Pembunuhan 1 Keluarga di Kediri

Trauma Berat Anak Bungsu Korban Selamat Pembunuhan Satu Keluarga Guru di Kediri, Bupati Sampai Iba

Trauma mendalam dirasakan SPY (8), anak bungsu yang selamat dalam kasus pembunuhan satu keluarga guru di Kediri, Jawa TImur. 

Penulis: Isya Anshori | Editor: Musahadah
Istimewa
Kapolres Kediri AKBP Bimo Ariyanto saat menjenguk SPY di RS Bhayangkara Kota Kediri, Kamis (5/12/2024). Kini, kondisi SPY masih trauma berat. 

SURYA.CO.ID - Trauma mendalam dirasakan SPY (8), anak bungsu yang selamat dalam kasus pembunuhan satu keluarga guru di Kediri, Jawa TImur. 

SPY kini tinggal sebatang kara setelah ayah Agus Komarudin (41), ibu, Kristina (37) dan kakak kandung SPY, CAW (14) tewas dalam pembunuhan tersebut. 

SPY menyaksikan langsung bagaimana sang paman, Yusa Cahyo Utomo menghabisi kedua orangtua dan kakaknya di rumahnya, Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri pada Rabu (4/12/2024).

Bahkan dia juga menjadi korban keberingasan pamannya dan harus mengalami luka parah di bagian kepala sebelum akhirnya ditemukan warga dan dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Kediri. 

Kini, setelah beberapa hari berlalu, trauma itu masih terlihat di wajah SPY.  

Baca juga: Sosok Kapolres Kediri yang Nangis Tengok Anak Bungsu yang Selamat dari Pembunuhan Satu Keluarga Guru

Hal itu diungkapkan Bupati Kediri Hanindito Himawan Pramana, yang akrab disapa Mas Dhito, saat mengunjungi SPY (8) di RS Bhayangkara, Kediri pada Minggu (8/12/2024).  

Dalam kunjungannya, Mas Dhito menyebut sudah berkomunikasi dengan Kepala Rumah Sakit RS Bhayangkara Kota Kediri.

Ia menyampaikan bahwa tindakan medis untuk mengatasi penggumpalan darah sudah dilakukan kemarin.

"Secara fisik, kondisinya stabil. Namun, secara mental, si adik ini masih trauma berat karena menyaksikan langsung pembunuhan terhadap kedua orang tuanya dan kakaknya," jelas Mas Dhito.  

Mas Dhito menuturkan bahwa saat ia mendekati kamar tempat korban dirawat, korban menunjukkan respons defensif yang mencerminkan trauma mendalam.  

"Begitu saya sampai di depan kamar, anak itu langsung memegang gagang tempat tidur dan diam. Itu menunjukkan betapa trauma ini masih sangat membekas. Wajar saja, karena kejadian ini meninggalkan luka mendalam," imbuhnya. 

Untuk itu, ia menjelaskan bahwa langkah utama yang akan dilakukan pemerintah adalah memberikan pendampingan psikologis melalui trauma healing. 

"Dinsos dan DP2KB sudah mulai melakukan pendampingan pagi tadi. Kami ingin memastikan anak ini bisa tetap tumbuh dan berkembang meski melalui kejadian seperti ini," ujarnya.   

Mas Dhito juga memastikan kebutuhan hidup dan pendidikan korban akan ditanggung oleh pemerintah. Saat ini, pihak keluarga dari almarhum ayah korban tengah dibicarakan untuk menjadi wali asuh.  

"Pendampingan psikologis akan terus dilakukan. Selain itu, kebutuhan sekolah, kebutuhan hidup, semuanya akan kami tanggung. Kami ingin si adik ini tetap punya masa depan dan tidak kehilangan harapan hanya karena tragedi ini," tegasnya.  

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved