11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup

Perjuangan Jarwo & Para Perintis UMKM eks Dolly Hilangkan Stigma Negatif Kampung Putat Jaya Surabaya

Jarwo bersusah payah berjibaku mengubah 'image' kampung Putat Jaya Surabaya menjadi kampung yang lebih baik di mata masyarakat.

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: irwan sy
Luhur Pambudi/TribunJatim.com
PERINTIS UMKM DOLLY - Jarwo (45) saat membersihkan kacang kedelai untuk membuat tempe saat ditemui di kediamannya kawasan Sawahan Surabaya, pada Rabu (19/11/2025). Jarwo adalah perintis UMKM Tempe Bang Jarwo, pascapenutupan Dolly Surabaya. 

Seingat Jarwo, ada sembilan orang yang ditetapkan sebagai tersangka karena bertindak sebagai provokator.

Jarwo sempat kabur dua bulan.

Selama pelarian menghindari pengejaran aparat, Jarwo acap berpindah-pindah tempat, mulai dari bersembunyi di rumah teman-temannya hingga kediaman sanak famili lain yang berkenan menampungnya.

Mulai dari bersembunyi di Kecamatan Kenjeran, kemudian berpindah ke Kabupaten Malang.

Hingga akhirnya menetap cukup lama di Sidoarjo, yakni kediaman kakak iparnya.

Namanya pelarian, pasti juga butuh uang agar tetap bisa bertahan menghadapi kehidupan.

Jarwo yang masih paranoid dengan pengejaran aparat itu, mulai memberanikan diri turut membantu bisnis pembuatan tempe yang dirintis kakak iparnya.

Selama membantu, ia memperoleh sedikit demi sedikit ilmu dan keterampilan membuat tempe dari bahan kacang kedelai.

Ternyata, keterampilan itu menjadi bekal baginya untuk kembali ke rumahnya di Jalan Kupang Gunung.

Sekembalinya ke rumah. Jarwo mulai mempraktikkan keterampilan pengolahan tempe itu untuk menjadi peluang usaha.

Awalnya, memanfaatkan tiga kilogram bahan kedelai hasil pemberian dari kakak iparnya, ternyata uji coba pembuatan tempe dari tangannya sendiri berhasil.

Ratusan paket tempe berukuran selebar telapak tangan orang dewasa itu, dibagikan cuma-cuma kepada para tetangga.

Alhasil, produk tempe bikinan Jarwo menuai respon positif.

Nah, pada momen itulah Jarwo mulai menemukan tujuan hidupnya yang baru.

Ia bertekad membangun rumah produksi tempe miliknya sendiri.

"Akhirnya saya diburu, sampai dari kejaksaan P21 yang selesai, akhirnya kami berani pulang. Kami sembunyi di Sidoarjo, lalu untuk belajar tempe (sama kerabat). Nah, setelah itu kami itu sudah aman kasusnya. Aku bikin tempe, bikin apalagi kalau Dolly kayak kota mati gitu," terangnya.

Perjalanan Jarwo memulai bisnis pembuatan Tempe itu, juga tidak melulu berjalan mulus.

Modal pertama yang digunakan untuk membeli bahan baku tempe dari kacang kedelai hanya Rp180 ribu.

Uang itu juga bukan uangnya sendiri. Melainkan diberi oleh teman-teman dan anggota keluarganya selama pelarian. Karena merasa iba dengan nasib Jarwo yang terlunta-lunta menjadi buronan.

Jumlah uang itu pun tentunya belum cukup membeli bahan mentah untuk proses produksi.

Beruntung, sang kakak ipar masih mau membantu.

Jarwo diberi pasokan kacang kedelai yang cukup untuk produksi tempe, pertama kali.

Mulai saat itu, ia menggunakan istilah nama 'Tempe Dolly' sebagai brand dari produk UMKM yang baru dirintisnya, sebagai warga kawasan eks lokalisasi.

Jarwo menjualnya secara berkeliling mengendarai sepeda angin, mulai pukul 15.00 -17.00 WIB.

Meski bisnisnya itu, sudah mulai berjalan. Jarwo mengaku masih sempat merasakan perasaan gamang dan frustasi.

Karena, ia mulai menjumpai sejumlah kendala. Jarwo selalu kelelahan setiap mengupas kulit kacang secara manual, dengan cara menekan-nekan butiran kedelai.

Menghadapi situasi tersebut, Jarwo mengaku nyaris menyerah dengan keadaan tersebut.

Hingga sampai pada suatu jawaban bahwa solusi dari masalahnya itu, dapat diatasi dengan bantuan Pemkot Surabaya.

Apalagi saat itu, Pemkot Surabaya memberikan sejumlah pelatihan UMKM kepada warga Putat Jaya yang merasakan dampak ekonomi semenjak penutupan Gang Dolly.

Kesempatan itu, tak cuma dimanfaatkan Jarwo untuk menambah ilmu pengetahuan seputar pengembangan bisnis UMKM bagi produksi tempe rumaha miliknya.

Malahan, ia meminta bantuan alat penggilingan pengupas kulit kacang kedelai agar memudahkan kerjanya memproduksi tempe, dan ternyata permintaan itu dikabulkan oleh pihak Pemkot Surabaya.

"Nah, setelah itu kami ada pelatihan itu, saya ikut. Langsung aku bilang ke pak Camat; Pak Camat Yunus, aku minta minta bantuan mesin giling. Akhirnya disurvei di tempat, dan akhir dibikin, dikasih mesin giling," jelasnya.

Selain diberikan bantuan alat produksi. Jarwo juga diberi pendampingan usaha dari pihak dinas terkait dan para mahasiswa yang melakukan praktik kerja lapangan di permukiman eks Dolly, kala itu.

Dari situlah, akhirnya ia mulai mengubah nama brand penyebutan produk tempenya itu menjadi 'Tempe Bang Jarwo'.

Ternyata, brand tersebut dianggap membawa keberuntungan.

Selain karena penyebutan terdengar lebih gaul dan membumi, nama itu seperti sekaligus menjadi simbol melepas stigma negatif dari kata Dolly yang terlanjur melekat kuat diingatan masyarakat di luar kawasan Putat Jaya.

"Akhirnya dapat pendampingan dari dinas Pemkot Surabaya, bersama mahasiswa GEMA untuk membantu untuk dipasarkan mulai promosi, media digital, itu ada pelatihan. Akhirnya mandiri sampai hingga sekarang," pungkasnya. 

Sumber: Surya
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved