Lupakan Tahu Sumedang, Tahu Tamanan Khas Bondowoso Lebih Enak dan Bisa Menjadi Modal Berjualan

Tahu yang dibuat hari ini tak lantas digoreng hari ini juga. Namun akan digoreng untuk esok harinya.

Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Deddy Humana
Lupakan Tahu Sumedang, Tahu Tamanan Khas Bondowoso Lebih Enak dan Bisa Menjadi Modal Berjualan - tahu-tamanan-Bondowoso1.jpg
surya/Sinca Ari Pangistu (Sinca)
Pekerja menggoreng tahu Tamanan satu wajan besar di rumah produksi tahu UD Barokah, Desa Kalianyar, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso.
Lupakan Tahu Sumedang, Tahu Tamanan Khas Bondowoso Lebih Enak dan Bisa Menjadi Modal Berjualan - tahu-tamanan-Bondowoso-2.jpg
surya/Sinca Ari Pangistu (Sinca)
Seorang pekerja memotong tahu yang baru difermentasi di UD Barokah, Desa Kalianyar, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso.

Setelah berkeluarga, Karwati memutuskan untuk membuka sendiri industri tahu rumahan namun tetap menggunakan resep turun temurun dari kakeknya. "Usaha bapak tetap ada di rumah, saya buka sendiri di depan terpisah," kata Karwati.

Menurutnya, pembuatan tahu Tamanan ini tidak berbeda jauh dengan tempat produksi tahu lainnya. Diawali merendam kedelai sejak pukul 24.00 WIB dan dibuka pada pukul 04.30 WIB.

Selanjutnya kedelai tersebut dicuci dan diselep sampai halus seperti bubur kemudian dididihkan.

Dilanjutkan dengan disaring dan diperas untuk diambil air kedelai hasil perasan. "Ampasnya tidak dibuang, dijual untuk pakan sapi dengan harga Rp 50.000 per sal," terangnya.

Sementara perasan air kedelai akan diberi cuka khusus untuk proses fermentasi. Setelah dirasa cukup, barulah perasan air itu akan dituangkan ke loyang-loyang cetakan tahu.

Tahu yang dibuat hari ini tak lantas digoreng hari ini juga. Namun akan digoreng untuk esok harinya.

Karwati tidak tahu pasti mengapa banyak masyarakat suka tahu Tamanan. Tetapi meski proses pembuatan tahu Tamanan tidak berbeda dengan yang lain, yang membedakan adalah kualitas kedelai dan cuka resep keluarga. 

Karena dua hal inilah yang menentukan rasa dan kualitas tahu yang dihasilkan. "Kalau kedelainya jelek kan tahunya juga jelek," ujarnya.

Selama proses pembuatan tahu, kata Karwati, ia menggunakan kayu bakar untuk mengehemat pengeluaran bahan bakar. "Kalau pakai kompor dan gas, cuma bisa berjualan satu papan dan dua papan itu," urainya.

Dari sehari penjualan tahu, ia mengaku bisa mendapatkan Rp 3 juta, dari modal sekitar Rp Rp 2,5 juta. "Karyawan saya ada 6 orang. 3 orang laki-laki, 3 orang perempuan," ujarnya.

Abel (20), pembeli tahu Tamanan mengaku sangat suka dengan tekstur tahun Tamanan dan rasanya pas untuk dibuat jigor (kanji tahu goreng).

"Juga karena harganya murah, rasanya juga pas. Kalau di tempat lain ada yang pahit, tengahnya keras," jelasnya. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved