Alih Fungsi Lahan Jagung Pemicu Bencana, Pemkab Tulungagung Bahas Pemulihan Hutan Kawasan Selatan

"Namanya tumpang sari, numpang untuk mencari penghasilan. Bukan mengorbankan pohon-pohon tegakan," tegasnya

Penulis: David Yohanes | Editor: Deddy Humana
surya/David Yohanes (Davis Yohanes)
Salah satu titik kawasan hutan di Tulungagung Selatan yang kurang tanaman tegakan. 

Sekurangnya butuh waktu 2 tahun untuk  kembali menghijaukan kawasan hutan yang telanjur gundul dengan pohon-pohon baru. Sekda juga menyinggung hamparan kawasan hutan yang maha luas telah berubah menjadi ladang jagung.

Area yang seharusnya hutan lindung juga berubah menjadi hamparan tanpa tegakkan. Padahal konsep awalnya adalah sistem tumpang sari, ada tanaman produktif di sela pohon keras yang menjadi pelindung ekosistem.

"Namanya tumpang sari, numpang untuk mencari penghasilan. Bukan mengorbankan pohon-pohon tegakan," tegasnya.

Melihat kondisi hutan Selatan saat ini perlu ada upaya mengembalikan fungsi lahan. Yaitu memulihkan pohon-pohon tegakkan yang sudah habis diganti tanaman jagung.

Hutan yang gundul ini terlihat  hampir di semua kawasan Selatan, mulai Kecamatan Bandung, Besuki, Campurdarat, Tanggunggunung, kalidawir, dan Pucanglaban.

Selama musim hujan sejak November 2024 telah terjadi berulang kali banjir bercampur lumpur dan kerikil sebagai dampak kondisi hutan yang gundul.

Para pegiat lingkungan menilai, panen jagung yang dihasilkan tidak sebading dengan kerusakan infrastruktur dan permukiman warga yang ditimbulkan.

Salah satunya Jembatan Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol yang patah diterjang berton-ton kayu dan potongan bambu dari Kalidawir. Material itu terbawa banjir akibat hutan yang gundul. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved