Oknum TNI AD yang Akan Dipecat Jenderal Andika Perkasa Bisa Direkrut Teroris, Contoh Daeng Koro
Puluhan oknum TNI AD yang akan dipecat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa bisa direkrut teroris seperti halnya Daeng Koro.
Menurut Munir, akibat perbuatannya itu, Daeng Koro juga pernah menghuni sel tahanan militer selama 7 bulan.
Setelah selesai menjalankan hukuman melalui sidang peradilan militer, dia resmi dipecat dari keangotaan TNI.
"Kemudian yang bersangkutan menjalani hukuman kurungan di Rumah Tahanan Militer (RTM) selama 7 bulan.
Melalui proses hukum di sidang peradilan militer, 1992 Daeng Koro dipecat dari dinas militer dengan pangkat terakhir Kopral Dua (Kopda)," tutup Munir.
Jumat 3 April 2015, terjadi baku tembak terduga kelompok teroris dengan Densus 88 di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Sulawesi Tengah.
Dalam baku tembak itu seorang terduga teroris tewas, hasil penyelidikan dan forensik dinyatakan teroris yang tewas itu adalah Daeng Koro.
Sabar Subagjo alias Daeng Koro, seorang pecatan TNI AD adalah tangan kanan pentolan teroris di Poso,Santoso, dan think tank serangkaian teror.
Keduanya lalu diklaim sebagai dua pentolan teroris paling berbahaya.
Belakangan Santoso juga berhasil ditembak mati TNI-Polri.
NII berupaya rekrut anak jenderal
Pendiri Rehabilitasi Korban Negara Islam Indonesia (NII Crisis Center) yang juga mantan Komandan NII, Ken Setiawan buka-bukaan soal perekrutan kelompok teroris.
Ken Setiawan mengatakan, kelompok teroris zaman now justru menyasar anak dari keluarga jenderal TNI dan Polri.
Mereka bisa dengan mudah direkrut oleh kelompok kelompok radikal yang pada akhirnya akan menjadikannya seorang teroris.
Bila bisa diyakinkan dan mau meninggalkan keluarga, maka perekrutan bisa dilanjutkan.
Faktanya, lanjut Ken, banyak anak tentara dan polisi menjadi korban perekrutan, bahkan tentara dan polisi aktif juga banyak terkena paham radikal sehingga meninggalkan tugas mulia sebagai abdi negara demi bergabung di kelompok radikal.
"Anak Kapolda di wilayah Sumatera juga ada yang pernah direrut oleh kelompok radikal," beber Ken dalam sebuah acara di Jakarta tahun 2018 silam.
Menurut Ken, salah satu cara yang dipakai dalam perekrutan kelompok radikal adalah dengan mencuci otak sasaran yang akan direkrut.
Misalnya, dengan simulasi yang melibatkan audiensi dalam 5 menit orang tersebut bisa berkata bahwa dirinya ternyata berada di negara jahiliyah dan dirinya adalah orang kafir.
Ia mencontohkan model perekrutan oleh NII, sebagaimana yang pernah ia lakukan beberapa tahun silam.
"Model-model perekrutan itu dibeberkan agar seluruh peserta waspada dan berhati-hati apabila menemui hal serupa," terang Ken.
Menurutnya, sebelum merekrut, ia akan melakukan screening terlebih dahulu terhadap orang yang akan direkrut.
"Kita pelajari aktivitas kesehariannya, pekerjaannya apa, bagaimana keluarganya, hobinya apa, apa yang dia suka atau tidak sukai dan sebagainya," ungkap Ken. (*)