SURYA Kampus

Sosok Prof Sukadiono, Anak Desa Pecinta Bola yang Kini Jadi Guru Besar Fisiologi Olahraga

Pria asal Njuwet Kedunglosari, Tembelang, Jombang ini semula bercita-cita menjadi insinyur di Institut Teknologi Bandung. 

|
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa UM Surabaya
PENGUKUHAN GUBES : Prof. Dr. dr. Sukadiono, M.M. (tengah) bersama jajaran pimpinan dan tamu kehormatan usai prosesi pengukuhan sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga Universitas Muhammadiyah Surabaya, Sabtu (23/8/2025). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Rasa haru menyelimuti auditorium At Tauhid Tower Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya saat Prof. Dr. dr. Sukadiono, MM mendapat ucapan selamat atas pengukuhan guru besarnya dari keluarganya.

Berhasil meraih gelar akademik tertinggi di bidang Fisiologi Olahraga menjadi hal yang tidak pernah diduga Suko, sapaan karibnya, saat ia kecil.

Pria asal Njuwet Kedunglosari, Tembelang, Jombang ini semula bercita-cita menjadi insinyur di Institut Teknologi Bandung. 

Namun, restu ayah menuntunnya ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Baca juga: Prof. Sukadiono Dikukuhan Jadi Guru Besar Fisiologi Olahraga UM Surabaya, Sampaikan Hal Ini

Sejak kecil, Sukadiono sudah dekat dengan olahraga. Ayahnya yang mantan pemain bola menanamkan kecintaan pada lapangan hijau. 

Maka, sepak bola bukan hanya permainan baginya, melainkan bahasa hidup: mengajarkan disiplin, strategi, kerja sama, dan daya juang.

“Lapangan bola itu sekolah pertama saya,” ujarnya. 

Dari situlah, minatnya pada tubuh manusia, daya tahan, dan performa fisik kelak menemukan bentuk ilmiah di bidang fisiologi olahraga.

Namun, perjalanan menuju puncak akademik tidak instan. 

Baca juga: Sukadiono Jadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Periode 2022-2027

Setelah menamatkan studi dokter di Unair, Suko menempuh Magister Manajemen di Universitas Narotama, lalu meraih gelar Doktor Ilmu Keolahragaan di Universitas Negeri Surabaya dengan predikat cumlaude pada 2012.

Ketekunan akademik berjalan seiring dengan kiprah organisasional. Ia dipercaya memimpin Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya (2002), Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (2005–2012), hingga tiga periode menjabat Rektor UM Surabaya (2012–2024). 

Di bawah kepemimpinannya, kampus ini dikenal dengan julukan “Kampus Sejuta Inovasi”.

Meski meniti tangga jabatan, kecintaannya pada olahraga tak pernah hilang.

Ia menggagas kemitraan UM Surabaya dengan klub Persebaya, membangun ekosistem yang ramah atlet, bahkan mendampingi mahasiswa saat latihan maupun bertanding. 

Baca juga: Dr dr Sukadiono: UM Surabaya Tidak Terlepas dari Peran dan Pemikiran Buya Syafii Maarif

“Kehadiran seorang pemimpin di pinggir lapangan kadang lebih bermakna daripada sekadar tanda tangan kebijakan,” ungkapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved