Lupakan Tahu Sumedang, Tahu Tamanan Khas Bondowoso Lebih Enak dan Bisa Menjadi Modal Berjualan

Tahu yang dibuat hari ini tak lantas digoreng hari ini juga. Namun akan digoreng untuk esok harinya.

Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Deddy Humana
Lupakan Tahu Sumedang, Tahu Tamanan Khas Bondowoso Lebih Enak dan Bisa Menjadi Modal Berjualan - tahu-tamanan-Bondowoso1.jpg
surya/Sinca Ari Pangistu (Sinca)
Pekerja menggoreng tahu Tamanan satu wajan besar di rumah produksi tahu UD Barokah, Desa Kalianyar, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso.
Lupakan Tahu Sumedang, Tahu Tamanan Khas Bondowoso Lebih Enak dan Bisa Menjadi Modal Berjualan - tahu-tamanan-Bondowoso-2.jpg
surya/Sinca Ari Pangistu (Sinca)
Seorang pekerja memotong tahu yang baru difermentasi di UD Barokah, Desa Kalianyar, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso.


SURYA.CO.ID, BONDOWOSO - Tahu tidak selamanya identik dengan makanan 'seadanya' hanya karena bentuknya sederhana dan berasal dari air perasan kedelai.

Terbukti tahu bisa mengangkat ciri khas suatu daerah, seperti tahu Kediri, tahu Jombang sampai tahu Sumedang.

Ternyata tidak hanya di tiga daerah itu, Bondowoso pun memiliki produk tahu yang takk bisa diremehkan bahkan bisa menjadi pemain lokal yang diperhitungkan, yaitu tahu Tamanan.

Kalau warga Jatim kenal sejak awal, tentu tidak akan melirik tahu Sumedang saja. Karena tahu Tamanan ini sangat mirip yaitu tahunya gurih, berwarna kekuningan dengan bagian luar crispy, namun di dalamnya bertekstur lembut dan berongga.

Ini menjadikan tahu Tamanan memiliki cita rasa yang berbeda dengan tahu dari daerah lainnya. Sehingga pantas tahu Tamanan ini mendapatkan dukungan promosi total dari pemda sebagai penganan khas daerah.

Jadi memang bukan tahu Sumedang dari Jawa Barat karena tahu Tamanan ini  sesuai dengan nama sentra pembuatannya yaitu di Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso.

Tahu khas Bondowoso ini mayoritas menjadi usaha rumahan warga di Desa Kalianyar dan Desa Tamanan, Kecamatan Tamanan. 

Produksi tradisional itu tidak hanya dijual langsung dari rumahnya, tetapi juga dijual ke pasar-pasar di seputar Bondowoso, Jember, hingga Situbondo.

Dengan rasa yang gurih dan harga murah, tahu Tamanan ini kerap dibeli untuk dikonsumsi sendiri atau pun dijual kembali atau modal usaha lanjutan. 

Pembeli biasanya ada yang langsung memakan tahu tamanan dengan cabai merah. Atau pun dicocol menggunakan petis.

Sementara pedagang bakso dan pedagang cilok banyak yang membuat pentol tahunya menggunakan tahu Tamanan. 

Harganya relatif sangat murah, per bijinya dihargai Rp 400 untuk ukuran besar, dan Rp 200 untuk  ukuran kecil. Jika membeli satu kresek besar hanya Rp 10.000.

SURYA mendatangi industri tahu UD Barokah, di Desa Kalianyar, Kecamatan Tamanan milik Karwati (40), Minggu (5/1/20025).

UD Barokah ini termasuk salah satu rumah usaha tahu yang ramai  pengunjung dan sehari bisa memproduksi 1,5 kuintal kedelai atau 50 bak papan tahu.

Meski baru berdiri 8 tahun atau sejak 2016, sebenarnya usaha Karwati ini merupakan pecahan dari usaha milik kakeknya yang sudah berdiri sejak tahun 1980-an. 

Setelah berkeluarga, Karwati memutuskan untuk membuka sendiri industri tahu rumahan namun tetap menggunakan resep turun temurun dari kakeknya. "Usaha bapak tetap ada di rumah, saya buka sendiri di depan terpisah," kata Karwati.

Menurutnya, pembuatan tahu Tamanan ini tidak berbeda jauh dengan tempat produksi tahu lainnya. Diawali merendam kedelai sejak pukul 24.00 WIB dan dibuka pada pukul 04.30 WIB.

Selanjutnya kedelai tersebut dicuci dan diselep sampai halus seperti bubur kemudian dididihkan.

Dilanjutkan dengan disaring dan diperas untuk diambil air kedelai hasil perasan. "Ampasnya tidak dibuang, dijual untuk pakan sapi dengan harga Rp 50.000 per sal," terangnya.

Sementara perasan air kedelai akan diberi cuka khusus untuk proses fermentasi. Setelah dirasa cukup, barulah perasan air itu akan dituangkan ke loyang-loyang cetakan tahu.

Tahu yang dibuat hari ini tak lantas digoreng hari ini juga. Namun akan digoreng untuk esok harinya.

Karwati tidak tahu pasti mengapa banyak masyarakat suka tahu Tamanan. Tetapi meski proses pembuatan tahu Tamanan tidak berbeda dengan yang lain, yang membedakan adalah kualitas kedelai dan cuka resep keluarga. 

Karena dua hal inilah yang menentukan rasa dan kualitas tahu yang dihasilkan. "Kalau kedelainya jelek kan tahunya juga jelek," ujarnya.

Selama proses pembuatan tahu, kata Karwati, ia menggunakan kayu bakar untuk mengehemat pengeluaran bahan bakar. "Kalau pakai kompor dan gas, cuma bisa berjualan satu papan dan dua papan itu," urainya.

Dari sehari penjualan tahu, ia mengaku bisa mendapatkan Rp 3 juta, dari modal sekitar Rp Rp 2,5 juta. "Karyawan saya ada 6 orang. 3 orang laki-laki, 3 orang perempuan," ujarnya.

Abel (20), pembeli tahu Tamanan mengaku sangat suka dengan tekstur tahun Tamanan dan rasanya pas untuk dibuat jigor (kanji tahu goreng).

"Juga karena harganya murah, rasanya juga pas. Kalau di tempat lain ada yang pahit, tengahnya keras," jelasnya. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved