11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup

Perjuangan Jarwo & Para Perintis UMKM eks Dolly Hilangkan Stigma Negatif Kampung Putat Jaya Surabaya

Jarwo bersusah payah berjibaku mengubah 'image' kampung Putat Jaya Surabaya menjadi kampung yang lebih baik di mata masyarakat.

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: irwan sy
Luhur Pambudi/TribunJatim.com
PERINTIS UMKM DOLLY - Jarwo (45) saat membersihkan kacang kedelai untuk membuat tempe saat ditemui di kediamannya kawasan Sawahan Surabaya, pada Rabu (19/11/2025). Jarwo adalah perintis UMKM Tempe Bang Jarwo, pascapenutupan Dolly Surabaya. 

"Sudah 1 dekade kami berusaha penuh untuk mengubah image kampung Putat Jaya," kata Jarwo. 

Namun sayang, ungkap Jarwo, program trip edukasi kampung eks Dolly wilayah tersebut, belakangan sudah jarang memperoleh kunjungan wisata dari masyarakat atau instansi kelembagaan lain.

Situasi yang semacam itu terjadi bersamaan juga saat dirinya memutuskan berhenti menjadi ketua pokdarwis untuk digantikan oleh warga yang lain di permukiman tersebut.

Tak ayal, berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan tersebut, tak menyebabkan juga penurunan daya beli yang tentunya berimbas pada omzet pendapatan yang diperoleh para UMKM rintisan warga eks Dolly.

Kondisi tersebut juga dirasakan langsung oleh Jarwo dalam bisnis UMKM tempe bermerek 'Tempe Bang Jarwo'.

Biasanya produksi tempenya itu bisa menghabiskan sekitar 20-30 kg kedelai untuk menghasilkan sekitar 2.000 hingga 3.000 pak tempe.

Namun seiring berlalu, situasi penurunan tersebut menyebabkan jumlah produksi tempenya menurun menjadi sekitar 15 kg tempe untuk menghasilkan 1.000 pak tempe.

Jarwo cuma bisa mempertahankan produk tersebut dari beberapa produk yang pernah ia buat.

Padahal, proses produksi beberapa olahan jajanan dan makanan berbahan tempe tersebut dapat menyerap banyak partisipasi tenaga dari belasan orang tetangganya.

"Kalau olahan-olahan, saya enggak produksi dulu. Saya fokus pada usaha tempe saya dulu," ungkapnya.

Lantas apa penyebab lesunya gerak ekonomi para UMKM rintisan warga eks Kampung Dolly, Jarwo memperkirakan penyebabnya begitu komplek dan banyak aspek yang berkelindan saling mempengaruhi.

Selain perkembangan dan situasi zaman pascapandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, diakuinya juga merubah banyak aspek dari gerak ekonomi masyarakat, sehingga berdampak pada penurunan daya beli UMKM.

Ada juga faktor teknis, seperti makin menurunnya penjualan produk, misalkan minimnya ajakan pameran UMKM yang diselenggarakan Pemkot Surabaya.

"Kalau pemkot beda sih, jalurnya. Kalau paling dinas koperasi memunculkan UMKM baru. Akhirnya UMKM-UMKM lama enggak ada pendekatan. Padahal sudah digarap serius sebelumnya. Pendampingannya yang kurang. Kalau munculnya UMKM baru ada pendampingan. Kalau UMKM Bang Jarwo, Arumi, Samijali, sekarang ya enggak kayak dulu, bergerak sendiri," terangnya.

Jarwo tidak menutup mata jika memang masih ada oknum-oknum masyarakat pendatang yang masih nekat berbisnis layanan jasa esek-esek terselubung menyewa rumah warga di permukiman tersebut.

Sumber: Surya
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved