Berita Viral

Perjuangan Armaya Doremi Dari Tak Bisa Bahasa Inggris, hingga Jadi Lulusan Terbaik di University AS

Armaya Doremi, perempuan asal Medan, Sumatera Utara jadi lulusan terbaik S2 Northeastern University Amerika Serikat.

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Musahadah
Via Kompas.com
LULUSAN TERBAIK - Armaya Doremi, Lulusan Terbaik S2 Northeastern University Amerika Serikat (AS). 
Ringkasan Berita:
  • Armaya Doremi asal Medan bekerja sejak remaja namun tetap mengejar pendidikan.
  • Tujuh kali gagal TOEFL dan sempat ditipu agen sebelum akhirnya lolos ke Northeastern University.
  • Lulus terbaik S2 dan terpilih sebagai pembicara wisuda di AS.

 

SURYA.CO.ID - Armaya Doremi, perempuan asal Medan, Sumatera Utara membuktikan bahwa kegagalan adalah bagian dari kesuksesan yang tertunda. 

Tidak bisa bahasa Inggris, hingga gagal tes TOEFL tujuh kali, tak mematahkan semangatnya untuk terus bermimpi. 

Hingga akhirnya Armaya Doremi bisa menembus kampus bergengsi di Boston, Amerika Serikat (AS). 

Armaya Doremi kemudian tercatat sebagai lulusan terbaik S2 Northeastern University AS tahun 2021. 

Ia dipercaya menyampaikan pidato pembukaan pada sesi commencement speech kampus tersebut. 

"Saya selalu ingin merasakan pendidikan yang lebih baik, tetapi saya tidak pernah menyangka akan di Amerika, di Northeastern University," ucap Armaya Doremi, dikutip dari kanal YouTube Northeastern.

Baca juga: Perjuangan Eva Nandha Anak Tukang Bangunan Jadi Wisudawan Terbaik UNESA Raih IPK 3,91

Penuh Perjuangan 

Armaya tumbuh dari keluarga sederhana. 

Sang ayah pernah membuka bengkel mobil, namun usaha itu perlahan merosot hingga akhirnya gulung tikar. 

Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Armaya mulai bekerja sejak usia 15 tahun demi membantu ekonomi keluarga. 

Ia sempat menjadi SPG di mal, membagikan brosur, hingga ikut lomba menyanyi untuk mendapatkan uang tambahan. 

"Waktu itu bekerja sebagai SPG (sales promotion girl) kerja di mal untuk kasih-kasih brosur ke customers di mal. Terus juga sering ikut lomba nyanyi dan hadiah menangnya digunakan untuk bantu orangtua juga," tuturnya, dikutip dari VOA Indonesia. 

Meski sibuk bekerja, ia tetap memprioritaskan pendidikan. 

Armaya meraih gelar D3 Pariwisata dari Universitas Sumatra Utara. 

Bakat musiknya bahkan membawanya ke panggung Indonesian Idol 2010. 

Setahun setelahnya Armaya hijrah ke Jakarta. 

Ia menempuh S1 Ilmu Komunikasi di Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama sambil bekerja lima tahun bersama Viktor Bungtilu Laiskodat, yang kala itu belum menjabat sebagai gubernur. 

Dari sang atasan, Armaya mendapat dorongan untuk melanjutkan studi ke jenjang S2. 

Berjuang Lulus TOEFL 

Kesempatan kuliah di Melbourne sempat terbuka. 

Namun kemampuan bahasa Inggrisnya saat itu masih minim. 

Ia langsung mengambil kursus intensif selama 10 bulan. 

Dorongan belajar semakin kuat setelah Viktor Bungtilu Laiskodat menyarankan agar ia kuliah di Amerika Serikat. 

Meski sempat ragu meninggalkan keluarga, Armaya akhirnya memutuskan untuk berjuang. 

"Saya belajar bahasa Inggris setiap malam, mengatasi tantangan belajar bahasa kedua yang membuat saya meneteskan air mata dan penyesalan. Namun saya tidak pernah menyerah," 

"Mempraktikkan bahasa Inggris, saya berbicara dengan cermin, dengan tembok, dengan rekan percakapan saya," katanya. 

Proses itu berbuah hasil. Setelah tujuh kali gagal, Armaya akhirnya lulus TOEFL. 

Minatnya pada bidang public relations membuatnya memilih Jurusan Corporate and Organizational Communication di Northeastern University. 

Sempat Kena Tipu Agen 

Sebelum mendaftar, Armaya sempat mengalami kendala. 

Agen pendidikan yang ia percayai ternyata menipunya. 

"Dibohongi sama agency, uangnya dilarikan, karena katanya mau daftarin ke Northeastern, ternyata mereka enggak daftar tapi uangnya diambil," ungkapnya. 

Meski demikian, ia tetap bisa mendaftar secara mandiri dan diterima melalui program Global Pathways, jalur bagi mahasiswa internasional yang memenuhi syarat akademis tetapi belum memenuhi standar bahasa Inggris. 

Armaya berangkat ke AS pada 2018. Adaptasi budaya menjadi tantangan tersendiri, ditambah cuaca dingin yang membuat kulitnya gatal dan sakit setiap minggu. 

"Tiap hari telepon sama orangtua kan, video call. Alhamdulillah teknologi (memecahkan) segalanya," tuturnya. 

Menjadi Mahasiswa Terbaik 

Di kampus, Armaya dikenal aktif dan disiplin. 

Ia selalu duduk di barisan depan, rajin bertanya, serta memastikan semua tugas selesai tepat waktu. 

"Jadi goal itu yang Doremi tancapkan, Doremi cuman pengin jadi student terbaik," katanya. 

Ia sering datang ke tutor untuk meminta bimbingan belajar. 

Selain itu, ia menjadi koordinator media serta membantu mahasiswa internasional beradaptasi. 

Prestasinya membuat ia masuk daftar kandidat penerima penghargaan “Top Recognition” tahun ajaran 2020–2021, penghargaan untuk mahasiswa dengan portofolio terbaik. 

Dalam portofolio itu, Armaya mencantumkan berbagai tugas selama kuliah, termasuk penelitian tentang media sosial. 

Ia juga pernah menjadi konsultan bagi Mida Restaurant, restoran populer di Boston. 

Terpilih Menjadi Pembicara Wisuda 

Keinginannya membagikan perjalanan hidup membuat Armaya mendaftarkan diri sebagai calon pembicara utama di wisuda Northeastern. 

Ia menulis naskah, merekam video pidato, dan melampirkan rekomendasi dari lima dosen. 

Hasilnya, ia terpilih. 

"Doremi tanya apa nih kriterianya yang membuat Doremi tuh terpilih. Terus mereka bilang, dengan story kamu yang sangat (inspiratif) dan juga cara kamu speech di video itu, kita yakin bahwa kamu bisa membawa suasana yang bagus untuk di commencement speaker," ujarnya. 

Kini Armaya tinggal di Amerika Serikat dan bekerja sebagai Social Media Strategist. Ia rutin membagikan kisahnya di Instagram @armayadoremi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved