Berita Surabaya

Ekonom UOB Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Ada Potensi Lebih dari 5 Persen di Semester II/2024

Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat lebih tinggi lagi dari 5 persen pada semester II tahun 2024 ini.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
ahmad zaimul haq/surya.co.id
Senior Economist UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja, bersama Chief Investment Officer UOB Assets Management Indonesia, Albert Z Budiman, dan Deposit and Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret, serta mantan Wagub Jatim, Emil Dardak, saat menjadi pembicara dalam kegiatan UOB Privilege Conversation: Mid-Year Market Outlook 2024 di Surabaya, Selasa (13/8/2024) malam. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II tahun 2024 lalu tercatat sebesar 5,05 persen.

Pertumbuhan itu bisa meningkat lebih tinggi lagi di semester II tahun 2024 ini, lantaran banyak faktor yang dirasa bakal mendorong rapor ekonomi dan investasi lebih baik lagi.

Namun, peristiwa krisis finansial global yang dipicu dari rentetan rapor merah di industri finansial dan investor besar yang menarik modal tetap hal yang harus diwaspadai.

Menanggapi hal itu, Senior Economist UOB Indonesia, Enrico Tanuwidjaja, mengatakan wajar saja jika banyak pelaku bisnis dan investor panik beberapa hari terakhir.

"Awal bulan, banyak media yang memberitakan mengenai Black Monday. Tapi saya rasa, Indonesia terutama Jatim masih resilient (tahan banting, Red). Apalagi, The Fed (bank sentral AS, Red) akan menurunkan suku bunganya pada September nanti," kata Enrico di sela kegiatan UOB Privilege Conversation: Mid-Year Market Outlook 2024 di Surabaya, Selasa (13/8/2024) malam.

Enrico sangat yakin bahwa rapat The Fed yang akan diadakan pada 17 September nanti bakal menghasilkan penurunan suku bunga AS.

Memang, jika suku bunga diturunkan nilai dollar terhadap mata uang lain akan menurun.

Namun, dia merasa bahwa menahan suku bunga bakal memberikan efek yang lebih buruk terhadap ekonomi AS.

"Yang ditunggu dan jadi pertanyaan, berapa poin penurunan tersebut. Jika The Fed memutuskan untuk memangkas 50 basis poin, maka rupiah bakal menguat. Saya perkirakan rupiah bakal menguat di level 15.500 per satu dollar AS pada akhir tahun. Secara parallel, suku bunga BI juga akan turun menjadi 5 persen pada akhir tahun dari level saat in yakni 6,75 persen,'' terang Enrico.

Selanjutnya yang menjadi masalah, bagiamana Indonesia dan masyarakat bisa memanfaatkan momentum tersebut.

Menurutnya, perlu ada urgensi untuk mendorong ekonomi Indonesia jauh lebih tinggi.

Pertumbuhan PDB sebanyak 5 persen tak cukup jika ingin Indonesia keluar dari middle income trap.

Apalagi, Indonesia bakal mencapai puncak bonus demografi pada 2045.

Puncak tersebut berarti Indonesia bakal memulai tahapan aging society (populasi menua).

Untuk bisa meningkatkan ekonomi tanah air, Enrico merasa pendapat presiden terpilih Prabowo Subianto bahwa pertumbuhan ekonomi harus 8 persen adalah benar.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved