surabaya Darurat Kekurangan Guru

3 Solusi Surabaya Darurat Kekurangan Guru: Kuota CPNS 2026 Ditambah, Eri Cahyadi Siapkan Cara Ini

Surabaya krisis guru SD dan SMP. Banyak guru pensiun, formasi tak terpenuhi, beban mengajar melonjak. Ini sederet solusinya.

Tribunnews
GURU MASUK PENJARA - Ilustrasi guru ngajar. Surabaya krisis guru SD dan SMP. Banyak guru pensiun, formasi tak terpenuhi, beban mengajar melonjak. Ini sederet solusinya. 

Permasalahan Surabaya darurat kekurangan guru ini membuat sejumlah pihak tak tinggal diam.

Seperti Pemkot Surabaya yang telah menyiapkan solusi untuk mengatasinya.

Bagian BKPSDM juga berencana menambah kuota formasi guru pada CPNS Surabaya 2026.

Berikut sederet solusi untuk mengatasi Surabaya darurat kekurangan guru.

1. Eri Cahyadi Siapkan Solusi 

Pemkot Surabaya menyiapkan sejumlah solusi mengatasi potensi kekurangan guru di sekolah-sekolah di kota ini dalam waktu dekat.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menegaskan pihaknya akan menggandeng banyak pihak, termasuk lembaga swasta dan penguatan teknologi pendidikan.

Kepada SURYA.co.id, Eri menjelaskan bahwa Pemkot Surabaya sudah mengusulkan formasi guru baru kepada pemerintah pusat.

Namun, proses pengusulan tidak serta-merta dapat dipenuhi melalui perekrutan PNS mengingat pemerintah pusat memiliki batasan alokasi.

Ia menegaskan bahwa pemkot akan mengikuti seluruh mekanisme yang ditetapkan pemerintah pusat, termasuk pengangkatan melalui jalur PPPK.

"Yang terkait guru negeri, kita sudah sampaikan. Tapi tidak bisa PNS semua. Ada jumlahnya berapa kita usulkan, dan turunnya berapa, kan begitu,” kata mantan ASN Pemkot Surabaya ini.

Selain mengusulkan formasi baru, Pemkot juga menyiapkan penguatan teknologi pembelajaran berbasis smart board di sekolah-sekolah.

Teknologi ini memungkinkan satu guru memberikan penjelasan secara serentak ke beberapa kelas.

“Guru itu satu kelas cuma 30 murid. Maka di Surabaya ini menggunakan smart board. Dengan smart board, satu guru bisa menerangkan untuk semua kelas,” kata Eri yang juga Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) Jawa Timur ini. 

Teknologi tersebut menjadi salah satu strategi untuk menjaga kualitas pembelajaran di tengah keterbatasan jumlah guru.

Pemkot telah lebih dulu menerapkan sistem ini sebelum pemerintah pusat meluncurkan program serupa.

Sumber: Surya
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved