Santri Banyuwangi Tewas di Kediri

Tewasnya Santri Banyuwangi di Kediri Kuak Kasus Lain di Blitar dan Malang, 1.200 Ponpes Tak Berizin

Kasus tewasnya santri Banyuwangi Bintang Balqis Maulana (14), di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri mengungkap fakta mencengangkan. 

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Musahadah
kolase surya/aflahul abidin/istimewa
Suyanti, ibu Bintang Balqis Maulana, santri Banyuwangi yang tewas dianiaya di ponpes Kediri. Fakta lain terungkap. 

SURYA.CO.ID I KEDIRI - Kasus tewasnya santri Banyuwangi Bintang Balqis Maulana (14), di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri mengungkap fakta mencengangkan. 

Ternyata, kasus tewasnya santri di pondok pesantren ini bukan kali pertama. 

Tragedi penganiayaan santri berujung kematian juga terjadi di Ponpes di Malang dan Blitar. 

Ponpes di Blitar salah satu santri tewas dianiaya karena dituduh mencuri uang. Santri ini jadi  bulan-bulanan kekerasan teman-temannya.

Kemudian di ponpes Malang, karena gurauan yang kebablasan salah satu santri tewas disetrika.

Baca juga: Nasib Mujur Pesantren Tempat Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya Senior: Tak Disanksi Meski Tak Berizin

Kabid Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jatim As'adul Anam mengaku miris dengan fakta tersebut. 

"Selama 2024 ini memang miris. Menjadi catatan serius kami. Selain di Kediri, santri sebelumnya juga meninggal di Ponpes di Malang dan Blitar karena kaitannya dengan kekerasan. Bahkan di Blitar caranya sama persis," kata As'adul Anam saat dikonfirmasi, Jumat (1/3/2024).

Kemenag Jatim berharap atensi yang begitu tinggi akan peristiwa di Kediri ini adalah yang terakhir.

Kantor Kemenag akan mengevaluasi total seluruh sistem yang ada di Ponpes.

"Pola manajemen dan pola pengasuhan di Ponpes harus menjadi perhatian serius. Manajemen harus ditingkatkan dalam hal komunikasi dan koordinasi, termasuk budaya pergaulan di pondok," katanya. 

Begitu juga dengan hubungan  antara santri dan pengurus hingga pengasuh.

Sebab santri seharian penuh, 24 jam berada di Ponpes, sehingga harus ada pengawasan melekat.

Sementara pola pengasuhan dengan pengasuh atau dengan kiainya juga harus makin dekat.

Begitu juga dengan guru ngajinya. Semua harus saling menguatkan. Semua harus dekat hingga terbangun nuansa kekeluargaan satu pondok.

"Kedekatan seperti keluarga sendiri. Misalnya sang kyai minta tolong diambilkan barang adalah hubungan bapak dan anak. Semua nyaman dalam satu keluarga. Memang ada kekhasan sendiri menempuh pendidikan di lingkungan pondok," kata Anam.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved