Kapal Tenggelam di Selat Bali

Tangis Pria Banyuwangi Istri Jadi Korban Tewas KMP Tunu Pratama Jaya, Baru Menikah 12 Hari

Febriani tak kuasa membendung air matanya ketika harus merelakan sang istri, Cahyani, pergi selamanya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury
TANGIS - Pria asal Banyuwangi, Febriani, tak kuasa menahan tangis setelah melihat jenazah istrinya, Cahyani, yang menjadi korban tewas akibat insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Jenazah baru tiba di Posko ASDP Gilimanuk, Kamis (3/7/2025) 

"Kami semua menyelamatkan diri sendiri, ambil pelampung sendiri," ungkapnya. 

Kondisi kapal saat itu semakin miring. Lampu dan mesin kapal juga telah mati.

Cahyani yang tak bisa berenang diminta memeluk tubuh Febriani, kemudian keduanya memutuskan melompat ke laut.

Namun sayangnya di saat bersamaan kapal yang terjatuh mengakibatkan gelombang kuat.

"Pada saat itulah pelukan istri saya terlepas," katanya.

Febriani yang baru sadar saat muncul ke permukaan, berusaha mencari sang istri.

Baca juga: Pesan Terakhir Fitri Penumpang KMP Tunu Pratama Sebelum Meninggal, Niat Sambangi Suami Berubah Duka

KORBAN SELAMAT - Korban selamat tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya saat bertemu keluarga di Banyuwangi, Kamis (3/7/2025). Posko informasi gabungan tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya mengupdate data terbaru jumlah korban selamat tercatat 30 orang, sementara korban tewas 6 orang, hingga Kamis (3/7/2025) pukul 17.00 WIB.
KORBAN SELAMAT - Korban selamat tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya saat bertemu keluarga di Banyuwangi, Kamis (3/7/2025). Posko informasi gabungan tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya mengupdate data terbaru jumlah korban selamat tercatat 30 orang, sementara korban tewas 6 orang, hingga Kamis (3/7/2025) pukul 17.00 WIB. (aflahul abidin/surya.co.id)

Pandangannya menyapu sekitar, sembari berteriak memanggil nama sang istri. 

Sayangnya setelah sekian lama, panggilannya tak kunjung mendapat jawaban dari sang istri.

Marah, kesal, kecewa, hingga putus asa berkecamuk di perasaan Febriani. Terlebih saat itu kondisi sekitar gelap.

Ia akhirnya memutuskan untuk menaiki kapal karet, bergabung dengan 11 penumpang lainnya yang selamat.

"Saya akhirnya dibantu orang-orang naik ke kapal karet. Saat itu masih coba memanggil istri saya."

"Tapi tetap tidak ada jawaban. Di situlah saya putus asa, tapi masih berusaha berpikir positif, mungkin istri saya di perahu karet lain," ujarnya. 

Sebanyak 12 orang terombang-ambing di kapal karet semalaman. Hingga pukul 07.00 WITA, terlihat kapal nelayan.

Seluruh orang berusaha teriak memanggil kapal itu.

Namun karena ukurannya yang kecil, terpaksa hanya setengah yang bisa diangkut. Sedangkan sisanya dijemput setelah nelayan itu memberi informasi pada rekannya. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved