Berita Viral

Duduk Perkara Mahasiswi Kedokteran Dikirimi Papan Bunga Berisi Tuduhan Selingkuh saat Wisuda

Terungkap duduk perkara kasus viral mahasiswi kedokteran dikirimi papan bunga berisi tuduhan selingkuh saat momen wisudanya.

TikTok @mrs_kasyuu12
SELINGKUH - Penampakan papan bungan yang viral ketika seorang mahasiswi kedokteran jalani wisuda (foto kanan). Papan bunga tersebut dikirimkan oleh seorang wanita bernama Suci yang sakit hati suaminya selingkuh dengan mahasiswi tersebut. 

Namun, Suci tetap tak mempercayainya. Dalam postingan lanjutan, ia memamerkan tangkapan layar percakapan WhatsApp antara suaminya dan SWN yang menunjukkan bahwa perempuan itu sudah mengetahui status sang pria sebagai suami orang.

Meski demikian, hubungan keduanya tetap berlanjut.

Dalam curhatan lain, Suci bahkan mengungkap bahwa hubungan mereka tak lagi sebatas kedekatan biasa, melainkan sudah mengarah pada hubungan yang lebih intim, bahkan kerap bertemu di hotel tanpa sepengetahuannya.

Tak lama kemudian, Suci mengunggah video pertemuannya dengan perempuan yang ia tuduh sebagai selingkuhan suami.

Dalam rekaman itu, SWN tampak santai dan tak menunjukkan rasa bersalah meski sedang berhadapan langsung dengan Suci.

“Aku punya semua buktinya, aku tau dimana perempuan ini tinggal, nomor hp-nya, kampusnya, plat kendaraannya, bahkan alamat orang tua dan nomor kontak keluarganya. Aku sudah berusaha melakukan mediasi berulang kali, tapi hasilnya zonk... perempuan ini hanya kuliah dan kos di Medan, asalnya dari Pekanbaru (Duri),” tulis Suci melengkapi unggahannya.

Berdasarkan informasi publik, Suci Feblika Silaban dikenal aktif membuat konten di TikTok dengan lebih dari 23,2 ribu pengikut, serta 11,5 ribu followers di Instagram.

Dari unggahan di media sosialnya, Suci merupakan lulusan Fakultas Hukum UMSU tahun 2021, menikah pada 26 Mei 2024, dan kini memiliki bayi berusia sekitar empat bulan.

Ia diperkirakan berusia 29 tahun, berdasarkan unggahan ulang tahunnya pada 16 Februari 2024.

Kisah Suci Feblika Silaban menyentuh sisi emosional banyak orang, terutama perempuan yang pernah merasakan dikhianati.

Di satu sisi, keberaniannya menunjukkan bukti dan bersuara di ruang publik memperlihatkan bagaimana media sosial kini menjadi wadah pembelaan diri.

Namun di sisi lain, publikasi konflik rumah tangga di dunia maya juga rawan memperkeruh keadaan. Sebagai penulis, saya melihat fenomena ini sebagai refleksi dari kebutuhan validasi dan keadilan di era digital.

Ketika rasa sakit tak tertampung secara pribadi, dunia maya sering jadi pelampiasan terakhir. Perlu kedewasaan emosional agar kisah seperti ini tak berujung pada perundungan massal.

Akhirnya, kisah ini menjadi pelajaran: bahwa kejujuran dalam hubungan adalah benteng terakhir sebelum kehormatan runtuh di depan publik.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved