Berita Viral
Terlanjur Pede Selalu Ranking 1 di Sekolah, Calon Siswa SMP Kecewa Malah Gagal PPDB Gara-gara Umur
PPDB SMP Banyumas diprotes karena siswa berprestasi gagal diterima hanya karena usia lebih muda. Orangtua pertanyakan sistem seleksi berbasis usia.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
Curhat Orangtua yang Anaknya Tergeser dari Jalur Domisili SPMB
Sejumlah orang tua di Surabaya mengaku bingung dan khawatir setelah anak-anak mereka tergeser dari Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) jenjang SMP Negeri Kota Surabaya melalui jalur domisili.
Mereka mengeluhkan keterbatasan informasi dari sekolah asal tentang proses SPMB dan mahalnya biaya masuk sekolah swasta.
Nurul (38), warga Gading, mengalami hal ini saat mendaftarkan anaknya ke SMPN 9 dan SMPN 18. Rumahnya berjarak sekitar 1.200 meter dari SMPN 9 dan 1.600 meter dari SMPN 18.
“Tadi malam daftar, tapi lima menit sudah kegeser. Bingung harus bagaimana karena tidak ada penambahan pagu. Sekolah asal juga tidak mengarahkan baiknya ke SMP mana,” ujarnya ketika ditemui di posko Konsultasi SPMB jenjang SMP Negeri di Dispendik Kota Surabaya, Jumat (4/7/2025).
Nurul menuturkan, keluarganya tidak tergolong miskin secara administratif, sehingga tidak berhak mendapat bantuan pendidikan untuk keluarga miskin.
Sementara untuk menyekolahkan anaknya di sekolah swasta, ia merasa terbebani secara finansial.
“Kalau swasta, takut biaya SPP-nya besar. Padahal kami juga serba pas-pasan,” lanjutnya.
Keluhan serupa disampaikan Dwi Rahmawati, orang tua murid lulusan SDN Gading 3.
Anak perempuannya juga tidak lolos jalur domisili karena jarak rumah sekitar 1.600 meter dari SMP negeri terdekat.
“SMP swasta di dekat rumah mematok uang pendaftaran Rp2 juta, seragam Rp2 juta, dan SPP Rp300 ribu per bulan. Jujur berat,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya, Ahmad Syahroni, membenarkan bahwa posko konsultasi SPMB masih ramai dikunjungi, terutama di hari pertama pembukaan jalur domisili.
“Kebanyakan orang tua masih belum paham alur pendaftaran atau cara mengecek peringkat anaknya di sistem. Entah karena tidak mengikuti proses dari awal, atau memang kurang informasi,” jelas Syahroni.
Ia menyebutkan, Dispendik telah menyediakan berbagai jalur untuk masuk sekolah negeri sebelum membuka tahao terakhir yaitu jalur Domisili.
Selain itu, masih ada sekolah swasta yang bekerja sama dengan Pemkot Surabaya untuk memberikan bantuan biaya pendidikan bagi siswa dari keluarga tidak mampu.
“Kami juga masih menunggu proses daftar ulang jalur domisili. Jika ada yang tidak mendaftar ulang, maka sistem akan otomatis memberi kesempatan pada pendaftar di peringkat terbawah yang sempat tergeser,” pungkasnya.
| Pembantu Bawa Kabur Harta Majikan Senilai Rp28 Juta, Ketahuan untuk Kirim ke Suami di Kampung |
|
|---|
| Tak Punya Modal, Bos Konter Curi HP di Mal Agar Bisnisnya Tetap Jalan, Pemilik Rugi Rp600 Juta |
|
|---|
| Perjalanan Imam Suyudi: Dulu Atlet Silat PON Berprestasi, Kini Pilih Jadi Petugas Damkar |
|
|---|
| Usai Bea Cukai di Starbucks, Kini Pegawai Kemenkeu Santai Saat Jam Kerja: Halo Pak Purbaya |
|
|---|
| Rekam Jejak Mayjen Eko Susetyo yang Kini Jabat Komandan Pussenkav, Lulusan Terbaik Akmil 1991 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Terlanjur-Pede-Selalu-Ranking-1-di-Sekolah-Calon-Siswa-SMP-Kecewa-Malah-Gagal-PPDB-Gara-gara-Umur.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.