Berita Viral

Meski Kasus Guru Tampar Siswa di Subang Sudah Damai, Dedi Mulyadi Punya Rencana Ini untuk Si Murid

Kasus guru SMP di Subang yang menampar siswa berakhir damai. Kini, Dedi Mulyadi punya rencana memasukan siswa tersbeut ke barak militer.

instagram Dedi Mulyadi
MASUK BARAK MILITER - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mempertemukan orangtua ZR dan pihak sekolah SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang usai vitalnya kasus dugaan kekerasan terhadap murid. Setelah berkahir damai, Dedi akan memasukkan murid tersebut ke barak militer. 
Ringkasan Berita:
  • Kasus guru SMPN 2 Jalancagak yang menampar muridnya berakhir damai dengan keluarga siswa.
  • Dedi Mulyadi berencana mengajak para siswa mengikuti pembinaan karakter di barak militer.
  • Dedi menegaskan pendisiplinan tak boleh dilakukan lewat kekerasan fisik.
  • Ia mendorong sanksi edukatif seperti membersihkan lingkungan atau membantu guru.

 

SURYA.co.id - Kasus viral yang melibatkan seorang guru SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, akhirnya menemui titik damai.

Guru yang sempat menampar muridnya karena kedapatan melompati pagar sekolah, telah berdamai dengan orang tua siswa yang sempat marah besar atas insiden tersebut.

Meski konflik berakhir damai, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi tak ingin kejadian serupa terulang.

Ia justru memiliki rencana khusus bagi para siswa SMPN 2 Jalancagak tersebut.

Dedi berencana membawa sejumlah siswa ke barak militer untuk mengikuti pembinaan karakter sebagai bentuk tindak lanjut dari kasus pendisiplinan yang berujung tamparan terhadap delapan siswa.

"Nanti saya tawari dahulu, kalau orangtuanya setuju, akan ikut yang bulan Desember ini di Marinir," ujar Dedi, Jumat (7/11/2025), melansir dari Kompas.com.

Lebih lanjut, Dedi menegaskan bahwa pendisiplinan di sekolah seharusnya tidak menggunakan kekerasan fisik.

Guru tetap wajib bersikap tegas, namun bentuk sanksinya mesti bersifat mendidik dan bermanfaat.

"Sanksi terhadap siswa jangan kekerasan. Sekolah harus tegas, tetapi jangan sampai memukul. Risikonya tinggi. Sanksinya cukup bersihin sampah, babat rumput, bantu guru, atau latihan pelajaran yang lemah," ucapnya.

Dedi juga mengingatkan bahwa di daerah lain pernah terjadi kasus serupa di mana seorang guru harus menjalani hukuman lima bulan penjara karena memukul muridnya.

Karena itu, ia menekankan pentingnya sistem pembinaan yang lebih manusiawi dan edukatif di lingkungan sekolah.

Selain soal disiplin, Dedi turut menyoroti perilaku siswa yang sudah terbiasa merokok.

Menurutnya, solusi terbaik bukanlah hukuman fisik, melainkan program rehabilitasi yang bisa memanfaatkan dana bagi hasil pajak rokok daerah. 

Dengan begitu, pendekatan terhadap siswa tidak hanya menghukum, tetapi juga memulihkan dan membentuk karakter positif.

Baca juga: Tabiat Deni Rukmana Orangtua di Subang yang Labrak Guru karena Anaknya Ditampar, Ini Profesinya

Berakhir Damai

Sebelumnya, Kasus guru SMPN 2 Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rana Saputra, yang menampar siswanya karena melompat pagar sekolah, hingga berbuntut diamuk orang tua korban, berakhir damai.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Subang, Heri Sopandi, mengungkapkan Rana tidak dijatuhi sanksi berat.

Ia juga memastikan kejadian tersebut tidak mengganggu proses belajar siswa SMPN 2 Jalancagak, termasuk korban.

"Informasi terakhir, anak tetap melanjutkan sekolah seperti biasa. Ini hanya kesalahpahaman. Guru juga manusia, orang tua juga punya emosi. Kadang terjadi spontanitas," jelas Heri, Kamis (6/11/2025), dikutip dari TribunJabar.id.

Lebih lanjut, Heri menjelaskan kasus tersebut sebenarnya sudah diselesaikan secara internal.

Namun, karena ada ketidakpuasan, video kejadian pun muncul kembali dan viral di media sosial.

Heri juga menyebut pihak guru dan orang tua murid telah dipanggil langsung oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Dalam pertemuan dengan Dedi, ujar Heri, disepakati pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua dan sekolah.

"Pak Gubernur juga memanggil mereka ke Gedung Sate bersama orang tua siswa."

"Pada akhirnya, semua pihak sepakat bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga orang tua," ungkapnya.

Dedi Mulyadi Sempat Bela Guru

Pertemuan dengan guru SMPN 2 Jalancagak, Rana Saputra, juga telah diungkap Dedi Mulyadi sendiri.

Dedi mengaku telah menanyakan secara langsung kepada Rana, mengenai duduk perkara penamparan terhadap siswanya.

Mendengar penjelasan Rana, Dedi menilai artinya ada pelanggaran berulang oleh korban sebagai siswa, yang memicu emosi guru.

Rana sendiri menyebut korban pernah tertangkap basah merokok dan berkelahi.

"Dia (siswa) pelanggarannya merokok, kemudian berkelahi, menganggu kelas yang lain, dan terakhir loncat dari pagar," ungkap Rana, dilansir TribunJabar.id, Rabu (5/11/2025).

"Artinya ada kekeliruan, atau keistimewaan berulang yang dilakukan oleh anak tersebut," timpal Dedi.

Lebih lanjut, Dedi pun meminta orang tua untuk ikut berperan dalam mendidik anak-anak, bukan serta-merta menyerahkan kepada sekolah.

Ia pun mengimbau agar orang tua harus instropeksi mengenai sikap anaknya terlebih dulu, jika guru di sekolah bersikap keras.

Meski demikian, Dedi juga menekankan, tidak semua masalah bisa diselesaikan menggunakan kekerasan.

"Kalau dititipkan di sekolah, percayakan kepada guru. Kalau gurunya agak keras sedikit, nah orang tuanya juga harus menyadari kenapa kekerasan itu terjadi," urai Dedi.

"Tetapi guru juga harus menyadari tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan," tandasnya.

Kronologi Kejadian

Kasus guru SMPN 2 Jalancagak, Rana Saputra, menampar siswanya berinisial ZR menjadi viral setelah orang tua korban, Deni Rukmana (38), mengunggah video kejadian di media sosial.

Deni memprotes sikap Rana yang telah menampar sang anak pada Senin (3/11/2025).

Terkait hal itu, Wakil Kepala Sekolah Sarana dan Prasarana SMPN 2 Jalancagak, Yaumi Basuki, menjelaskan aksi kekerasan itu terjadi setelah Rana berusaha menegakkan disiplin terhadap ZR dan siswa tujuh lainnya yang tertangkap basah melompat pagar sekolah hendak membolos.

"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," jelas Yaumi, Rabu (5/11/2025), dikutip dari TribunJabar.id.

‎Peristiwa pendisiplinan itu, kata Yaumi, terkait larangan meloncat pagar sekolah yang baru saja selesai dibangun.

‎"Pagar ini baru selesai dua minggu. Kami sudah wanti-wanti supaya dijaga. Tapi beberapa siswa masih loncat pagar, termasuk sih ZR dan teman-temannta," ucapnya.

‎Ia mengatakan, pihak sekolah khawatir pagar yang baru dibangun rusak kembali, mengingat sebelumnya bagian pagar sempat roboh karena ulah siswa dan cuaca.

‎Yaumi menyebut ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.

‎"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," katanya.

‎Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk penegakan disiplin, pihak sekolah mengakui cara tersebut keliru.

‎"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved