4500 Perempuan Jatim Diskrining HPV DNA dalam Proyek Percontohan oleh Jhpiego, Roche, dan Bio Farma

Jhpiego Indonesia bersama Roche Diagnostics Indonesia dan Bio Farma, serta Kemenkes telah melaksanakan 'Studi Implementasi

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
Jhpiego Indonesia
PENUTUPAN STUDI - Penutupan “Sesi Pembelajaran dan Apresiasi Proyek Percontohan Skrining Kanker Leher Rahim” di Surabaya, yang dilakukan digelar Jhpiego Indonesia bersama Roche Diagnostics Indonesia dan Bio Farma, serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Studi implementasi ini untuk mendukung program ILP - Kemenkes: Proyek Percontohan Skrining Kanker Serviks dengan HPV DNA dan Tes Mandiri Menggunakan Model Hub & Spoke di Provinsi Jawa Timur” sejak November 2024 hingga November 2025. 

Ringkasan Berita:
  • Proyek percontohan skrining HPV DNA di Jatim (Surabaya & Sidoarjo) melibatkan 4.537 perempuan, dengan tingkat partisipasi melampaui 50 persen.
  • Skrining sangat penting karena 70 % kasus terdiagnosis stadium lanjut. Proyek ini memastikan peserta positif HPV DNA mendapat tindakan lanjutan tanpa biaya.
  • Studi ini membuktikan keberhasilan model Hub & Spoke dan standardisasi proses lab.
  • Temuan studi ini akan memperkaya model ILP Kemenkes dan mendukung Strategi Nasional Eliminasi Kanker Serviks 2023–2030.

 

SURYA.co.id | SURABAYA – Jhpiego Indonesia bersama Roche Diagnostics Indonesia dan Bio Farma, serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah melaksanakan 'Studi Implementasi untuk Mendukung Program ILP - Kemenkes: Proyek Percontohan Skrining Kanker Serviks dengan HPV DNA dan Tes Mandiri Menggunakan Model Hub & Spoke di Provinsi Jawa Timur' sejak November 2024 hingga November 2025.

Kegiatan ini resmi berakhir dan ditandai dengan kegiatan penutupan 'Sesi Pembelajaran dan Apresiasi Proyek Percontohan Skrining Kanker Leher Rahim' di Surabaya, Kamis (20/11/2025).

"Pelaksanaan studi ini merupakan bagian dari Rencana Nasional Eliminasi Kanker Serviks 2023-2030 untuk mencegah kematian akibat kanker leher rahim, yang menjadi penyebab kematian akibat kanker terbanyak kedua pada perempuan di Indonesia dengan angka kematian hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia," kata Maryjane Lacoste, Country Director Jhpiego Indonesia.

Kanker leher rahim dapat dicegah dan diobati jika terdeteksi dini.

Sayangnya, 70 persen perempuan yang terdiagnosis berada pada stadium lanjut, membuat pengobatan lebih sulit.

Kemudian, pada stadium awal, penderita kanker leher rahim juga biasanya tidak merasakan gejala apapun dan bila sudah ada gejala, artinya kanker sudah menyerang.

Skrining Deteksi Dini Penting

Itu sebabnya mengapa skrining deteksi dini kanker leher rahim sangat penting.

Proyek percontohan ini dilaksanakan di dua wilayah yakni Kelurahan Manukan Kulon oleh Puskesmas Manukan Kulon, Surabaya dan di Desa Pilang, Sidorajo oleh Puskesmas Wonoayu dengan melibatkan 164 orang kader dalam penyuluhan terkait pencegahan kanker leher rahim.

Selanjutnya, pemeriksaan sampel di laboratorium dilakukan oleh Labkesmas Surabaya dan Labkesmas Mojokerto.

Hingga akhir periode skrining pada Oktober 2025, tercatat 4.537 perempuan telah berpartisipasi.

"Capaian ini sangat signifikan, dengan tingkat partisipasi lebih dari 50 persen, jauh melampaui angka skrining nasional yang masih berada di bawah 10 persen," jelas Maryjane.

Kesuksesan ini dicapai berkat kolaborasi berbagai pihak, terutama dedikasi tenaga kesehatan di kedua puskesmas dan seluruh kader yang terlibat.

Sejak awal, mereka menunjukkan komitmen tinggi dalam menjalankan kegiatan, mulai dari mengadvokasi masyarakat hingga mengedukasi untuk mematahkan stigma dan mengatasi tantangan yang muncul.

Para kader juga menjadi garda terdepan yang menghadapi berbagai bentuk penolakan dengan berbagai alasan dari sebagian  masyarakat, dan tetap konsisten mendorong partisipasi demi keberhasilan program dan kesehatan perempuan di wilayah tersebut.

Sumber: Surya
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved