Eksklusif Berebut Ranjang Pasien
Galang Dana TKI Untuk Bantu Pasien BP JS Dari Keluarga Miskin
Bantuan tidak selalu berupa uang. Witanto dan DKR kerap membantu pasien atau keluarga untuk mencari dan bertemu langsung dengan para penyandang dana.
Para gakin ini umumnya tidak tahu namanya tercecer. Mereka baru tahu justru setelah sakit dan butuh perawatan di RS.
“Mereka baru mendaftar dan mengurus kartu ya setelah masuk RS. Celakanya kartu BPJS itu baru aktif tujuh hari setelah diterbitkan. Jadi tidak bisa dipakai,” kata Witanto.
Lantaran masa aktif kartu menunggu tujuh hari, pasien yang tetap membutuhkan perawatan harus daftar di RS sebagai pasien umum.
Tentu saja ada tarif yang harus dibayar. Mulai tarif kamar, biaya obat, dan berbagai layanan lainnya.
Bagi yang ingin gratis dengan BPJS, ya harus dibawa pulang dulu, dan nanti setelah masa kartu aktif baru kembali ke RS untuk daftar.
“Namanya orang sakit, sekalipun miskin, ya pasti memilih tetap di rumah sakit, meskipun mereka tidak tahu harus cari uang dari mana,” ujarnya.
Nah, orang-orang susah inilah yang menjadi teman Witanto dan kawan-kawannya di DKR.
Meski kerap menyumbang, Witanto tidak mau disebut sebagai dermawan.
“Itu bukan uang saya. Itu uang bantuan masyarakat. Sebagian besar sumbangan para TKI. Sekalipun mereka masih di luar negeri, mereka sangat peduli. Saya sampe brebes mili (air mata mengalir),” pujinya.
Witanto biasanya menggugah kepedulian para TKI itu melalui media sosial. Utamanya Facebook dan BlackBerry massenger (BBM).
Ia unggah kondisi pasien-pasien yang membutuhkan bantuan. Respon mereka sangat bagus. Mereka dengan suka rela mengirim uang ke rekening saya.
“Biasanya saya tahu ada kiriman, setelah teman-teman TKI memberi tahu lewat BBM atau SMS. Mereka biasanya bilang, semoga bisa meringankan beban pasien,” katanya.
Untuk pertanggungjawaban sumbangan, Witanto rajin menyampaikan laporan ke para penyumbang secara online.
“Saya biasa inbox ke penyumbang, berapa uang yang terkumpul. Lalu digunakan untuk menyumbang siapa saja. Kami tidak mau ada salah sangka,” katanya.
Bantuan tidak selalu berupa uang. Witanto dan DKR kerap membantu pasien atau keluarga untuk mencari dan bertemu langsung dengan para penyandang dana.