Berita Jember

Di Penghujung Tahun 2024, 10 Kecamatan di Jember Terpapar Penyakit Mulut dan Kuku Terhadap Sapi

Di penghujung tahun 2024, muncul kembali wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap sapi di Jember, Jawa Timur. Kecamatan Ambulu masuk zona merah.

|
Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Imam Nahwawi
Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jember bersama DPRD rapat penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap sapi di 10 kecamatan wilayah Jember, Jawa Timur, Rabu (18/12/2024). 

SURYA.CO.ID, JEMBER - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim), membahas penanganan kemunculan kembali wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap sapi.

Kepala DKPP Jember Andi Prastowo mengungkapkan, sapi yang terpapar penyakit kuku dan mulut tersebut, tersebar di 10 kecamatan.

Berdasarkan laporan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan), lanjut Andi, kasus terbanyak berada di Kecamatan Ambulu, dengan 60 sapi yang terpapar PMK. Serta 15 di antaranya dilaporkan mati.

"Ambulu itu sudah masuk zona merah kasus PMK, sampai hari ini ada 60 kasus yang masuk," ujar Andi Prastowo, Rabu (18/12/2024).

Menurutnya, ternak lainnya yang terpapar wabah tersebut terjadi di Kecamatan Balung, Tempurejo, Kencong, Sukowono, Jelbuk, Kencong, hingga Bangsalsari. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak di Ambulu.

"Di Bangsalsari itu ada 5 sapi yang terpapar, di Balung tadi juga tidak banyak, antara 5-6 sapi, di Sukowono itu ada kisaran 2 ekor," ungkapnya.

Andi mengatakan, munculnya kembali wabah PMK ini, tidak seekstrem kejadian pada 2022. Karena, memang vaksinasi terhadap sapi di Jember telah dilakukan.

"Kami sudah melakukan vaksinasi mulai dari 2022 hingga 2024 sekarang, sehingga kasus-kasus tertentu saja. Tetapi semoga tidak berkembang, karena memang kami sudah melakukan vaksinasi," ulasnya.

Andi menilai, sapi yang terpapar PMK tersebut, rata-rata ternak yang didatangkan dari luar Kabupaten Jember, kemungkinan juga belum disuntik vaksin.

"Serta sapi-sapi yang masih muda, yang belum sempat tersuntik vaksin. Karena masih kecil," tuturnya.

Andi menjelaskan, terjadinya PMK ini karena imunitas sapi menurun, ketika perubahan cuaca dari musim kemarau menuju musim hujan.

"Kondisi curah hujan yang tinggi juga menjadi salah satu penyebab cepatnya penularan PMK lantaran tingkat kelembapan juga ikut tinggi," urai Andi.

Sementara, Ketua Komisi B DPRD Jember Candra Ary Fianto meminta pemerintah kabupaten  segera menyusun langkah-langkah preventif, terkait penanganan kasus PMK. 

“Dinas Peternakan agar melakukan edukasi kepada masyarakat, khususnya kepada para peternak agar tidak panik ketika ternaknya mengalami penyakit ini. Karena kebanyakan mereka panik dan menjual ternaknya dengan harga murah,” tanggapnya.

Selain itu, Candra juga meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember mengendalikan ternak-ternak yang datang dari luar daerah. Sebab status vaksinasi sapi ini masih perlu dipertanyakan.

"Banyak sapi yang datang dari luar Jember. Karena sapi-sapi dari Jember per September 2024 kemarin, sebenarnya sudah dilakukan vaksinasi kurang lebih terhadap 118.000 sapi,” ungkap Legislator Fraksi PDI Perjuangan ini.

➢ IKUTI UPDATE BERITA MENARIK LAINNYA di GOOGLE NEWS SURYA.CO.ID

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur. Klik di sini untuk untuk bergabung

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved