11 Tahun Dolly Surabaya Ditutup

Satu Dekade Penutupan Lokalisasi, Begini Kondisi Gang Kampung Eks Dolly Surabaya

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kampung Wisata Dolly, Budhi Christiadi mengatakan bangunan tersebut masih kosong

|
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Titis Jati Permata
Tribun Jatim/Luhur Pambudi
PEKERJA KERAS - Kesibukan warga tergabung dalam usaha padat karya pembuatan lemari pendingin es kristal di area bekas lapangan olahraga warga, Jalan Kupang Gunung Timur Gang 7 No 18, Putat Jaya, Sawahan, Surabaya, pada Sabtu (22/11/2025). Aktivitas warga mengelas komponen besi. 

Setahu Effendy, kurun waktu sebulan, pihaknya dapat memproduksi sekitar 7-10 mesin. Ukurannya beragam, ada yang berdimensi panjang 6 meter, 4 meter, dan 2 meter. 

Pangsa pasarnya masih di sekitaran wilayah Jatim, seperti Surabaya, Malang, Jombang, Pasuruan, Gresik dan Sidoarjo. Ia mengungkapkan, target pasarnya, khusus kawasan perdesaan. 

"Sekitar sini, ya Malang, Pasuruan, Kediri, Jombang, pokoknya daerah desa-desa. Masih di Jatim," tuturnya. 

Pemesanan mesin dapat dilakukan dengan cara mendatangi langsung lokasi pembuatan mesin tersebut di Jalan Kupang Gunung Timur Gang 7 No 18.

Calon pembeli dapat melihat langsung bagaimana proses pembuatan mesin tersebut. Lalu berbagai macam jenis mesin yang dijual. 

Termasuk bernegosiasi mengenai harga pembelian yang dapat disepakati antar kedua belah pihak. 

"Bisa datang ke sini tanya tanya lihat langsung nanti soal harga bisa menyesuaikan. Bisa dihubungkan ke adminnya," ungkapnya. 

Disinggung mengenai tren penjualan. Effendy memperkirakan cenderung fluktuatif. Kadang ada pemesan, kurun waktu sebulan. Kadang, sepi sama sekali. 

Butuh Bantuan Pendamping Stakeholder

Sebenarnya, pabrik kecil-kecilannya ini, juga membutuhkan bantuan pendamping stakeholder Pemkot Surabaya, agar dapat terus berkembang. 

Paling tidak pangsa pasarnya, makin luas dan penjualannya terus meningkat. Effendy juga berkeinginan, bisa menjangkau pasar luar negeri. 

Namun, ia merasa, pendampingan Pemkot Surabaya juga dibutuhkan semua pelaku UKM di kawasan eks Dolly kini. 

Di sepanjang gang tersebut, terdapat UMKM rintisan warga yang dulu terdampak penutupan lokalisasi Dolly. Seperti tempat produksi sandal, sepatu, batik, meja biliar dan makan atau minuman. 

"Iya butuh bantuan, pasti, dari pemkot atau apa, segala macam. Kami kan ada jahitan, sepatu. Sini warga berusaha mandiri. Bisnisnya ya (pengrajin) meja billiar, pasar burung, sepatu, jahit pakaian. Toko kelontong juga banyak. Itu usaha orang. Pastinya kami selalu minta pendampingan (Pemkot Surabaya)," katanya. 

Effendy mengungkapkan, beberapa UMKM rintisan warga Dolly ditampung di Pasar Burung.

Seingatnya ada sekitar tujuh UKM yang bertempat di lokasi tersebut. Mulai dari pengrajin meja biliar, sepatu kulit, hingga butik pakaian. 

Bahkan, hampir setiap pekan, selalu ada aktivitas warga yang melibatkan pihak bantuan dari pendampingan mahasiswa. 

"Pasar burung, Ada 7 UMKM kurang lebih, banyak pembuatan sepatu, meja billiard, pakaian. Setiap sabtu selalu ada kegiatan kasih kegiatan pada warga dan anak anak, melibatkan RT 05 RW 6," pungkasnya. 

Pendidikan Pendampingan Pada Anak-anak

Di lain sisi, Kepala Sekolah Budaya Elsa Nabila (22) mengatakan, pihaknya sudah menyelenggarakan pendampingan pendidikan terhadap anak-anak warga permukiman eks Dolly sebanyak tujuh kali dengan memanfaatkan area tengah aula di Bangunan Pasar Burung tersebut. 

Pertemuan pada Sabtu (22/11/2025) merupakan agenda pelaksanaan pada pekan ketujuh di Bulan November 2025. 

Ia menerangkan, program pendampingan anak-anak tersebut akan berlangsung sampai tahun depan 2026. Melibatkan sekitar 35 orang anak-anak di perkampungan eks Dolly

Sasaran pendampingan tersebut adalah terhadap anak-anak berusia 5-15 tahun. Sekolah Budaya bakal menanamkan pengembangan karakter pada diri seluruh peserta anak.

Metode yang diterapkan juga bermacam-macam, mulai dari pementasan menulis, mewarnai, permainan tradisional, dan mengasah kemampuan keterampilan berwirausaha. 

"Jumlah anak-anaknya ada 35 dan pengurusnya ada 12 orang. Namun kami kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya hari ini kita ada kolaborasi bersama Polda, Kakak-kakak mahasiswa yang magang di Polda dan juga oleh Binar Community sebanyak lebih 12 orang. 

Evaluasi Agar Sentra UMKM Kembali Ramai


Sementara itu, dikutip dari surabaya.go.id, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, Pemkot Surabaya masih melakukan evaluasi agar sentra UMKM dan wisata edukasi di eks lokalisasi Dolly kembali ramai, sehingga warga bisa memiliki kegiatan yang positif dan menghasilkan.

Bahkan, Eri mengaku sudah memerintahkan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya, untuk mengevaluasi semua Sentra Wisata Kuliner (SWK) dan UMKM di kawasan eks Dolly

"Jika tempatnya sepi, maka jenis dagangan (komoditas) harus diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar," ujarnya, pada Kamis (20/11/2025). 

Kemudian, mengenai program wisata edukasi di eks Kampung Dolly, Eri berjanji akan kembali digerakkan melalui kolaborasi dengan Karang Taruna dan komunitas pemuda setempat. 

Komitmen tersebut sejalan dengan rencana alokasi anggaran lima juta rupiah pada tahun 2026 untuk anak-anak GenZ di masing-masing wilayah untuk menggerakkan wisata edukasi lokal.

"Kami tidak ingin Pemkot yang menggerakkan, tapi pemuda di sana (Karang Taruna) yang menempati dan menggerakkan wisata edukasinya supaya mereka juga ikut memiliki dan menjaga," pungkasnya. 

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Sumber: Surya
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved