Pesilat Keroyok Orang Hingga Tewas

Ayah Korban Berusaha Tegar Saksikan Reka Adegan Pengeroyokan Sadis Pesilat di Gresik

Ayah korban berusaha tegar dan tetap berdiri menyaksikan reka adegan pengeroyokan sadis pesilat di Gresik yang merenggut nyawa anaknya.

Penulis: Willy Abraham | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Willy Abraham
M Bahrul Huda(49), ayah korban SW (20) berusaha tegar dan tetap berdiri menyaksikan reka adegan pengeroyokan sadis pesilat di Gresik yang merenggut nyawa anaknya, Jumat (31/5/2024). 

SURYA.CO.ID, GRESIK - M Bahrul Huda(49), ayah korban SW (20) berusaha tegar dan tetap berdiri menyaksikan reka adegan pengeroyokan sadis pesilat di Gresik yang merenggut nyawa anaknya.

SW meninggal dunia usai dikeroyok oknum pesilat di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Jatim) pada Minggu (19/5/2024).

Bahrul mengaku bertekad terus mengawal kasus yang menewaskan putra pertamanya itu.

Dia berangkat bersama keluarga dari Krian, Sidoarjo, menuju Desa Banjaran, Driyorejo.

Bahrul berdiri persis di dekat lokasi rekonstruksi yang berada di samping gudang besi tua.

Di situ, para tersangka memperagakan adegan pemukulan botol kaca bekas bir ke kepala korban SW.

Korban mengalami luka serius di kepala. Sementara para tersangk baru berhenti mengeroyok korban setelah ada yang melerai, lalu melarikan diri masing-masing.

Sesekali Bahrul menegur tersangka untuk jujur dalam memperagakan apa yang terjadi malam itu.

Beberapa kali ia melihat gelagat para tersangka berkelit saat ditanyai reka adegan.

Baca juga: Reka Adegan Kasus Pengeroyokan Sadis Pesilat di Gresik, Ayah Korban Ingin Hukuman Setimpal

Baca juga: Pemuda Tewas Dikeroyok Pesilat di Driyorejo Gresik, 5 Hari Koma Akibat Kepala Korban Dikepruk Botol

Baca juga: Pengakuan Pelaku Pengeroyokan Sadis Pesilat di Driyorejo Gresik, 3 Orang Masih Diburu Polisi

Menurutnya, para tersangka terkesan saling tunjuk dan tidak mengakui sepenuhnya peristiwa yang terjadi.

"Saya bekerja selama ini untuk anak, sekarang nyawa anak saya sudah tidak ada. Dia sekarang masih kuliah jurusan teknik di Surabaya. Saya sudah besarkan, anak saya meninggal dengan cepat. Saya akan terus mengawal kasus ini hingga tersangka mendapat vonis hukuman," kata dia.

Bahrul tak sedikitpun tergoda oleh pihak oknum tersangka yang menawarkan ajakan damai. Dia akan terus mengawal, memastikan semua tersangkanya dihukum setimpal.

"Nyawa anak saya tidak bisa diukur dengan uang. Saya berharap keadilan seadil-adilnya," tegas Bahrul.

Bahrul sudah berusaha semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa putra pertamanya itu.

SW awalnya masuk RS Petrokimia Driyorejo menjalani perawatan intensif, beberapa hari kemudian dia harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved