Berita Viral

Sebut Larangan Study Tour Dedi Mulyadi Berdampak Besar hingga ke PKL, Asita Mau Lapor DPRD Jabar

Larangan sekolah menggelar study tour yang diputuskan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, masih menjadi perdebatan. 

Editor: Musahadah
kolase tribun jabar/nazmi abdurrahman/pemprov jabar
EFEK DOMINO - Diskusi ilmiah dengan tema "Pentingnya Pendidikan Luar Kelas bagi Pelajar di Jawa Barat", yang digelar di Jalan Surapati, Kota Bandung, Kamis (6/3/2025). Diskusi ini membahas tentang larangan study tour yang diputuskan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (kiri). 

"Kalau jadi penyelenggara tour and travel obyeknya anak sekolah, gak usah belajar marketing. 
Itu cukup bertemu dengan kepala sekolah, kasih diskon yang cukup jadi deh barang. Meskipun kualitas penyelenggaraannya misalnya buruk, dan busnya mengalami kecelakaan seperti terjadi di siswa SMK di Depok, di Ciater," kata Dedi yang merekam videonya saat masih mengikuti retreat kepala daerah di Magelang. 

Terkait tudingan bahwa soal kemiskinan tugas gubernur, menurut Dedi, justru kegiatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan angka kemiskinan. 

Alasannya, orangtua yang berpenghasilan pas-pasan, dengan mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah yang menghabiskan anggaran 4-5 juta, hal itu itu bisa berdampak pada menurunnya angka kualitas hidupnya. 

Orangtua akan mencari pinjaman, baik ke rentenir, pinjaman online hingga bank keliling. 

Akhirnya hal ini menjadi pembebanan ekonomi dan angka kemiskinan semakin meningkat. 

"Sedangkan pembebasan mereka dari kewajiban untuk melakukan pembayaran di luar kebutuhan dasarnya, itu ikhtiar untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Mendidik masyarakat untuk investasi," katanya. 

Menurut Dedi, negara telah mensubsidi pendidikan triliunan rupiah agar beban orangtua menurun, bahkan hingga zero.

Tetapi kalau masih ada kegiatan pungutan in, maka subsidi pendidikan tidak ada arti. 

"Kalau tidak ada arti, lebih baik sekolah bayar saja, uang puluhan triluan untuk kepentingan, investasi, infrastruktur dan kegiatan lain yang bermanfaat bagi publik," selorohnya. 

Dedi mencontohkan, jika jumlah seluruh siswa SMA/SMK kelas 3 di Jawa Barat ada 800.000 orang, jika semuanya diminta membayar Rp 4 juta untuk study tour, maka diperlukan dana Rp 3,2 triliun. 

"Dana Rp 3,2 T itu lari kemana-mana. Kalau Rp 3,2 T didorong untuk investasi, persiapkan masuk Perguruan Tinggi, bekerja, mengikuti pelatihan yang bermanfaat, ini sangat berarti. Untuk itu mari kita bersama-sama membangun negeri ini dengan cara berpikir dan cara berpandangan rasional," katanya. 

Dedi tidak melarang siswa kelas 3 untuk membuat kegiatan kreatif yang berkesan dengan budget minim, seperti kegiatan seni saat perpisahan atau foto kenangan yang dikoordinir OSIS. 

"Yang dilarang itu kegiatan yang melibatkan sekolah, mengumpulkan uang, memobilisasi siswa demi kepentingan yang sifatnya sekedar hura-hura," tegasnya. 

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Ada Efek Domino Larangan Study Tour, Asita Jabar: Perlu Evaluasi dan Solusi Alternatif

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved