Santri Banyuwangi Tewas di Kediri

Nasib Mujur Pesantren Tempat Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya Senior: Tak Disanksi Meski Tak Berizin

Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur tidak memberi sanksi ke pesantren tempat santri Banyuwangi tewas dianiaya senior.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Musahadah
kolase kompas.com
Suyanti, ibu Bintang Balqis Maulana syok saat tahu satu tersangka penganiaya santri Banyuwangi ini adalah sepupu korban sendiri. 

SURYA.CO.ID I KEDIRI - Nasib mujur masih memihak Pondok Pesantren Al Hanifiyyah, tempat santri Banyuwangi, Bintang Balqis Maulana (14) tewas dianiaya 4 seniornya. 

Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur tidak memberikan sanksi terhadap pondok pesantren yang berlokasi di Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Padahal, pondok presantren ini belum memiliki izin operasional memberi layanan pendidikan agama (pondok). 

Kabid Pendidikan Diniyah dan Ponpes Kanwil Kemenag Jatim As'adul Anam menyerahkan pada proses hukum, meski tindakan kekerasan yang berujung kematian santri itu terjadi di Ponpes di bawah Kemenag Jatim.

"Kami tidak bisa memberikan sanksi karena secara administratif belum ada keterkaitan. Kami akan lakukan pendampingan dan pembinaan," ungkap Anam.

Baca juga: Luka Sundutan Rokok di Jasad Santri Banyuwangi Dibantah Pengacara, Bintang Dianiaya Pakai Benda Ini

Kemenag Jatim juga menyerahkan semua pengusutan terkait peristiwa di Ponpes itu kepada polisi.

Kemenag akan kooperatif dan membantu kelancaran proses penyelidikan.

"Biarlah masyarakat yang menilai akan keberadaan ponpes itu seperti apa," katanya. 

Dijelaskan Anam, pesantren itu mulai beroperasi sejak 2014 dan memiliki 74 santri putri serta 19 santri putra.

Sebelumnya, Satreskrim Polres Kediri Kota akan memeriksa pihak pondok pesantren dalam kasus ini.

Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengatakan, pemeriksaan itu akan dilakukan dalam waktu dekat karena saat ini pengasuhnya masih berada di Banyuwangi.

"Waktunya nanti akan disesuaikan,” ujar AKBP Bramastyo kepada awak media seusai rekonstruksi di Mapolres Kediri Kota, Kamis (29/2/2024).

Selain pengasuh, pihaknya juga akan memeriksa seluruh anggota rombongan pesantren yang turut mengantarkan jenazah ke rumah duka di Banyuwangi pada Jumat (25/2/2024).

Pemeriksaan itu, menurut Kapolres, untuk memfokuskan pendalaman penyidikan terhadap empat orang tersangka yang ada.

Sejauh ini, masih kata mantan Koordinator Staf Pribadi Pimpinan (Koorspripim) Jawa Timur itu, total sudah ada 9 orang saksi yang telah dimintai keterangannya.

“Sementara ada 9 saksi,” pungkasnya. 

Sementara Pengasuh Pesantren Al Hanifiyyah, Fatihunada mengaku mendapatkan kabar salah satu santrinya meninggal dunia pada Jumat (23/2/2024).

Namun pria yang disapa Gus Fatih itu mengaku tidak mengetahui kejadian penganiayaan. Dia hanya tahu bahwa Bintang meninggal karena terpeleset di kamar mandi.

"Saya dikabari (kondisi) sudah meninggal. Dapat laporan itu karena jatuh terpeleset di kamar mandi,” kata dia, Senin (26/2/2024).

Fatih mengaku tidak tahu menahu terkait kejadian penganiayaan karena sejak awal dia mendapat laporan bahwa Bintang terpeleset.

"(Perihal penganiayaan) tidak tahu sama sekali. Jadi di luar prediksi saya dugaan semacam itu. Lha wong dari awal bilangnya terpeleset,” lanjut dia.

Pihak ponpes kemudian memulangkan jenazah ke daerah asalnya di Banyuwangi, Jawa Timur.

Dia pun turut serta mendampingi pemulangan jenazah bersama beberapa pengurus pesantren.

Diberitakan sebelumnya, Bintang Balqis Maulana meninggal dunia dan jenazahnya dipulangkan ke kampung halamannya di Banyuwangi, Jumat (25/2/2024).

Mulanya, penyebab kematiannya dikabarkan akibat terpeleset di kamar mandi.

Namun keluarga tak mempercayainya. Video perihal protesnya keluarga korban atas kondisi jenazah tersebut viral di media sosial.

Peristiwa itu lalu bergulir di kepolisian dan hasil penyelidikan mengungkap, korban tewas akibat pengeroyokan oleh sesama santri di pondok Al Hanifiyah Kabupaten Kediri.

Penyelidikan juga menetapkan empat orang santri sebagai tersangka pelakunya. Mereka melakukannya dengan dalih jengkel terhadap sikap korban yang sudah dinasehati. 

Misteri Luka Sundutan Rokok di Jasad Korban

Rekonstruksi kasus santri Banyuwangi dianiaya senior berujung tewas di ponpes Kediri.
Rekonstruksi kasus santri Banyuwangi dianiaya senior berujung tewas di ponpes Kediri. (kolase surya/didik mashudi//kompas.com)

Terdapat perbedaan pendapat antara keluarga Bintang Balqis Maulana (14) korban santri Banyuwangi yang tewas di Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, dengan pengacara tersangka. 

Beda pendapat itu terkait adanya luka sundutan rokok di tubuh korban Bintang Balqis Maulana

Sebelumnya, Pihak keluarga menduga ada luka  yang mirip dengan bekas sudutan rokok pada kaki korban. 

Hal itu terungkap setelah pihak keluarga membuka kain kafan Bintang setelah mendapati ada ceceran darah dari keranda, tempat jasad santri Banyuwangi ini dibaringkan. 

Mia Nur Khasanah (22), kakak korban mengaku keluarga korban terperangah.

Baca juga: Sosok Pria Viral Cengar-cengir saat Antar Jasad Santri Banyuwangi Tewas Dianiaya, Perannya Janggal

Kondisi jenazah korban penuh dengan luka dan lebam. Luka banyak terlihat di bagian wajah dan dada.

Mia menjelaskan, kondisi lain adiknya, yakni terlihat luka seperti bekas jeratan leher. Tulang hidung korban juga terlihat seperti patah.

Ada juga luka yang mirip dengan bekas sudutan rokok pada kaki korban. 

"Ini pasti bukan karena jatuh, tapi dianiaya," ujar Mia yang kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Glenmore.

Apakah benar para pelaku menyundutkan rokok ke tubuh korban? 

Verry Achmad SH, kuasa hukum pelaku menyangkalnya. 

Menurutnya, dari hasil rekonstruksi yang digelar pada Kamis (29/2/202), tidak ada adegan sudutan rokok dan penusukan.

"Selain itu juga tidak ada pemalakan," katanya. 

Dikatakan, pukulan dilakukan dengan slepet sarung, tangan  dan dengan ranting. 

Sementara itu, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji mengakui korban Bintang mengalami luka di separuh badannya.

Hal itu sesuai hasil pemeriksaan sementara dokter.

“Pemeriksaan sementara oleh dokter, (lukanya) banyak di separuh tubuh bagian ke atas,” ujar AKBP Bramastyo Priaji seusai rekonstruksi di aula Mapolres, Kamis (29/2/2024).

Adapun luka-luka lainnya termasuk luka bekas sundutan rokok menurutnya masih menunggu hasil visum selanjutnya.

Sementara itu, rekonstruksi juga dihadiri perwakilan dari Bapas Kediri karena pelaku masih di bawah umur. Lalu, Kejaksaan Negeri Kota Kediri dan pengacara ke empat terduga pelaku serta tertutup bagi awak media. 

Rekonstruksi ini menampilkan adegan yang menggambarkan penganiayaan bersama -sama yang berulang- ulang yang dilakukan para pelaku terhadap korban.

AKBP Bramastyo Priaji menjelaskan, rekonstruksi menampilkan setidaknya 55 adegan penganiayaan bersama -sama dan berulang kali.

"Di TKP pertama ada 3 adegan, kemudian di TKP kedua 12 adegan dan TKP ketiga 40 adegan," jelasnya.

Sementara durasi waktu penganiayaan berlangsung sejak 18 Februari, berulang di 21 Februari dan 22 Februari malam dan 23 Februari dini hari.

Tujuannya rekonstruksi untuk membuat terang serta ada kesesuaian antara keterangan tersangka dan saksi dengan yang dilakukan pelaku.

"Sampai saat ini semuanya masih sesuai dengan apa yang dituangkan dalam BAP," jelasnya.

Sejauh ini dari hasil rekonstruksi pelaku melakukan penganiayaan dengan menggunakan tangan kosong benda tumpul yang mengakibatkan luka di tubuh korban. 

Sementara Verry Achmad SH menyampaikan sangat prihatin dengan kejadian yang mengakibatkan korban jiwa dan keluarga pelaku minta maaf yang sebesar -besarnya kepada keluarga almarhum.

Sedangkan penyebab pelaku melakukan penganiayaan karena ada kesalahpahaman karena ada kewajiban yang menjadi aturan main pondok.

Sedangkan pukulan dilakukan dengan slepet dengan sarung, tangan  dan dengan ranting. Diharapkan kejadian serupa tidak terjadi lagi di lingkungan pondok pesantren.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus Kekerasan Santri di Kediri, Polisi Akan Periksa Pengasuh Pesantren"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved