Tradisi Cocogen Sambut Kelahiran Nabi Muhammad SAW di Bangkalan, Jalin Silaturahim Dan Berbagi Buah

Tradisi umum untuk menyambut kelahiran Rasulullah adalah pengajian, seperti di Bangkalan yang disebut dengan Tradisi Malam Cocogen.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
surya/ahmad faisol (edo)
BEREBUT BUAH - Tradisi Malam Cocogen atau malam pertama memasuki Rabiul Awal di Bangkalan, bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu momen penting dalam kalender Islam, Minggu (24/8/2025). 

SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Rabiul Awal dalam kalender Islam merupakan bulan mulia karena merupakan bulan kelahiran Muhammad SAW.

Tradisi umum untuk menyambut kelahiran Rasulullah adalah pengajian, seperti di Bangkalan yang disebut dengan Tradisi Malam Cocogen.

Malam Cocogen merupakan tradisi yang bertujuan menautkan atau mencocokkan hati dan jiwa dengan bulan kelahiran Rasulullah guna memuliakan sekaligus menjadi ajang mempererat tali silaturahim antar warga.

Dan suasana khusyuk menyelimuti puluhan masyarakat Kampung Jaddih Pasar, Desa Jaddih, Kecamatan Socah, Bangkalan pada malam datangnya bulan Rabiul Awal itu, Minggu (24/8/2025). 

Warga lintas generasi berdatangan memenuhi langgar atau mushala kuno diiringi tabuhan hadrah dan kalimat shalawat nabi, ‘Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad, wa’ala ali sayyidina Muhamma’ .

Warga menyambut malam pertama Rabiul Awal, pada 1 Rabiul Awal dalam Kalender Hijriyah 1447 dimulai Senin (25/8/2025) besok. Perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW diperingati setiap tanggal 12 Rabi’ul Awal.

“Tradisi secara temurun ini disebut Cocogen kata warga Madura, malam pembuka di bulan penuh berkah Rabiul Awal. Selain di mushala kuno ini, warga juga berkumpul di beberapa masjid untuk menggelar sholawatan,” ungkap Sullam, warga Kampung Jaddih Pasar kepada SURYA.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tradisi Malam Cocogen selalu dimeriahkan aksi polos para bocah berebut buah-buahan setelah pembacaan doa-doa telah selesai. 

Beraneka ragam buah yang ditempatkan dalam wadah berukuran besar dan dilengkapi dengan sejumlah untaian bunga melati disebut mantenan.

“Mantenan itu sumbangan dari warga sekitar, ada lima buah mantenan sebagai perwujudan antusiasme warga kampung dalam menyambut malam pertama di bulan kelahiran Nabi Muhammad. Dikumpulkan sejak siang hari untuk didoakan, dimakan bareng, dan dibagi secara merata,” pungkas Sullam. ****

 

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved