Hidupkan Peternak Lokal, Khofifah Usulkan Susu Untuk MBG Gunakan Galon Dan Diminum Dari Gelas

Khofifah menjelaskan, berdasarkan data BPS RI 2025, saat ini Jawa Timur mampu memproduksi susu segar sebanyak 468.712 ton per tahun

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Deddy Humana
HUMAS PEMPROV JATIM
MENU MBG - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meninjau Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar, Rabu (29/10/2025). Khofifah mengusulkan penyajian susu MBG menggunakan galon dan menyerap produksi peternak lokal. 


SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA – Pemprov Jatim terus membawa semangat untuk menggerakan potensi lokal dalam penyediaan Makan Bergizi Gratis (MBG), salah satunya untuk penambahan menu susu.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengusulkan agar tambahan susu pada menu MBG tidak diberikan dalam bentuk kemasan pabrikan. Tetapi disarankan dalam wadah besar seperti galon yang berasal dari peternakan setempat.

Dengan begitu program MBG akan mampu menyerap produksi susu dari peternak sekaligus memberikan dampak kesehatan bagi generasi penerus bangsa.

“Bagaimana jika konsumsi susu untuk anak-anak dalam MBG adalah susu pasteurisasi tanpa kemasan pabrikan tetapi disediakan kemasan besar misalnya galon dari kaca atau steinless steel. Yang kemudian para siswa bisa meminum susu dari gelas,” kata Khofifah saat meninjau Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar, Rabu (29/10/2025).

“Dengan begitu akan mengurangi limbah kemasan dan anak-anak minum susu sesuai kebutuhan. Selain itu lebih mendekatkan akses ke sentra-sentra produksi susu," jelasnya. 

Lebih lanjut Khofifah menjelaskan, berdasarkan data BPS RI tahun 2025, saat ini Jawa Timur mampu memproduksi susu segar sebanyak 468.712 ton per tahun. Produksi susu Jatim berkontribusi 58 persen pada produksi susu nasional sebesar 808.352 ton.

Produksi susu Jatim dapat memenuhi kebutuhan daerah lain. Khofifah mencontohkan, Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu daerah yang memiliki kebutuhan susu segar tinggi untuk IPS Industri Pengolah Susu) dan masih bergantung dari Jawa Timur.  "Belum lagi market dari MBG itu besar sekali,” tambahnya.

Khofifah mengatakan, saat ini Jatim tengah giat untuk meningkatkan produksi susu. Salah satunya seperti KPSP yang menerapkan integrated farming dan replacement dengan bibit sapi perah yang memiliki genetik unggul.

Kemajuan pun mulai terlihat bahwa sapi perah di KPSP sebelumnya memproduksi mulai dari 12 - 15 liter per hari. Dengan menerapkan sistem integrated farming kini produksinya meningkat menjadi 20 - 25 liter per hari.

“Harapannya kita akan bisa mengurangi impor susu, di mana saat ini kebutuhan susu di Indonesia 65 persen masih impor,” ujarnya.

Lebih dari itu, Khofifah meyakini bahwa produksi susu dari Jawa Timur bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga memasok Industri Pengolah Susu (IPS) di  Provinsi lain yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat dan DKI Jakarta. 

Selain pasar domestik, Khofifah menyebut potensi pasar ekspor juga terbuka, khususnya ke Eropa berupa keju dari susu organik. 

KPSP Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan sudah menerapkan pemeliharaan sapi perah dengan sistem organik pada beberapa kelompok ternak.

"Mereka juga sudah mengembangkan pakan organik yang telah di-assessment oleh Badan Standarisasi Pangan Organik. Jadi kalau kita memasarkan susu dengan pakan sapi organik, saya rasa Pasar Eropa akan melirik ke sini,” tegasnya. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved