, budaya bukan sekadar hiasan, tetapi identitas yang mengatur segala hal termasuk kesehatan.

Pemimpin adat atau Soa memiliki pengaruh besar dalam keputusan masyarakat, mulai dari urusan pertanian, pernikahan, hingga pengobatan.

Dewi menyadari bahwa tanpa persetujuan Soa, tenaga kesehatan tidak akan dianggap. Karena itu, ia memilih pendekatan yang paling sulit namun paling efektif: membangun kepercayaan.

“Tidak bisa langsung masuk. Harus menunggu dulu. Menyaksikan dulu. Menegur dulu,” kenangnya.

SOSIALISASI - Wa Ode Dewi Hidayati Perawat Lulusan Magister Unair Surabaya sedang memberikan sosialisasi kepada masyarakat di Waesama Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku.
SOSIALISASI - Wa Ode Dewi Hidayati Perawat Lulusan Magister Unair Surabaya sedang memberikan sosialisasi kepada masyarakat di Waesama Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku. (Foto Istimewa Wa Ode Dewi Hidayati)

Ia hadir di acara adat, ikut membantu ibu-ibu menyiapkan makanan untuk ritual, mengobrol sambil memetik daun pisang, dan sesekali membantu menyiapkan perahu untuk perjalanan warga. 

Butuh waktu tiga tahun hingga para Soa benar-benar menganggapnya sebagai bagian dari komunitas.

Baca juga: RS Kemenkes Surabaya Kerja Sama dengan BPJS Kesehatan, Pasien Tak Perlu Khawatir Lagi

Perlahan, Dewi mulai diperbolehkan mengedukasi warga tentang imunisasi, vitamin A, dan pengobatan luka. Ketika Soa memberi izin, satu kampung akan ikut. Itu membuat program kesehatan berjalan lebih mudah.

Kusta, Pamali dan Babeto

Salah satu tantangan terbesar Dewi adalah tingginya kasus kusta.

Stigma mengenai penyakit ini masih sangat kuat. Banyak warga percaya bahwa kusta adalah kutukan akibat kesalahan leluhur. 

Penyembuhan dipercaya hanya bisa dilakukan dengan ritual Babeto, yakni duduk di bawah pohon besar selama berhari-hari hingga “roh penyakit” pergi.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved