Prancis Darurat, Sehari 3 Orang Dibunuh, 4.000 Tentara Dikerahkan, Presiden Macron Disebut Primitif

Prancis menyatakan situasi darurat di level tertinggi setelah sehari 3 warganya dibunuh dan dikaitkan dengan pemunculan karikatur Nabi Muhammad SAW.

Editor: Iksan Fauzi
Kolase Tangkapan Layar/AFP Photo via Kompas.com
Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan situasi darurat di Nice. 

Paty dibunuh karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada siswanya di dalam kelas.

Anggota unit taktis polisi RAID memasuki Basilika Notre Dame di Nice, Perancis, dengan petugas forensik menunggu setelah serangan yang terjadi pada 29 Oktober 2020. Tiga orang tewas, dengan salah satunya dipenggal.
Anggota unit taktis polisi RAID memasuki Basilika Notre Dame di Nice, Perancis, dengan petugas forensik menunggu setelah serangan yang terjadi pada 29 Oktober 2020. Tiga orang tewas, dengan salah satunya dipenggal. (AFP PHOTO via Kompas.com/VALERY HACHE)

3. Serangan di Prancis sebelumnya

Perancis telah mengalami serangkaian serangan dalam beberapa tahun terakhir.

Serangan itu termasuk pengeboman dan penembakan di Paris pada 2015 yang menewaskan 130 orang.

Pada 2016, terjadi lagi serangan di Nice, di mana seorang milisi mengendarai truk dan menabraki kerumunan massa ketika merayakan Hari Bastille.

Serangan tersebut menewaskan 86 orang.

"Saya mengatakan ini dengan sangat jelas (bahwa) kami tidak akan menyerah pada terorisme.

Sekali lagi pagi ini, tiga rekan kami yang jatuh di Nice, dan jelas sekali Perancis sedang diserang,” kata Macron.

Beberapa jam setelah serangan Nice, polisi membunuh pria lain yang mengancam orang dengan pistol di Montfavet, dekat kota Avignon di Perancis selatan.

Serangan pada Kamis tersebut bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Serangan itu juga terjadi di tengah kemarahan muslim yang meningkat karena Perancis membela penerbitan kartun Nabi Muhammad.

4. Prancis didukung Australia

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, negaranya bersama dengan Perancis setelah terjadi serangan tersebut.

"Ini adalah tindakan barbarisme yang paling kejam dan pengecut oleh seorang teroris dan harus dikutuk dengan cara sekuat mungkin," kata Morrisons di radio 2GB di Sydney, Australia.

Morrison mengatakan juga telah menghubungi Macron.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved