Kasus DBD di Situbondo Merebak, RSU Abdoer Rachem Rawat 24 Penderita Sejak Oktober 2024

Tercatat sejak Oktober 2024 sampai Senin (30/12/2024),  RSU Abdoer Rachem Situbondo merawat puluhan orang penderita DBD.

Penulis: Izi Hartono | Editor: Deddy Humana
surya/izi hartono
RSU Abdoer Rachem Situbondo. 

SURYA.CO.ID, SITUBONDO - Penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) selama musim penghujan semakin merebak di Situbondo.

Tercatat sejak Oktober 2024 sampai Senin (30/12/2024),  RSU Abdoer Rachem Situbondo sudah merawat puluhan orang penderita DBD.

Direktur RSU Abdoer Rachem Situbondo, dr Roekmy mengatakan, untuk kasus dengue fever yang ditangani ada sebanyak 11 pasien dan DHF sebanyak 13 pasien.

"Jadi total pasien DBD yang dirawat selama tiga bulan terakhir ada sebanyak 24 orang," kata Roekmy, Senin (30/12/2024).

Menurutnya, sejauh ini masih ada pasien DBD yang menjalani rawat inap di Ruang Kerinci RSU. "Yang rawat ini ada satu pasien DBD, dan kondisinya sudah stabil," tambahnya.

Untuk penanganan pasien DBD itu, kata Roekmy, karena mengalami dehidrasi sehingga perlu mendapat cairan yang cukup agar trombositnya naik dengan cepat. "Biasanya setelah melewati hari ketujuh, pasien akan stabil karena kadar trombositnya naik," katanya.

Namun pasien DBD yang memasuki dengue shock syndrome, sambungnya, harus dilakukan dengan penambahan trombosit, anti pendarahan serta pemberian cairan lebih banyak.

Roekmy menjelaskan, penyebab kematian akibat DBD kebanyakan disebabkan shock dengue atau lainnya. "Itu bisa terjadi karena shock atau kekurangan cairannya," tukasnya.

Untuk pencegahan penyebaran DBD akibat gigitan nyamuk aedes aegepty itu, kata Roekmy, maka masyarakat harus menjaga kebersihan dan memperhatian pola 3 M plus.

"Jadi kalau musim penghujan ini harus menutup semua tempat tempat penampungan air, misalnya botol, potongan bambu dan benda lain yang bisa menampung air yang bisa dijadikan sarang nyamuk itu," jelasnya.

Yang tidak kalah pentingnya masyarakat harus mengubur sampah yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk itu.

"Biasanya proses berkembangnya nyamuk itu mulai dari telur, jentik sampai menjadi nyamuk dewasa hanya dalam sepekan. Makanya sebelum sepekan, tempat penampungam air harus dibuang," bebernya.

Selain itu, Roekmy berharap masyarakat segera memeriksakan diri ketika mengalami panas tinggi ke Puskesmas atau rumah sakit. "Lebih cepat diperiksakan itu semakin baik, karena akan segera tertangani dengan cepat," pungkasnya. ****

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved