Berita Bojonegoro

Meratapi Ledre, Penganan Khas Bojonegoro Yang Mencoba Bertahan Hidup Saat Regenerasi Nyaris Meredup

Seperti para pembuat ledre lainnya, Nyonya Seger tidak menginginkan ledre punah dan hanya kelas menjadi mitos di Bojonegoro.

Penulis: Yusab Alfa Ziqin | Editor: Deddy Humana
surya/Yusab Alfa Ziqin (yusabalfaziqin)
Seorang penjual ledre khas Bojonegoro menunjukkan penganan khas itu di tokonya, Sabtu (6/1/2024) sore. 

Satu-satunya terobosan penjualan ledre yang dilakukan Agus hanya melayani pesanan via telepon. Melalui telepon, pembeli bisa memesan ledre sewaktu-waktu dan akan dikirim via jasa pengiriman logistik usai melakukan pembayaran.

Agus juga menilai tidak semua pihak berpartisipasi dalam pelestarian dan promosi ledre itu. Ia mencontohkan ada dua perusahaan minimarket berjaringan di Bojonegoro yang enggan membantu memasarkan.

"Saya seperti dilempar ke sana-sini. Disuruh ke sana-sini agar ledre bisa masuk mini marketnya. Sampai akhirnya saya simpulkan, dua jaringan minimarket itu tak mau menjajakan ledre di etalasenya," ungkapnya.

Agus berharap, Pemkab Bojonegoro atau pihak manapun memberi tindak lanjut atas penolakan yang dilakukan dua jaringan besar minimarket itu. "Tidak etis, dua perusahaan besar itu menjalankan bisnisnya dan mencari keuntungan di Bojonegoro. Namun, tak mau menjual jajanan khas Bojonegoro," sesalnya.

Agus optimistis jika ledre dapat dijajakan di etalase dua perusahaan besar itu, maka penjualan dapat terkerek. Sebab dua minimarket itu memiliki ratusan gerai di Bojonegoro. "Semakin banyak pihak yang menjajakan maka peluang laku semakin tinggi. Kan begitu hukum ekonominya," imbuh ayah tiga anak ini.

Agus tidak membeberkan berapa omzetnya setiap bulan, karena penjualan jajanan ini juga tidak menentu. Diungkapkan Agus, ada puluhan produsen ledre tradisional yang tersebardi Kecamatan Padangan, Kasiman, Purwosari, Tambakrejo, hingga Gayam, Kabupaten Bojonegoro.

"Puluhan produsen ledre yang saat ini kebanyakan sudah berusia tua, tetapi mereka bisa memproduksi lebih banyak dan menghasilkan uang yang cukup dari setiap produksinya," tandasnya.

Dan membahas ledre, tidak bisa dilepaskan dari nama Nyonya Seger, perempuan tua yang tinggal di Dusun Kalangan, Desa/Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro. Nyonya Seger merupakan keturunan salah satu generasi pertama pembuat ledre saat masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945.

Seperti halnya Agus, Nyonya Seger yang merupakan legenda ledre ini mengatakan, pihaknya tak begitu muluk-muluk dalam menjual cemilan atau jajanan berbahan dasar pisang raja tersebut.

"Saya menjual ledre melalui pesanan telepon saja. Kalau ada yang pesan, saya layani. Kalau tidak ada yang pesan, ya tidak membuat Ledre," ujar perempuan kelahiran 1948 itu saat ditemui SURYA.

Kendati hanya menjual ledre via telepon, ia mengaku masih bisa menjual cukup banyak. Biasanya pesanan ledre datang dari Semarang, Jakarta, Madiun, dan Surabaya. "Mereka tahu ledre produksi saya dari getok tular dan mungkin juga dari internet. Sebab banyak mahasiswa dan wartawan yang ke sini lalu mengeksposenya," terangnya.

Berapa dus ledre dapat dijualnya per bulan, perempuan berdarah Tionghoa yang merupakan putri penemu ledre yakni Min Tjie ini tidak menjelaskan. Yang pasti ledre dijual dengan harga dari Rp 30.000 sampai Rp 70.000 per dus dan itu cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Yang berbeda dengan Agus, Nyonya Seger malah tidak melakukan inovasi dan terobosan apa-apa. Ia hanya menjamin, ledre yang dijualnya saat ini masih asli menggunakan resep Min Tjie, mendiang ibunya.

"Sampai hari ini ledre saya dibuat dengan resep asli dari ibu yang dipakai sejak masa penjajahan Jepang tahun 1940-an silam," tutur perempuan berusia 75 tahun tersebut.

Wanita dua anak ini melanjutkan, pengembangan hanya dilakukan pada pengemasan saja. Jika dulu dikemas dengan kertas koran lalu kaleng bekas Khong Guan, sekarang ledre dikemas menggunakan dus. "Dus ini membuat tampilan lebih bagus. Dikirim ke pembeli di luar kota juga lebih pantas," imbuh wanita bernama asli Eka Darmayanti itu.

Sumber: Surya
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved