11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup
UMKM Eks Warga Dolly Sudah Setahun Berhenti Produksi Keripik Singkong: Bisnis Semakin Lesu
Sejumlah UMKM eks Dolly di Surabaya, Jatim, lesu, termasuk Keripik Samijali yang setahun berhenti produksi, berharap pemerintah gerakkan UMKM lagi
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Cak Sur
Roro pernah mengajukan bantuan dana untuk membeli bahan baku. Namun pengajuan itu tidak bisa dikabulkan, karena bantuan hanya diperuntukkan pembelian alat produksi.
“Padahal alat saya sudah bagus-bagus. Yang dibutuhkan itu bahan baku. Tapi belum terakomodir,” jelasnya.
Padahal biaya bahan baku meroket tajam. Harga samiler mentah naik dari Rp 350 per keping, menjadi Rp 1.000.
Akibatnya, harga jual Samijali turut berubah menjadi Rp 13.500 per bungkus.
Tawarkan Usaha ke Warga Eks Dolly: “Keuntungan Tidak Akan Saya Ambil”
Meski produksinya terhenti, Roro berharap UMKM Samijali tidak mati.
Bahkan, ia bersedia menyerahkan seluruh peralatan, desain kemasan hingga brand kepada warga sekitar, utamanya warga eks Dolly yang mau melanjutkan produksi.
“Kayak mengkader orang. Brand-nya pakai punya saya. Keuntungannya tidak akan saya ambil. Tapi sampai sekarang belum ada yang mau,” tutur Roro.
Bagi Roro, geliat UMKM sangat penting bagi ekonomi keluarga warga eks Dolly.
Meski keuntungan tidak besar, minimal ada pendapatan untuk kebutuhan rumah tangga dan pendidikan anak.
Kenangan Kelam Dolly dan Alasan Mendukung Penutupan Lokalisasi
Roro sudah tinggal di kawasan Dolly sejak kecil. Ia menyaksikan langsung kerasnya lingkungan saat itu—orang mabuk terkapar, keributan hingga aktivitas prostitusi yang terang-terangan.
Ia mengaku sangat setuju saat Wali Kota Surabaya kala itu, Tri Rismaharini, menutup Dolly, meski sempat mendapat penolakan dari sebagian warga.
“Saya takut anak saya terpengaruh. Lingkungan dulu sangat rawan,” kata Roro sambil berlinang air mata.
Salah satu anaknya sempat terjerumus kecanduan obat keras. Roro berjuang keras menyelamatkan anaknya, hingga akhirnya sang anak pulih setelah mendapat bimbingan dari tokoh agama dan komunitas mahasiswa yang mendampingi warga setelah penutupan Dolly.
Kini, anaknya telah berkeluarga dan hidup stabil.
Pemkot Surabaya Evaluasi Sentra UMKM Eks Dolly
Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, melalui situs resmi pemkot, menegaskan bahwa pemerintah sedang mengevaluasi seluruh Sentra UMKM, SWK dan wisata edukasi di eks Dolly.
Jika suatu lokasi sepi, maka jenis komoditas harus disesuaikan kebutuhan pasar.
Cak Eri juga memastikan program wisata edukasi akan digerakkan kembali melalui kolaborasi pemuda, karang taruna dan komunitas lokal, dengan dukungan anggaran Rp 5 juta per wilayah pada 2026.
“Kami ingin pemuda yang menggerakkan, bukan pemkot. Supaya mereka merasa memiliki,” ujarnya.
Dolly
Eksklusif
Multiangle
Meaningful
liputan khusus
11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup
Surabaya
UMKM eks dolly
Putat Jaya
Roro Dwi Prihatin Yuliastuti Sutanto
| Para Pelaku UMKM Eks Dolly Surabaya Sayangkan Gerai Souvenir DS Point Ditutup |
|
|---|
| Upaya Pokdarwis Dongkrak Pendapatan Pelaku UMKM di Kampung Eks Dolly Surabaya |
|
|---|
| Satu Dekade Penutupan Lokalisasi, Begini Kondisi Gang Kampung Eks Dolly Surabaya |
|
|---|
| Pelaku Bisnis Prostitusi Didominasi Pendatang, Pemkot Surabaya Siapkan Perda Hunian Kos |
|
|---|
| Pengembangan dan Penguatan Marketing Digital UMKM di Eks Lokalisasi Dolly Surabaya Gandeng Kampus |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Roro-Dwi-Prihatin-Yuliastuti-Sutanto.jpg)