SURYA Kampus

Kisah Hermawan Wisudawan Terbaik UB yang Lulus S2 dan S3 4 Tahun, Berkali-kali Gagal Eksperimen

Muhammad Hermawan Widyananda tidak pernah menyangka dapat menyelesaikan pendidikan jenjang S2 dan S3 hanya dalam waktu empat tahun.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
UB Malang
UB - Hermawan, Wisudawan Terbaik UB Malang 

SURYA.CO.ID - Muhammad Hermawan Widyananda tidak pernah menyangka dapat menyelesaikan pendidikan jenjang S2 dan S3 hanya dalam waktu empat tahun.

Lebih luar biasa lagi, alumnus Program Studi Biologi Universitas Brawijaya (UB) ini dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik karena lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4,00.

Prestasi yang dicapai Hermawan melalui beasiswa PMDSU Batch 6 ini bukan sekadar kecepatan studi. Ia juga tercatat telah menghasilkan 53 publikasi internasional bereputasi, dengan rincian: 13 artikel Terindeks Q1 dan 10 artikel Terindeks Q2, serta meraih H-indeks Scopus 18.

“Yang pasti senang dan lega. Untuk S3 di Biologi ada 10 ujian sidang, dan semuanya harus bernilai A agar bisa meraih IPK sempurna,” ungkapnya, dikutip SURYA.CO.ID dari laman resmi UB.

Terinspirasi Rektor dan Bergumul dengan Kegagalan Eksperimental

Hermawan bercerita, awal mula keinginan kuatnya untuk menjadi seorang peneliti datang dari motivasi Widodo, yang mendorongnya untuk melanjutkan studi.

“Beliau menilai saya punya potensi sebagai peneliti. Selain memberi motivasi, dia juga menyediakan banyak fasilitas penelitian dan pendanaan. Itu yang membuat saya semakin produktif,” katanya.

Perjalanan Hermawan berfokus pada penelitian inovatif.

Baca juga: Beda Pramono Anung dan Bobby Nasution Tanggapi Kebijakan Menkeu Purbaya Pangkas Dana Transfer Daerah

Tantangan terbesar adalah pengembangan kombinasi tiga herbal sebagai antikanker payudara, sebuah riset yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

Perjuangan di fase penelitian ini penuh tantangan, terutama karena sifat eksperimental yang kerap menemui kegagalan.

“Namun di balik ribuan kegagalan tersebut, ada satu keberhasilan. Yang mana itulah yang, alhamdulillah, membawa saya lulus. Dan satu keberhasilan itulah yang membuat kami banyak melakukan luaran di jurnal internasional,” ujarnya.

Riset penting tentang Boesenbergia rotunda (temu kunci) sebagai anti-kanker payudara menggunakan metode bioinformatika ini telah dipublikasikan di Wiley pada 2022.

Selain itu, pengalaman penelitian selama enam bulan di Jepang juga menghasilkan publikasi di Molecules pada tahun 2025 mengenai potensi temu kunci sebagai anti-inflamasi dan anti-obesitas, yang ia sebut sebagai pengalaman paling berkesan.

Baca juga: Sosok Haikal, Korban Ponpes Al Khoziny Asal Lamongan yang Bercita-Cita jadi Ulama

Kunci Produktivitas: Kualitas dan Ekosistem Riset Kondusif

Bagi Hermawan, kunci produktivitas penelitian bukan hanya terletak pada kuantitas, melainkan pada kualitas publikasi yang dihasilkan.

“Kalau kita mengacu pada kuantitas saja, nanti paper-nya banyak tapi sitasinya sedikit. Jadi, selain kuantitas, kualitas juga penting,” terangnya.

Ia menambahkan bahwa lingkungan penelitian yang kondusif sangat berpengaruh besar terhadap hasil riset.

“Di Lab Biomol UB sudah dibangun ekosistem penelitian yang didukung oleh Prof. Muhaimin Rifa'i dan Prof. Sasmito Djati. Jadi kita ke lab itu tidak stres, gitu."

"Dengan tujuan yang jelas, kemudian ekosistem penelitian yang bagus, saya yakin semua pasti bisa menghasilkan banyak publikasi berkualitas,” ujarnya.

Saat ini, Hermawan melanjutkan kiprahnya sebagai Research Fellow di Pusat Studi Biosistem DRPM UB, setara dengan postdoctoral fellow.

Ia menetapkan target ambisius untuk mempublikasikan risetnya di jurnal bereputasi tertinggi dunia, termasuk Nature.

“Semoga ke depan saya dan rekan-rekan peneliti yang lain bisa menghasilkan publikasi yang sangat bagus. Syukur-syukur nanti bisa terbitkan di Nature. Itu kan bisa ikut mengangkat nama UB juga,” ujarnya.

Pesan untuk Pelajar: Jangan Terlalu Lama Terjebak Pasang Surut

Hermawan menutup kisahnya dengan memberikan pesan motivasi agar pelajar tidak mudah menyerah di tengah jalan.

"Mungkin penelitian itu ada pasang surutnya. Pas surut, ya mungkin istirahat dulu ya pas surut ya. Tapi jangan terlalu lama."

"Karena studi itu ada waktunya ya. S2 itu dua tahun, S3 itu tiga tahun bagusnya. Jalani hubungan yang baik dengan promotornya atau pembimbingnya. Dan jangan lupa menikmati hidup," pesannya.

Ia juga menyampaikan apresiasi atas dukungan yang berperan besar dalam pencapaiannya.

"Untuk tambahan ya, mungkin saya ucapkan terima kasih dulu ya kepada beberapa pihak yang sangat berperan atas apa yang saya capai selama ini."

"Yang pertama saya ingin terima kasih kepada Rektor kita Prof. Widodo. Kemudian juga, kami juga harus berterima kasih kepada pembina lab di tempat saya bekerja," sambungnya.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved