Cek Kesehatan Kemenkes 2025 : Kisah Dewi Perawat Lulusan Unair Menjaga Nyawa di Ujung Maluku

Dewi Rahmawati telah menyandang gelar Magister Keperawatan dari Universitas Airlangga Surabaya Jawa Timur. 

Penulis: Farid Mukarrom | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa Wa Ode Dewi Hidayati
SOSIALISASI - Wa Ode Dewi Hidayati Perawat Lulusan Magister Unair Surabaya sedang memberikan sosialisasi kepada masyarakat di Waesama Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku. 

“Mereka tidak makan, tidak minum, hanya duduk. Saya lihat sendiri,” ungkapnya.

Dewi tidak menghakimi. Sebaliknya, ia memadukan pendekatan medis dengan menghormati nilai budaya. Ia membiarkan warga melakukan ritual, lalu perlahan memperkenalkan obat-obatan.

Baca juga: RS Kemenkes Surabaya Gunakan Teknologi Nuklir untuk Deteksi Kanker

Ia menunjukkan cara merawat luka, cara minum obat rutin, dan menjelaskan dengan bahasa sederhana apa itu bakteri penyebab kusta.

Hasilnya, perlahan, stigma mulai mencair. Beberapa warga mulai datang ke Puskesmas untuk berobat.

Bahkan beberapa mantan pasien kusta kini menjadi relawan lokal yang membantu Dewi menyampaikan edukasi.

Penghasilan Terbatas

Walau sudah belasan tahun mengabdi, kehidupan Dewi jauh dari kata mapan. 

Harga kebutuhan pokok di Waesama sangat mahal. Tidak ada tunjangan khusus untuk tenaga kesehatan yang bertugas di daerah terpencil dalam lingkup Buru Selatan.

Untuk menambal kebutuhan, Dewi berjualan makanan ringan, aneka kerupuk, dan kadang menjadi distributor obat ke desa-desa yang tidak memiliki apotek.

“Kalau tidak begitu, saya tidak bisa bertahan. Tapi ya sudah, saya jalani,” ujarnya.

Ketika malam tiba dan Puskesmas sunyi, Dewi kerap duduk di teras sambil memandang langit Waesama yang gelap tanpa lampu jalan. 

Di situ, ia merenungkan betapa banyak nyawa yang bergantung pada tangan-tangannya. Namun ia juga berharap negara hadir lebih nyata.

Dewi dan Masa Depan Kesehatan Wamsisi

Meski banyak tantangan, Dewi percaya perubahan sedang terjadi meski pelan. Anak-anak balita kini sudah rutin datang untuk ditimbang. 

Para ibu hamil lebih berani memeriksakan kandungannya. Remaja sekolah lebih sadar tentang pentingnya kebersihan dan nutrisi.

“Kalau program seperti ini terus berjalan, saya yakin angka penyakit bisa turun,” katanya.

Namun ia juga mengingatkan bahwa keberhasilan program tidak hanya ditentukan oleh kebijakan, tetapi juga oleh tenaga kesehatan di lapangan.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved