4500 Perempuan Jatim Diskrining HPV DNA dalam Proyek Percontohan oleh Jhpiego, Roche, dan Bio Farma

Jhpiego Indonesia bersama Roche Diagnostics Indonesia dan Bio Farma, serta Kemenkes telah melaksanakan 'Studi Implementasi

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
Jhpiego Indonesia
PENUTUPAN STUDI - Penutupan “Sesi Pembelajaran dan Apresiasi Proyek Percontohan Skrining Kanker Leher Rahim” di Surabaya, yang dilakukan digelar Jhpiego Indonesia bersama Roche Diagnostics Indonesia dan Bio Farma, serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Studi implementasi ini untuk mendukung program ILP - Kemenkes: Proyek Percontohan Skrining Kanker Serviks dengan HPV DNA dan Tes Mandiri Menggunakan Model Hub & Spoke di Provinsi Jawa Timur” sejak November 2024 hingga November 2025. 

Dari sisi teknis, penerapan model Hub & Spoke dan standardisasi proses laboratorium tidak hanya meningkatkan efisiensi pemrosesan sampel, tetapi juga memberikan bukti kuat bahwa pendekatan terstruktur dapat mempercepat perluasan layanan skrining secara berkelanjutan.

Temuan ini menunjukkan bahwa penguatan tata kelola layanan, integrasi alur rujukan, dan optimalisasi kapasitas laboratorium mampu menghasilkan capaian signifikan dalam waktu singkat.

"Pada akhirnya angka capaian menunjukkan kerja keras seluruh pihak yang terlibat dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memprioritaskan kesehatan dan melakukan skrining," tambah Mita Rosalina, Head of Government Affairs & Market Access Roche Indonesia.

Pendekatan komprehensif dalam studi ini termasuk pula memastikan bahwa para peserta yang dideteksi positif memiliki virus DNA HPV juga mendapatkan tindakan medis lanjutan - salah satunya berupa ablasi termal, tanpa dibebankan biaya apapun.

Ablasi termal merupakan tindakan medis untuk menghancurkan jaringan abnormal yang berpotensi menjadi kanker.

"Penting untuk dipahami bahwa hasil positif HPV DNA tidak berarti telah mengidap kanker, melainkan menunjukkan adanya infeksi yang masih dapat ditangani sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih serius," terang Mita.

Salah seorang peserta dari Kelurahan Manukan Kulon, Tri Utami, menceritakan bahwa dari hasil skrining, diringa harus melakukan pemeriksaan lanjutan.

Alih-alih merasa takut, Tri justru menyatakan rasa syukurnya atas program skrining ini.

"Karena kondisi saya  dapat diketahui lebih awal sehingga tindakan pencegahan dapat dilakukan," cerita Tri.

Sementara itu, dalam penutupan, kesimpulannya, temuan dari studi ini diharapkan dapat memperkaya model Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer dari Kemenkes, memastikan kesetaraan, efisiensi, dan replikasi program.

Juga mengembangkan metodologi yang kuat untuk menguji inovasi dan berbagi hasil untuk memandu keputusan di masa mendatang dan memberikan informasi relevan yang dibutuhkan Kemenkes dalam membuat keputusan terkait pendekatan skrining yang lebih efektif dan efisien guna mempermudah akses skrining di berbagai daerah sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Serta mendukung pemerataan akses layanan kesehatan yang bermanfaat dalam memperkuat strategi nasional eliminasi kanker leher rahim, khususnya dalam mendukung capaian program deteksi dini DNA HPV untuk menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker leher rahim di Indonesia.

Sumber: Surya
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved