Kapal Tenggelam di Selat Bali

Rezeki Nomplok Bocah Yatim Piatu usai Ibu Jadi Korban Insiden KMP Tunu Pratama Jaya, Nenek Dapat

Rezeki nomplok didapatkan Z dan T, anak dari Elok Rumantini, korban meninggal tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, Rabu (2/7/2025)

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Humas Kemenhub/Kompas.com Fitri Anggiawati
TENGGELAM - (kiri) Hartatik, ibu Elok Rumantini korban tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. (kanan) Penampakan KMP Tunu Pratama Jaya 

Ia mengaku sempat merasakan guncangan. Namun, ia berpikir hal itu biasa karena pengaruh gelombang air laut.

Namun, lama kelamaan, ia mulai merasa cemas ketika melihat bagian depan kapal miring ke kiri.

Beban berat pada sisi depan membuat kapal oleng dalam waktu sekejap.

Semua penumpang sontak berhamburan berupaya menyelamatkan diri.

Mirisnya saat itu tidak ada informasi dari pihak kapal maupun alarm bahaya.

"Kami semua menyelamatkan diri sendiri, ambil pelampung sendiri," ungkapnya. 

Kondisi kapal saat itu semakin miring. Lampu dan mesin kapal juga telah mati.

Cahyani yang tak bisa berenang diminta memeluk tubuh Febriani, kemudian keduanya memutuskan melompat ke laut.

Namun sayangnya di saat bersamaan kapal yang terjatuh mengakibatkan gelombang kuat.

"Pada saat itulah pelukan istri saya terlepas," katanya.

Febriani yang baru sadar saat muncul ke permukaan, berusaha mencari sang istri.

Pandangannya menyapu sekitar, sembari berteriak memanggil nama sang istri. 

Sayangnya setelah sekian lama, panggilannya tak kunjung mendapat jawaban dari sang istri.

Marah, kesal, kecewa, hingga putus asa berkecamuk di perasaan Febriani. Terlebih saat itu kondisi sekitar gelap.

Ia akhirnya memutuskan untuk menaiki kapal karet, bergabung dengan 11 penumpang lainnya yang selamat.

"Saya akhirnya dibantu orang-orang naik ke kapal karet. Saat itu masih coba memanggil istri saya."

"Tapi tetap tidak ada jawaban. Di situlah saya putus asa, tapi masih berusaha berpikir positif, mungkin istri saya di perahu karet lain," ujarnya. 

Sebanyak 12 orang terombang-ambing di kapal karet semalaman. Hingga pukul 07.00 WITA, terlihat kapal nelayan.

Seluruh orang berusaha teriak memanggil kapal itu.

Namun karena ukurannya yang kecil, terpaksa hanya setengah yang bisa diangkut. Sedangkan sisanya dijemput setelah nelayan itu memberi informasi pada rekannya. 

Setibanya di darat, Febriani segera dibawa ke Posko ASDP Gilimanuk pukul 9.30 WITA. 

Di tempat inilah ia menerima kabar bahwa Cahyani telah ditemukan tak bernyawa.

Febriani juga diberi kesempatan untuk melihat wajah istrinya.

Ketika kantong jenazah dibuka, tangis Febriani langsung pecah, dan segera ditenangkan oleh kerabatnya.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved