Berita Surabaya

Freeprt Indonesia Tegaskan Komitmennya Rangkul Pengusaha Lokal Jatim Jelang Operasional di Juli 2024

Industri smelter PT Freeprt Indonesia (PTFI) kembali menegaskan komitmennya merangkul masyarakat dan pengusaha lokal Jawa Timur

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
sri handi lestari/surya.co.id
Dari kiri ke kanan: Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024 Emil Dardak bersama Executive Chairman B-Universe, Enggartiasto Lukita, sertIndonesi Tony Wenas, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia saat menggelar diskusi di Surabaya. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Industri smelter PT Freeprt Indonesia (PTFI) kembali menegaskan komitmennya merangkul masyarakat dan pengusaha lokal Jawa Timur, khususnya saat masuk pada tahap operasional.

Operasional direncanakan mulai Juli 2024 dan akan masuk pada tahap produksi di bulan Agustus 2024 hingga mencapai kapasitas penuh pada akhir Desember 2024.

“Tidak ada satu perusahaan pun yang berhasil di tengah masyarakat dan lingkungan yang gagal. Oleh karena itu kami harus tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, harus tumbun dan berkembang bersama pengusaha lokal. Ini akan menjadi bagian dari suplai change kita terutama di hilir,” kata Tony Wenas, Presiden Direktur  PT Freeport Indonesia saat hadir di Surabaya dalam kegiatan diskusi yang digelar BeritaSatu.

Bersama Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024 Emil Elestianto Dardak, Tony menjelaskan, bahwa ada dua tahapan dalam pembangunan smelter PTFI yang berkolasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE.

"Pertama tahapan konstruksi dan kedua tahapan operasi. Pada tahapan konstruksi, pembangunan smelter mengguunakan teknologi tercanggih dari Finlandia," jelas Tony.

Dalam pekerjaan tersebut, Freeport menunjuk kontraktor utamanya adalah PT Chiyoda International Indonesia, salah satu perusahaan terbaik untuk pembangunan smelter.

Chiyoda juga menunjuk beberapa sub kontaktor, termasuk BUMN dan swasta besar, di antaranya PT Adhi Karya dan Wika serta beberapa perusahaan lainnya.

“Tentu ini akan berlanjut terus ke bawah dan dari catatan yang saya punya, juga melibatkan pengusaha dari Gresik dan Jatim. Jumlahnya memang tidak signifikan karena sebagian besar adalah konstruksi berstandar internasional,” ungkap Tony.

Sejumlah peralatan teknologi tinggi didatangkan dari berbagai negara, diantaranya Ukraina, Itali, Spanyol dan lain sebagainya.

Hal itu semua tercapai karena dukungan dari berbagai pihak, utamanya pengusaha di Gresik dan Jatim.

"Memang jumlahnya cukup banyak lebih dari 1000 kontraktor yang melibatkan pengusaha lokal. Tetapi dari proyek Rp 60 triliun ini memang nilainya tidak seberapa,” tambah Tony.

Sementara pada periode kedua, yaitu periode operasi, PT Freeport akan sepenuhnya menjadi penegndali smelter.

Komitmen tersebut salah satunya dengan memberi porsi lebih besar kepada warga Gresik dan Jatim dalam perekrutan tenaga kerja.

“Pada saat operasi penuh jumlah karyawan direncanakan sebanyak 1.970 tenaga kerja dengan komposisi 45 persen atau 898 tenaga kerja adalah warga Gresik, 28 persen atau 547 tenaga kerja dari wilayah Jatim dan sebanyak 26 persen atau 510 tenaga kerja dari wilayah Indonesia lainnya. Sementara tenaga kerja dari expat hanya sebanyak 15 tenaga kerja, kurang dari 1 persen,” jelasnya panjang lebar.

Tony Wenas menandaskan bahwa komitmen PTFI dalam membangun smelter di Gresik memang bukan tanpa alasan.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved