Berita Viral

Tabiat Deni Rukmana Orangtua di Subang yang Labrak Guru karena Anaknya Ditampar, Ini Profesinya

Terkuak tabiat asli Deni Rukmana, orangtua di Subang yang labrak guru lantaran anaknya ditampar. Ternyata ini profesinya.

Kolase instagram Dedi Mulyadi
LABRAK GURU - Deni Rukmana (kiri) viral usai melabrak Guru Rana Saputra gara-gara tampar anaknya di Subang, 

Deni aktif di berbagai platform, mulai dari Facebook dengan 150 ribu pengikut, TikTok @misterdans3 (116 ribu followers), Instagram @mangdans_ (14 ribu followers), hingga YouTube @MangDani007.

Kontennya berisi kehidupan keluarga dan sketsa komedi ringan yang sering mencuri perhatian.

Dalam salah satu video, Deni pernah membagikan perjalanan kariernya di dunia konten.

Awalnya, ia membuat video sendiri sebelum akhirnya mengajak sang istri untuk ikut tampil.
Ia mengakui bahwa beberapa kontennya “nyeleneh dan sedikit kontroversial.”

Soal penghasilan, Deni tak menutupi bahwa dunia kreator cukup menjanjikan.

“Gajian kedua itu Rp1.800.000. Gajian ketiga naik jadi Rp4.800.000, dan gaji yang kemarin naik juga, jadi Rp16.000.000,” katanya.

Namun, perjalanan itu tak selalu mulus. “Akun saya kena pelanggaran. Video saya dihapus otomatis sama sistem,” ungkapnya.

Pihak Sekolah Buka Suara

Pihak SMP Negeri 2 Jalancagak akhirnya memberikan klarifikasi. Menurut Yaumi Basuki, Wakil Kepala Sekolah bagian Sarana dan Prasarana, peristiwa tersebut berawal dari penegakan disiplin.

“ZR dan tujuh siswa lainnya meloncati pagar sekolah yang baru selesai dibangun. Guru berusaha menegur, tapi memang terjadi kesalahpahaman,” kata Yaumi.

Ia menegaskan, sekolah tidak membenarkan adanya kekerasan fisik terhadap siswa.

“Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik,” jelasnya.

Menurut keterangan Yaumi, ada delapan siswa yang mendapatkan tamparan ringan setelah upacara.

“Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar,” ujarnya.

Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk pembinaan, pihak sekolah mengakui bahwa metode tersebut tidak tepat.

“Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik,” tambahnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved