Kuliner

Dawet Ngledok Mojokrapak Jombang, Pakai Resep Turun Temurun Sejak Tahun 1950-an

Sumarjoko, penerus ketiga, menyebut resep dawet yang ia racik hari ini bukan hasil ciptaan baru, melainkan warisan keluarga

SURYA.co.id/Anggit Pujie Widodo
ES DAWET - Sumarjoko, generasi ketiga yang menjalankan usaha Es Dawet Ngledok dan pelanggan yang tengah menikmati hidangan Es Dawet di kedai yang berlokasi di Dusun Ngledok, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (18/11/2025). Dibangun puluhan tahun dan dirawat sampai ke generasi ketiga. 

Ringkasan Berita:
  • Jaga resep keluarga turun-temurun, Sumarjoko meneruskan usaha es dawet di Dusun Ngledok, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang
  • Dari bahan baku hingga proses pembuatan, Dawet Ngledok tetap mempertahankan gaya lama. Tak memakai tepung tapioka seperti kebanyakan dawet modern, adonan di warung ini dibuat dari tepung beras
  • Dibandrol Rp 5000/gelas, warung buka setiap hari. Kesederhanaannya justru menjadi daya tarik tambahan bagi para pengunjung yang ingin melepas penat.

 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Di Dusun Ngledok, Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, ada warung kecil yang sering didatangi pengunjung.

Tak ada papan nama mencolok, kedainya pun hanya berada di bawah pepohonan rindang. 

Namun, kedai ini justru terkenal karena satu hidangannya, es dawet racikan keluarga Sumarjoko.

Usaha ini telah diwariskan lintas generasi. Sumarjoko, penerus ketiga, menyebut resep dawet yang ia racik hari ini bukan hasil ciptaan baru, melainkan warisan keluarganya sejak puluhan tahun lalu.

Baca juga: Kasus DBD di Jombang Meningkat, 129 Warga Terinfeksi Sejak Oktober 2025

"Sudah dari zaman leluhur. Perkiraan sekitar tahun 1950-an atau malah sebelumnya," ucap Sumarjoko saat dikonfirmasi, Selasa (18/11/2025).

Dari bahan baku hingga proses pembuatan, Dawet Ngledok tetap mempertahankan gaya lama. 

Kuah Gula Jawa Asli yang Hitam Pekat

Alih-alih memakai tepung tapioka seperti kebanyakan dawet modern, adonan di warung ini dibuat dari tepung beras sehingga menghasilkan tekstur lembut namun tetap kenyal. Keunikan lainnya terletak pada kuah gula Jawa asli yang berwarna hitam pekat.

"Warna gulanya memang harus hitam. Kalau tidak, tampilannya kurang pas sama dawetnya," katanya melanjutkan.

Isian segelas dawet pun cukup lengkap, ada dawet beras, santan, mutiara, hongkoe, bubur, serta kuah gula Jawa yang tidak terlalu menusuk.

Para pelanggan meyakini gulanya tidak menyebabkan batuk, sehingga aman dinikmati siapa saja.

Baca juga: Jelang Ibadah Haji 2026, Kemenag Jombang Pastikan Kuota Jamaah Haji dapat Terpenuhi Tanpa Kendala

Meski biasanya identik dengan cuaca panas, menu ini tetap diminati saat hujan turun. Menurut Sumarjoko, pembeli tetap berdatangan meski jumlahnya tidak seramai musim kemarau.

Salah satu pelanggan, Dyah Arum, asa Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, mengungkapkan alasannya rutin mampir. Baginya, cita rasa yang dijaga sejak dulu membuat dawet ini berbeda dengan yang lain. 

"Rasanya masih khas. Bahan-bahannya tradisional, gulanya alami, dan segarnya itu beda," ungkapnya.

Sediakan Beragam Jajanan Pasar

Selain es dawet yang dibanderol Rp 5.000 per gelas, warung ini menyediakan bermacam jajanan pasar seperti kue kucur, gorengan, lempung, hingga aneka kue tradisional yang menambah nuansa lawas.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved