Sepak Terjang Hasan Nasbi yang Dicopot dari Kepala PCO, Dulu Sempat Mau Mundur Tapi Ditolak Prabowo

Sebelum mendirikan Cyrus Network, Hasan berkecimpung di dunia media.

Ia sempat menjadi wartawan Kompas pada 2005-2006.

Kariernya berlanjut dengan bergabung dengan Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia sebagai peneliti dari tahun 2006 hingga 2008.

Nama Hasan Nasbi makin mentereng sejak ia menjadi pendukung fanatik pasangan Joko Widodo dan Ahok saat Pilgub DKI Jakarta 2012.

Hasan Nasbi juga menyatakan dukungannya terhadap Jokowi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019.

Hingga akhirnya pada Pilpres 2024, Hasan Nasbi menyatakan dukungannya kepada Prabowo-Gibran Rakabuming Raka.

Pergeseran posisi Hasan Nasbi di lingkaran Istana memperlihatkan bahwa dinamika komunikasi politik di era Presiden Prabowo Subianto berjalan sangat dinamis. Pada awalnya, Hasan sendiri sudah menyadari pentingnya regenerasi dengan mengajukan pengunduran diri. Namun, keputusan Presiden untuk menahannya kala itu menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap Hasan masih cukup besar.

Meski demikian, pada akhirnya Hasan diberhentikan secara resmi. Dari sini terlihat bahwa Presiden tidak hanya menimbang aspek personal, tetapi juga kebutuhan kelembagaan. Transformasi PCO menjadi Badan Komunikasi Pemerintah adalah sinyal bahwa pemerintah ingin menyempurnakan cara berkomunikasi dengan publik, lebih terstruktur, terpusat, dan barangkali lebih profesional.

Bagi saya, kisah ini juga menegaskan betapa pentingnya komunikasi dalam pemerintahan modern. Figur seperti Hasan, yang terbiasa menjadi pemain kunci di balik strategi komunikasi politik, bisa saja digantikan ketika pemerintah menilai arah baru dibutuhkan. Hal ini wajar, sebab komunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan, tetapi juga menjaga kepercayaan publik.

Dalam konteks yang lebih luas, pergantian ini menjadi cermin bahwa pejabat di lingkaran Istana selalu berada dalam ruang evaluasi berkelanjutan. Tidak ada posisi yang benar-benar aman, termasuk dalam bidang komunikasi yang sering dianggap “pelengkap” tetapi sebenarnya menentukan citra pemerintah di mata rakyat.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id