Berita Surabaya

Ekonom UOB Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ada Potensi Lebih dari 5 Persen di Semester II/2024

Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat lebih tinggi lagi dari 5 persen pada semester II tahun 2024 ini.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
ahmad zaimul haq/surya.co.id
Senior Economist UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, bersama Chief Investment Officer UOB Assets Management Indonesia, Albert Z Budiman, dan Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, serta mantan Wagub Jatim, Emil Dardak, saat menjadi pembicara dalam kegiatan UOB Privilege Conversation: Mid-Year Market Outlook 2024 di Surabaya, Selasa (13/8/2024) malam. 

Dengan begitu, Indonesia bisa menghadapi krisis di masa depan.

''Bagaimana caranya? Bisa dengan upaya fiskal. Utang kita itu masih 40 persen loh. Kalau dibandingkan negara tetangga Malaysia masih jauh,'' tegasnya.

Selain fiskal, perluanya financial deepening dari pelaku bisnis juga diperlukan.

Apalagi, merebut sektor-sektor hilirisasi yang saat ini masih dikuasai barang impor.

Enrico mencontohkan sektor farmasi dan kimia yang hingga saat ini masih mengandalkan pasokan dari perusahaan asing.

Menurutnya, perlu ada reverse engineer agar nantinya sektor-sektor tersebut bisa dinikmati manfaatnya secara maksimal.

Pada kesempatan yang sama, Chief Investment Officer UOB Assets Management Indonesia, Albert Z Budiman menambahkan, memang suku bunga bank sentral penting bagi investasi.

"Namun, bukan berarti hal tersebut bakal jadi penentu. Suku bunga tinggi tak akan masalah jika pada akhirnya kegiatan ekonomi masih lancar," tambah Albert.

Di Jepang bunga sudah 0 tapi ekonomi tetap stagnan.

"Pengusaha sebenarnya juga tak keberatan kalau diberi bunga 10 persen asal penjualannya bisa meningkat berlipat-lipat,'' lanjutnya.

Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, menyebut, fundamental memang kadang tak tercermin di pasar finansial.

"Meskipun pertumbuhan ekonomi tergolong bagus, IHSG diakui masih stagnan jika dikalkulasi year to date," ujar Vera.
Menurutnya, hal tersebut merupakan faktor dari pergerakan investor asing akibat rating investasi Indonesia yang turun.

Namun, dia merasa bahwa hal tersebut bisa jadi peluang.

Apalagi, semester dua banyak sinyal yang nantinya bisa mengubah rating investasi di Indonesia.

"Ekonomi kita kan cukup bagus. Lihat saja konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh signifikan dengan kontribusinya lebih dari setengah dari PDB,'' lanjut Vera.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved