Angka Stunting Kediri Turun Tipis Dari Timbang Agustus, Sanitasi Dan Kebersihan Air Jadi Tantangan

Mas Dhito menekankan penurunan angka stunting di tiap kecamatan menjadi salah satu indikator bupati dalam menilai kinerja camat. 

Penulis: Isya Anshori | Editor: Deddy Humana
Humas Pemkab Kediri
BELUM SIGNIFIKAN - Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana memberi penjelasan dalam sosialisasi penanggulangan stunting di Gedung Bagawanta Bhari, Selasa (28/10/2025). 

SURYA.CO.ID, KEDIRI - Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana menyebut angka stunting berdasarkan bulan timbang Agustus 2025 turun hingga 8,04 persen. Meski begitu, penurunan itu dinilai belum signifikan.

Berdasarkan data bulan timbang bulan Agustus, angka stunting pada 2024 sebesar 8,46 persen turun menjadi 8,04 persen di 2025. Artinya penurunannya hanya sebesar 0,42 persen.

Mas Dhito menyebut, salah satu penyebab utama penurunan stunting yang belum signifikan itun tidak hanya pada masalah gizi buruk. Tetapi kadang masih ada warga yang tidak peduli akan kebersihan air dan sanitasi. 

Dalam acara rembug stunting tingkat Kabupaten Kediri tersebut, Mas Dhito menekankan penurunan angka stunting di tiap kecamatan menjadi salah satu indikator bupati dalam menilai kinerja camat. 

Untuk menangani stunting itu, pihaknya meminta camat untuk melakukan identifikasi termasuk kondisi sanitasi dan kebersihan air di daerah masing-masing. Terutama lingkungan warga yang masuk kategori Desil 1-4 atau miskin.

"Ini hal-hal yang perlu kita perbaiki. Penurunan angka stunting terjadi tetapi hanya 0,42 persen dan bagi saya kurang signifikan," kata Mas Dhito dalam acara yang digelar di Gedung Bagawanta Bhari, Selasa (28/10/2025). 

Di Pemkab Kediri, Mas Dhito meminta semua bisa bekerjasama dalam penanganan stunting. Pihaknya pun berharap target Kabupaten Kediri zero stunting dan zero growth stunting bisa terwujud. 

Mas Dhito juga menegaskan, penanganan stunting diperlukan kerja kolaborasi. Intervensi penanganan stunting bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, melainkan menjadi tugas bersama.

Termasuk instansi vertikal yang juga memiliki instrumen hingga ke tingkat bawah. "Jadi kerja bersama, kerja kolaboratif bareng bareng kita intervensi," tambahnya.

Menurut Mas Dhito, selain masih adanya warga yang kurang peduli atas pentingnya kebersihan air dan sanitasi, ada juga faktor lain yakni adanya indikasi pemeriksaan yang berpindah-pindah. 

"Itu yang menyebabkan data tidak akurat, ini yang terus dilakukan perbaikan. Saya harapkan 1-2 tahun ke depan angka stunting bisa di bawah 5 persen," tandasnya.

Sebagaimana diketahui, terlepas dari penurunan yang dinilai belum signifikan tersebut, di tingkat Jawa Timur Kabupaten Kediri menerima penghargaan sebagai kabupaten terbaik pertama atas kinerja pelaksanaan aksi konvergensi pencegahan dan percepatan penurunan stunting tahun 2025.

Wakil Bupati Kediri yang juga Ketua Tim Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting (TP3S) Kabupaten Kediri, Dewi Mariya Ulfa membenarkan hal itu. Capaian itu tak lepas dari intervensi stunting yang terus dilakukan sejauh ini.

Perlakuan dalam penanganan stunting di setiap daerah pun diakui berbeda. Untuk memaksimalkan penanganan stunting, kerja TP3S yang ada mulai tingkat kabupaten hingga desa terus dioptimalkan dengan bekerja sama dengan OPD di Pemkab Kediri dan instansi lain.

"Sebagaimana disampaikan mas bupati ini menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah daerah tapi juga termasuk forkopimda yang lain," ungkap Mbak Dewi. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved