Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Amalan Agus Ubaidillah, Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny yang Ditemukan dalam Keadaan Sujud

Terungkap amalan Muhammad Agus Ubaidillah (14), korban tewas insiden ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Youtube Harian Surya/SURYA.CO.ID M Taufik
SUJUD - (kanan) Petugas saat mengevakuasi korban meninggal dunia tragedi Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sabtu (4/10/2025) sekira pukul 18.00 WIB (kiri) Ahmad Faiz, ayah dari seorang korban bernama Agus Ubaidillah 

Ahmad pun menepis adanya isu yang menyebutkan adanya metode hukuman berupa kegiatan mengecor (konstruksi) bagi santri yang terlambat atau melanggar.

Ia menegaskan, tugas utama para santri adalah belajar, mengaji, salat rutin, dan beribadah.

Pengakuan Alumnus

Baca juga: Ikut Ajukan Amicus Curiae untuk Nadiem Makarim, Inilah Rekam Jejak Amien Sunaryadi eks Pimpinan KPK

Senada dengan Ahmad, seorang alumnus Ponpes Al Khoziny bernama Anshori (31) turut membantah kabar para santri disuruh ikut membantu mengecor bangunan yang ambruk sebagai bentuk hukuman.

"Hoaks itu, enggak benar. Kalau ikut terlibat malah fatal semua. Kalau disuruh ngecor, kapan kami belajarnya, kan butuh berhari-hari," kata Anshori, dikutip dari Kompas.com.

Ia mengatakan, memang ada hukuman bagi santri yang tidak ikut kegiatan tertentu, tetapi bukan dalam perbantuan mengecor, tetapi menambah hafalan mengaji.

Lebih lanjut, Anshori mengatakan bahwa di lingkungan pesantren terdapat tradisi roan atau bentuk gotong royong.

Roan sendiri dalam harfiahnya adalah kegiatan santri untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren.

Artinya, dikerjakan bersama-sama dalam bentuk gotong royong.

"Kalau di pondok itu kami bersih-bersih sendiri, membentuk kesadaran untuk disiplin. Kalau di rumah, kami bantu orangtua, kalau di pondok ya bantu," ungkapnya.

Namun, biasanya roan dilakukan saat hari libur atau waktu tertentu.

Untuk hari biasa, dilakukan lara santri sesuai jadwal per kompleks.

"Tukang bersih pondok kan enggak ada. Sebenarnya memang di sini semuanya harus mandiri, mencuci, makan, semuanya sendiri. Di sisi lain, biaya pondok di sini murah, Rp 50.000 per bulan,” ungkapnya.

Menurutnya, biaya pondok Al Khoziny satu bulan sebesar Rp 50.000 terbilang murah, yang mencakup fasilitas tidur, makan, hingga tempat belajar.

Oleh sebab itu, para santri dengan sukarela membantu bersih-bersih dan berjaga di lingkungan pesantren.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved