Koperasi Merah Putih dan Asta Cita
Koperasi Desa Merah Putih Gempolkerep Kabupaten Mojokerto, Wujudkan Stabilitas Ekonomi Desa
Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Gempolkerep menjadi koperasi pertama beroperasi di Kabupaten Mojokerto, pada 21 Juli 2025.
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Titis Jati Permata
Ringkasan Berita:
- Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Gempolkerep paling pertama beroperasi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 21 Juli 2025. Menempati bangunan ruko permanen milik Pemdes
- Koperasi ini meraup omzet Rp 5 juta per/ bulan saat awal berdiri, dengan jumlah anggota aktif 106 orang.
- KDMP Gempolkerep membantu masyarakat terutama menyediakan barang kebutuhan pokok hingga produk pertanian dengan harga miring.
SURYA.CO.ID, MOJOKERTO - Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Gempolkerep menjadi koperasi pertama beroperasi di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 21 Juli 2025.
Awal beroperasi koperasi ini meraup omzet mencapai Rp 5 juta per/bulan, dengan jumlah anggota aktif sebanyak 106 orang.
KDMP Gempolkerep menempati bangunan ruko permanen milik Pemdes, dengan luas bangunan 7 meter x 20 meter yang dibangun tahun sejak 2017.
Pendirian koperasi desa disuntik dari penyertaan modal BUMDES sebesar Rp 60 juta, yang digunakan KDMP Gempolkerep membuka usaha meliputi gerai sembako, gerai pupuk, kios elpiji, pembayaran elektronik (Samsat, PLN, PBB, PDAM dan lain-lain).
Baca juga: Staf Kemenkop RI Tinjau KDMP di Lamongan, Sebut Miliki KDMP Aktif Terbanyak di Indonesia
Keberadaan koperasi merah putih di Desa Gempolkerep, membantu masyarakat terutama menyediakan barang kebutuhan pokok hingga produk pertanian yang selalu ada dengan harga miring.
Dorong Ekonomi Masyarakat Desa
Kepala KDMP Gempolkerep, Said Sa'dullah (49) meyakini terbentuknya koperasi merah putih bakal membawa dampak positif mendorong ekonomi masyarakat desa.
"Ketahanan ekonomi paling stabil adalah koperasi, yang bermanfaat membangun ekonomi masyarakat desa karena memutus rantai dari distributor langsung ke masyarakat," kata Said, Kamis (6/11/2025).
Said mengatakan, KDMP Gempolkrep dikelola oleh 5 lima orang yang bergiliran menjaga dan melayani transaksi mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
Dengan omzet saat ini berbeda saat awal buka, kini rata-rata mencapai Rp 1-1,5 juta per/ bulan.
Baca juga: Koperasi Merah Putih Ngagel Rejo Surabaya Tancap Gas Usai Diresmikan, Sebulan Jual 4 Ton Beras
Tenaga operasional secara sukarela, mengingat masih minimnya pendapatan dari koperasi tersebut.
Meski tidak dibayar, Said dan kawan-kawan mengaku ikhlas dalam menjalankan usaha di koperasi merah putih meski berkorban tenaga dan waktu.
"Menjaga koperasi setiap hari secara sukarela tanpa digaji, demi mewujudkan ekonomi di desa kami. Target Kopdes adalah kestabilan ekonomi masyarakat desa, yang lebih utama lagi ekonomi masyarakat meningkat," ucap Said.
"Saya yakin kalau setiap desa itu ada Kopdes, perkembangannya jadi lebih mudah membangun rantai distribusi antar desa Se-Kabupaten Mojokerto. Ini yang kita sedang gapai maka harus terus berjuang," imbuh Said.
Menurutnya, usaha koperasi berupa gerai sembako akan terus dikembangkan rencananya akan buka 24 jam dilengkapi usaha kuliner namun menunggu enam bulan kedepan sembari barang sembako lengkap.
Ini dilakukan untuk meningkatkan penghasilan koperasi, agar setiap anggota mendapat hasil pembagian SHU (Sisa hasil usaha) yang lebih besar.
Dirinya bersama pemuda karang taruna juga mendorong seluruh masyarakat Gempolkerep, untuk memajukan ekonomi desa melalui menjadi anggota kopdes.
Syarat menjadi anggota kopdes Gempolkerep membayar simpanan pokok Rp 100 ribu dapat diangsur dan simpanan wajib 10 ribu setiap bulan.
Manfaat menjadi anggota koperasi KDMP Gempolkerep mendapat benefit diskon harga dan memperoleh passive income dari SHU.
"Kita mengajak seluruh masyarakat untuk membangun ekonomi desa dan juga menggandeng pemuda desa atau karang taruna. KDMP membentuk dari segi ekonomi, kalau Bumdes dan Pemdes membangun infrastruktur desa," ucap Said.
Pengembangan KDMP Gempolkerep
Koperasi Desa Merah Putih di Desa Gempolkerep terus berkembang dengan menjadi agen distributor untuk memenuhi barang kebutuhan pokok masyarakat di desanya.
Langkah ini ditempuh karena KDMP bukan malah bersaing dengan pelaku usaha kecil, atau pracangan yang menggantungkan penghasilan dari usahanya.
"Arah ke depan KDMP Gempolkerep menjadi agen, dari masyarakat untuk masyarakat. Kalau kita pengecer sama dengan pedagang nantinya khawatirnya bersaing dampaknya tidak baik. Kita kedepan fokus menjadi agen," tegasnya.
Menurutnya, mayoritas masyarakat memanfaatkan KDMP untuk membeli barang dengan harga terjangkau tetapi bakal berdampak bagi pedagang di sekitarnya.
Sehingga, koperasi nantinya tidak akan menjual barang yang sama dengan pedagang di sekitar desa.
Upaya menjadi agen distributor masih terganjal perizinan NIB (Nomor induk berusaha) yang mengubah KBLI dari pengecer menjadi agen.
"Nanti kalau (Barang) sudah komplit kita jadi agen dan memasok toko di daerah sekitarnya. Untuk bisa mengembangkan link usaha, perlu intervensi pemerintah seperti percepatan izin perubahan pedagang besar, sehingga tidak menjadi pesaing bagi pedagang kecil," papar Said.
Bangun Citra Positif Koperasi
Dikatakan Said, pemerintah agar berpihak membantu pengembangan KDMP terutama membangun citra positif terhadap koperasi.
Sebab, sebagian masyarakat masih enggan bergabung menjadi anggota KDMP Gempolkerep lantaran menganggap koperasi identik dengan simpan pinjam (Riba).
"Kita berharap pemerintah turut aktif membranding kopdes dengan opini positif, dampaknya usaha kita berjalan lebih mudah. Untuk mencari anggota, karena masyarakat sudah teredukasi manfaat kopdes apalagi di tengah lingkungan agamis yang mayoritas menolak simpan pinjam riba," tukasnya.
Said menambahkan, koperasi yang ia kelola telah mengajukan pinjaman modal senilai Rp 197 juta ke Bank Mandiri selaku Bank Himbara ditunjuk pemerintah memberikan modal ke KDKMP di Mojokerto Raya.
Rencananya, pinjaman modal akan digunakan untuk mengembangkan lini usaha berbasis permodalan barang tanpa bunga.
"Kredit usaha dalam bentuk barang bukan permodalan uang, Tidak ada bunga melainkan dengan sistem bagi hasil, tidak ada riba," cetusnya.
Sistem Bagi Hasil
Ia menjelaskan, mekanisme pelaku usaha mendapat pinjaman barang dari koperasi dengan sistem bagi hasil, minimal pembayaran sesuai nilai barang jatuh tempo selama satu tahun.
"Jika tidak bisa melunasi bisa diperpanjang satu tahun, selama itu bagi hasil tetap berjalan sampai barang lunas dan otomatis mengakhiri perjanjian pinjaman modal," pungkasnya.
Pengembangan usaha kedepan akan membuat perdagangan elektronik e-commerce aplikasi lokal khusus masyarakat Desa Gempolkerep.
Ainur (38) mengaku, keberadaan KDMP di Desa Gempolkerep sangat membantu warga terutama mendapatkan sembako dengan harga murah dibandingkan harga pasar.
Dirinya berharap koperasi desa ini dapat terus berkembang semakin bermanfaat bagi masyarakat setempat.
"Sejak ada koperasi desa merah putih, saya selalu belanja ke sini seperti beras dan minyakkita yang selalu dibutuhkan harganya murah dan barang selalu ada. Semoga koperasi desa semakin berkembang memberi manfaat nyata bagi warganya," tutupnya.
BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Koperasi Desa Merah Putih (KDMP)
Kabupaten Mojokerto
SURYA.co.id
liputan khusus
Eksklusif
Multiangle
Meaningful
| Kembangkan Usaha, KDMP Ngoran Blitar Gandeng Bulog Hingga Bank Pelat Merah |
|
|---|
| Koperasi Merah Putih Ngagel Rejo Surabaya Tancap Gas Usai Diresmikan, Sebulan Jual 4 Ton Beras |
|
|---|
| Jadi Penggerak Ekonomi Akar Rumput, 5 Desa di Jombang Jadi Percontohan Nasional Koperasi Merah Putih |
|
|---|
| Dinkopdag Surabaya Dukung Digitalisasi 153 Koperasi Merah Putih untuk Monitoring dan Pendampingan |
|
|---|
| Wadah Ekonomi Rakyat, Musda Dekopinda Kediri Menjadi Momentum Pembangunan Ekonomi Berbasis Koperasi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/kdmp-gempolkerep-menunjukkan-sejumlah-barang.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.