Koperasi Merah Putih dan Asta Cita

Geliat Ekonomi Koperasi Merah Putih Desa Bringinan Ponorogo, Pasok Bahan MBG Hingga Simpan-Pinjam

Pengurus Koperasi Merah Putih Desa Bringinan Ponorogo mengaku bermodal bonek (bondo nekat).

|
Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: irwan sy
Pramita Kusumaningrum/TribunJatim.com
GELIAT EKONOMI - Ketua Koperasi Merah Putih Desa Bringinan, Jarot Sugeng Setiaji saat memasang plang Koperasi Merah Putih di depan kantornya. Koperasi Merah Putih di Desa Bringinan Kecamatan Jambon, Ponorogo, Jawa Timur, merupakan satu diantara dua yang berjalan dari 307 desa/kelurahan yang berbadan hukum. 
Ringkasan Berita:
  • Koperasi Merah Putih Desa Bringinan berjalan bermodal "bonek" (bondo nekat); kantor sederhana.
  • Lolos kerja sama dengan SPPG untuk suplai bahan mentah/sayur/buah (termasuk Pisang Cavendish).
  • Kelola simpan pinjam modal Bumdes (Rp 147 juta) dengan skema bagi hasil 70 persen Bumdes : 30 persen KMP. Pinjaman rakyat lebih ringan dari bank.
  • Ambil alih pengelolaan air minum desa dan menyewakan traktor milik Gapoktan.

 

SURYA.co.id, PONOROGO - Koperasi Merah Putih di Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Ponorogo, Jawa Timur, merupakan satu di antara dua yang surah berjalan dan berbadan hukum.

Saat Harian Surya mencoba mendatangi lokasi, pengurus Koperasi Merah Putih Desa Bringinan mengaku bermodal bonek (bondo nekat).

Baca juga: Lapak Langit dan Lapak Bumi Jadi Sarana Digital dan Pemasaran Produk Koperasi Merah Putih Ponorogo

Mereka menempati ruang tak lebih besar dari 5 meter di kali 3 meter, dan satu-satunya yang menandakan bangunan tersebut kantor Koperasi Merah Putih di Desa Bringinan adalah banner bertuliskan Koperasi Merah Putih Desa Bringinan.

Namun jangan salah, di ruang sempit ini, rupanya awal dimulai program Presiden Prabowo Subianto.

Pengurus sudah sibuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak hingga menggerakkan perekonomian warga.

“Ada beberapa jenis usaha yang sudah jalan. Terbaru adalah lolosnya kerjasama dengan SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi),” ungkap Ketua Koperasi Merah Putih di Desa Bringinan, Jarot Sugeng Setiaji, Senin (27/10/2025).

Kerja Sama Berbagai Pihak

Dia menjelaskan bahwa pengajuan kerja samanya dengan SPPG yang berada di Kecamatan Balong disetujui.

Koperasi Merah Putih Desa Bringinan bisa menyuplai bahan mentah untuk dikelola menjadi makanan seperti sayur dan buah.

“Untuk sayur di Desa Bringinan, banyak petani sayur. Kami ambil dari petani dan nanti mengantar ke SPPG, tentu sesuai kebutuhan dan permintaan,” katanya.

Tidak hanya sayur, untuk buah, Jarot mengklaim Koperasi Merah Putih Desa Bringinan bisa memenuhinya.

Diketahui bahwa Pemerintah Desa (Pemdes) Bringinan beberapa bulan lalu ada program penanaman Pisang Cavendish.

“Nah, kalau SPPG perlu buah juga ada pisang cavendish. Juga ada buah-buah lain yang bisa kami suplai ke SPPG,” papar Jarot kepada Harian Surya.

Tidak hanya mengandalkan SPPG, ada yang lain juga telah ditekuni oleh Koperasi Merah Putih Desa Bringinan.

Yang telah berjalan adalah simpan pinjam, di mana simpan pinjam ini bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).

“Kalau sama Bumdes kata orang bakal tumpang tindih. Di Desa Bringinan tidak akan. Malah bisa kerjasama dengan baik serta menguntungkan,” tambahnya.

Dia mengisahkan bahwa pada 6 Oktober 2025 lalu baru pelatihan mengelola Koperasi Desa Merah Putih.

Namun tanggal 10 Oktober lalu sudah melakukan kerja sama dengan Bumdes perihal simpan pinjam.

“Bumdes itu punya modal sebesar Rp 147 juta untuk simpan pinjam. Namun pengelolanya minim bahkan mereka kewalahan. Hingga akhirnya dilakukan kerjasama dengan koperasi merah putih,” urainya.

Perjanjiannya Bumdes menyediakan modal, sementara Koperasi Merah Putih Desa Bringinan yang mengelolanya.

Perjanjian dilakukan secara tertulis.

“Untuk laba bersih dibagi dengan persentase 70 persen untuk bumdes dan 30 persen untuk koperasi merah putih,” papar Jarot saat ditemui.

Jarot mencontohkan simpan pinjam kerakyatan ini misal ada warga ingin membeli sepeda motor.

Harga sepeda motor adalah Rp 22 juta.

“Nah kami melakukan perjanjian dengan warga yang ingin membeli sepeda motor itu. Mereka dibelikan motor, kemudian membayar ke Koperasi Merah Putih,” urainya.

Pengembalian dan tenor tergantung kesepakatan.

Menurutnya bisa saja dari Rp 22 juta itu warga mengembalikan Rp 25 juta secara dicicil.

“Sambil dikasih pengertian. Jika di bank atau dileasing Rp 22 juta bisa menjadi Rp 30 juta. Kalau di Koperasi Merah Putih hanya Rp 25 juta,” tegasnya.

Labanya, kata dia, kemudian dipotong operasional. Lalu dibagi sesuai kesepakatan 70 persen untuk Bumdes dan 30 persen untuk Koperasi Merah Putih.

“Saat ini sudah berjalan. Akan tetapi tidak beli barang. Warga kebanyakan meminjam uang. Maklum saja banyak orang mantu, musim becekan (menyumbang pengantin),” kata Jarot sambil tertawa renyah.

Menurutnya, pasca dilakukan kerjasama selama sepekan, sudah ada yang meminjam total Rp 10 juta.

Dengan perjanjian dikembalikan Rp 11 juta.

“Alhamdulillah untuk kredit rakyatnya sudah mulai berjalan. Ya masih sepekan laba masih dikit,” tegasnya.

Usaha lain yang mulai berjalan, Jarot mengaku juga ada. Adalah pengelolaan air minum dari desa, di mana sebelumnya dikendalikan kelompok pengelola Tirto Leksono.

“Saat ini kami ambil alih koperasi merah putih. Laba bersihnya dengan kami menarik ke warga itu, 80 persen untuk koperasi sisanya ke pengelola,” ucapnya.

Lainnya adalah usaha menyewakan traktor.

Traktor yang dimaksud sebelumnya merupakan milik Gapoktan akan tetapi tidak dikelola dengan baik.

“Kami perbaiki, solar kami penuhi. Jika ada yang meminjam untuk keperluan diperbolehkan. Harus membayar uang sewa. Laba bersih kami bagi. 30 persen untuk gapoktan dan 70 persen koperasi merah putih,” tambahnya.

Jarot mengaku saat ini bermodal nekat.

Belum ada bantuan dari pemerintah secara langsung.

Dia pun pasca pelatihan opeh dinas terkait merekrut anggota.

Saat ini ada 492 anggota tergabung dalam Koperasi Merah Putih Desa Bringinan.

Modal awal yang dimiliki Koperasi Merah Putih Desa Bringinan adalah Rp 4 juta.

“Kami gunakan untuk operasional kegiatan. Beli solar membayar pekerja traktor dan lain-lain. Pokokknya kami putar dulu modalnya,” tuturnya.

Modal kurang lebih Rp 4 juta itu, didapatkan dari iuran pokok.

Per anggota ditarik Rp 10 ribu.

Pasca resmi, nanti anggota juga membayar iuran wajib Rp 5 ribu per bulan.

“Yang jelas modalnya nekat dulu, nanti perlahan menumbuhkan perekonomian warga. Agar semua ikut merasakan manfaat koperasi merah putih,” pungkasnya.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved